Three

125 29 0
                                    

Aku dan Keana sedang menaiki bus menuju Fellows Garden, di daerah Cambridge yang tidak jauh dari kampus kami.

Aku dan Key-- panggilan baru untuknya, berkuliah di Cambridge University dengan jurusan yang berbeda.

Mungkin nama Keana adalah nama yang terkesan polos, penurut, memiliki sifat anggun. Tapi nyatanya deskripsi itu berkebalikan dengan sifat aslinya. Satu kata untuk Key, malas.

Sekitar 15 menit kemudian aku dan Key tiba di Fellows Garden. Taman ini cukup ramai untuk siang hari seperti ini.

"Bells ayo kita menuju ke food truck disana." ujar Bella sambil menunjuk ke arah yang dimaksudnya.

Aku hanya mengangguk menandakan setuju.

"Kau mau es krim apa?" tanyanya saat kami tiba didepan food truck itu.

"Em, yang rasa vanilla saja."

Key memberikan dua lembar uang 5$ kepada si penjual itu lalu kembali kearahku dengan dua buah es krim kedua tangannya.

Ia memberikan satu es krim kepadaku.
"Lihat itu ada tempat duduk kosong disana. Ayo."

"Apa kau tidak pernah mencari kekasih?" tanyanya setelah kami duduk sembari melahap es krimnya.

Aku memutar bola mataku.
"Cmon Key, jangan kau bahas ini lagi."

Key menoleh. "Hei sejak kapan kau memanggilku seperti itu?"

"Sejak tadi. Kau mendengarnya bukan? Dan aku juga tidak tau mengapa kau memanggilku 'Bells'."

Membuang wadah es krim kesamping tempat sampah, Key kembali menoleh ke arahku.

"Terserah aku." ujarnya sarkastik.

Aku mendengus kesal.

Aku melihat keramaian di arah sebrang jalan tepatnya di sebuah toko pakaian kecil.

"Ada apa disana?"

Key yang ikut memperhatikan keramaian toko itu, menoleh saat aku berbicara.

Key menggedikan bahu.
"Entahlah. Mungkin ada sedang ada diskon besar disana."

Belum sempat aku merespon apa yang dikatannya, ia langsung beranjak dari tempat duduk dan menarik tanganku dengan paksa.

"Ada diskon disana Bells! Ada diskon!"

Ia seperti anak kecil yang merengek meminta permen dari ibunya.

Tunggu. Tadi aku bilang ibunya? Oh tentu aku bukan ibunya!

Aku berdiri dari tempat duduk dengan malas.

"Huh baiklah."

Setelah kami menyebrang jalan, aku dan Key pun menuju ke arah keramaian tersebut.

"Key, sepertinya tidak ada diskon disini." kataku sambil melihat Keana yang sedang berjinjit-jinjit melihat toko itu karena disini sangatlah banyak orang.

Ia menoleh kearahku.
"Tapi lihat para gadis ini yang seperti melihat pulau emas."

Dasar gadis idiot.

Tak lama setelah aku dan Key berbincang, gadis-gadis didepan kami sudah berlalu lalang meninggalkan toko ini.

"Sebenarnya ada apa ini?" ujar Key kebingungan melihat sekitarnya.

"Kau memang pandai dalam menyimpulkan apa yang kau lihat tadi Nyonya Campbell. Ayo sekarang kita pergi dari sini."

Dia terdiam berpikir beberapa saat.
"Tidak salah bukan kita lihat ada barang apa saja disana?"

Tangannya langsung menggandeng lenganku masuk menuju toko pakaian itu.

Seketika saja bel berbunyi saat kami berdua masuk.

"Aku ingin ke toilet, bisakah kau tunggu disini sebentar Bells?"

"Bilang saja kau kesini hanya untuk menumpang kamar kecil."

Key hanya menyengir, lalu pergi meninggalkan aku sendiri.

Aku memilih untuk melihat beberapa baju disini sembari menunggu Key.

Cukup mengesankan karena walaupun toko ini terbilang kecil, namun barang-baranya tidak kalah bagus dari yang kulihat di mall besar.

Membuka deretan-deretan baju yang tergantung disana. Mengambil satu, lalu mencocokannya ditubuhku.

Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Key yang entah sejak kapan dia ada disini.

"Cepat Bells kita keluar dari sini." ujarnya berbisik menarik-narik tanganku dan dengan senyuman terulas diwajahnya.

Buru-buru saja aku meletakkan baju itu kembali ke gantungannya.

Dia menggandeng lenganku begitu keras dan aku yakin ini pasti akan berbekas merah.

Sungguh aku akan mengutuknya setelah keluar dari sini, persetan dengan Key.

Saat kami-- aku dan Key sudah diluar, langsung saja aku melepas tangannya secara paksa.
Benar saja dugaanku bahwa sekarang lenganku sudah memerah.

"Kau ini sedang kesetanan ya?! Lihat apa yang kau perbuat dengan lenganku!" kataku terbawa amarah sambil mengusap lenganku yang kini sangat merah.

Bukannya menjawab, dia malah hanya tersenyum seperti orang tidak waras.

Key kembali berbisik. "Akan kuceritakan nanti jika kita sudah sampai di apartemen."

Sungguh aku tidak mengerti apa yang terjadi tadi sehingga membuatnya seperti tidak punya otak.

Key gila. Ya, dia gila.





Pict of Kendall Jenner as Keana Campbell

Tinggalin jejak kalian dengan vomment(s) dong thnks

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang