Seventeen

30 6 0
                                    

Apa?

Dia terlihat berpikir lama dan ternyata hanya memintaku untuk menemani minum secangkir hot chocolate? Yang benar saja.

"Jika kau tak ingin tak apa. Aku tidak memaksa."

Kulipat tangan didepan dada. "Bahkan aku belum sempat menjawabmu."

"Baiklah, kau ke teras depan tunggu aku disana." Niall menunjuk teras dengan dagunya lalu  meninggalkan kamar.

Aku hanya bisa berdecak kesal sambil melangkah ke depan teras. Aku sudah bilang padanya belum menjawab, tapi malah langsung memerintahkanku untuk ke teras.

Menarik salah satu kursi, kudaratkan bokongku dan memandangi langit malam. Tampak dari atas, jauh dari pandanganku terlihat lampu-lampu kota yang menyala seperti cahanya setitik lilin. Sangat indah.

Tepat dibawah teras, ada sebuah kolam renang yang besar. Jika mereka melakukan pestanya didekat kolam pasti akan lebih menyenangkan.

Pertanyaan Liam tadi saat bermain Truth or Dare menuruku sangatlah janggal. Biasanya di game seperti itu mereka akan bertanya hal yang lebih spesifik atau konyol—bukan berarti aku menginginkannya.

Dan yang lebih janggal adalah sekarang aku berada di teras depan kamar Niall yang sebentar lagi pasti ia akan datang. 

Sebenarnya ia ingin mengatakan apa sih?

Pikiranku terpecah saat mendengar Niall meletakkan cangkir di meja kaca yang berada disebelahku. Ia juga sudah duduk bersebrangan denganku sambil menyeruput hot chocolate nya.

Aku pun melakukan hal yang sama dengannya— meminum hot chocolate ku selagi panas.

"Kau tau kenapa mengajakmu duduk disini ketimbang bepesta ria dibawah?" tanyannya.

Aku menggeleng. Kuletakkan cangkirnya kembali ke meja. "Kupikir kau lebih suka hal yang seperti itu." 

Niall tertawa singkat. "Biasanya, tapi entah mengapa aku malah mengjakmu kesini."

Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum. 

"Lalu untuk apa kau mengajakku?"

Ia terdiam sebentar, menatapku selama beberapa saat. Aku mengalihkan mataku ke sembarang arah. Enggan bertatap depan mata birunya.

"Aku memiliki firasat seperti telah mengenalmu sebelum ini."

Tertegun mendengar ucapnya barusan. Entah mengapa aku juga sedikit merasakan perasaan yang sama denagnnya. Hanya sedikit.

"Dimana dan kapan memangnya kita—kau pernah bertemu denganku sebelumnya? Jika disaat photoshoot maka jawabannya adalah ya."

Dia mengangguk-angguk sambil menahan tawanya.

"Hei apa yang lucu dari itu?" ujarku kesal. Memang benar tak ada unsur menggelikan dalam perkataanku sebelumnya.

Niall kembali menghadapku. Raut mukanya sudah normal lagi.

Kemudian, Niall merogoh saku celannya. Mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya.

"Aku yakin ini milikmu." Tangannya memberikan sebuah gantungan kupu-kupu dan meletakanya diatas meja.

Itu, itu adalah gantungan milikku. Bagaimana bisa berada ditangannya?! Bahkan aku saja tidak merasa jika gantungan itu hilang. Sepertinya. Jika aku tidak teledor.

"Bagaimana kau—"

"Lihatlah ekspresimu itu." potongnya dan Niall tertawa keras terbahak-bahak. Matanya menyipit, mulutnya terbuka, dan tangannya memegangi perutnya sendiri.

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang