Sixteen

58 13 1
                                    

Niall's POV

Secangkir kopi yang ada di depanku sudah nyaris dingin. Sedari tadi aku hanya memutar otak untuk coba mengutarakan apa yang ada dipikiranku kepada gadis yang ada didepanku saat ini.

Ah, ide konyol Liam yang memintaku untuk datang ke kampusnya-kampus Bella hanya memastikan bahwa dia memang benar berkuliah disini.

Sialnya, ternyata penyamaranku dengan masker dan topi ini masih bisa diketahui oleh para gadis di sekelilingku yang mengakibatkan aku menjadi bertemu dengan sasaranku.

"Untuk apa kau berdiam disini jika kopimu saja tidak kau minum?" ujarnya mengagetkanku.

"Apa pedulimu? Lanjutkan saja tugas mengetikmu yang tidak jelas itu."

Kudengar Bella mendengus kesal.

"Hah, kau tidak akan mengerti karena kau tidak berkuliah."

Lihat, dia sangat menyebalkan.

"Ya kau benar, dan sekarang aku harus pergi. Aku tidak memliki banyak waktu." ujarku.

Bella hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan lagi mengetik dilaptopnya.

"Kenapa tidak sedari tadi saja kau pergi. Dasar aneh." ujarnya dibumbui dengan tawa.

Saat aku bangkit, aku teringat pesan Liam untuk menyampaikan sesuatu padanya. Katanya agar misi ini 'sukses'.

Kuletakkan secarik kertas dimeja. "Ah ya, besok datang ke alamat ini. Jangan terlambat. Liam yang mengundang mu bukan aku." lalu berlenggang keluar dari cafe.

***

Kujatuhkan badanku ke atas sofa ruang tamu. Hari yang melelahkan sekaligus konyol.

"Bagaimana? Berhasil?"

Liam duduk disebelahku sambil mengunyah roti isi dimulutnya.

Kupejamkan mataku dengan menghembus nafas berat.
"Berhasil apanya, yang ada aku harus berlari kencang karena penyamaranku gagal."

Mataku terbuka saat Liam mulai menertawaiku. "Apa? Tapi kau berhasil 'kan mengundangnya kemari?"

"Kau yang mengundangnya, bukan aku." koreksiku.

Tangannya menepuk bahuku lalu beranjak dari duduknya. "Tapi kau juga yang akan mendapatkan jawabannya."

***

Hari ini Bella dan teman sekamarnya, Keana akan datang. Sesuai dengan undangannya kemarin, Harry juga meminta Keana untuk datang kemari.

"Tenang saja, tidak perlu gerogi seperti itu." ujar Harry yang tiba-tiba duduk disampingku.

Aku haya melihatnya sekilas dengan senyuman yang dipaksakan. Kekhawatiranku saat ini bukan karena aku akan bertemu Bella, melainkan tentang kebenarannya.

Liam sudah mengatur strategi agar semua ini bisa terjawab tanpa membuat Bella curiga. Kuharap berjalan lancar.

"Kemari, pestanya ditaman belakang." ujar Louis dari kejauhan dengan dua gadis mengekor dibelakangnya.

Aku, Harry dan Liam bangkit berdiri. Zayn akan menyusul karena ia harus pergi ada urusan mendadak, mungkin karena kucing kekasihnya sakit. Entahlah.

Liam berbisik tepat ditelingaku. "Lihat mereka datang."

Louis meminta kami semua untuk duduk melingkar ditengah halaman. Aku duduk diantara Liam dan Louis, dan disamping Louis adalah Bella.

Bella mengenakan sebuah jaket hitam yang menutupi entah itu kaos atau apa, yang jelas memperlihatkan sedikit bagian dadanya.

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang