Twelve

73 21 1
                                    

Suara pintu mobil yang ditutup kembali menghadapkanku ke jalan.

"Kau yakin Key ini mobil yang dikirimkan Harry?" keluhku tetap menatap lurus jalan.

Key menghela nafas berat.

"Seribu persen yakin. Jangan khawatirkan apa pun Bells, cukup nikmati liburan ini."

Punggung Key bersandar di kursi mobil.

Aku hanya menengok sekilas ke arahnya. Key seperti sangat
santai diacara liburan ini.

Memang benar ini weekend, tetapi tetap saja bagiku libur adalah libur, aku juga sudah menunda satu tawaran photoshoot. Padahal belum genap sebulan aku bekerja.

Mengenai apa yang akan dilakukan disana pun aku tidak tau. Yang jelas aku hanya menuruti apa yang dikatakan Key.

Menatap keluar kaca, perjalanan ke London masih satu jam lagi. Sudah cukup lama aku tidak mengunjungi London walaupun jaraknya lumayan dekat karena kesibukanku.

Sebentar, jangan bilang bahwa aku dan Key akan berlibur bersama Harry dan ke-empat teman idiotnya?

Argh, ini akan menjadi liburan yang lebih buruk dari yang kuperkirakan.

Tenang Bells, tenang. Menoleh ke tempat duduk sampingku, terlihat Key yang matanya tertutup dengan headset dikedua telinganya.

Niatanku gagal untuk menanyakan bersama siapa kami akan berlibur.

Mungkin memejamkan sejenak mataku bisa membuatku lebih tenang.

Koperku ini terasa sangat berat saat berjalan melewati lobby hotel.

Aku dan Key baru saja tiba di London. Ternyata, tadi aku tertidur terlalu nyenyak, sampai Key membangunkanku ketika sampai di London.

Suara dentingan lift dan terbukanya pintu, memperlihatkan lorong kamar hotel.

Langakahan kakiku mengikiti si petugas hotel yang sedari tadi memang sudah bersama kami.

"Ini kamar kalian." ujar petugas itu sambil memberikan kunci kamar bernomor 198.

Tangan Key menerima kunci itu dan mengucapkan terimakasih.

"Huh, padahal hanya perjalanan sebentar tapi mengapa badanku sudah pegal-pegal."

Aku memandangnya dari sudut kamar. Ia sedang merebahkan tubuhnya, masih dengan sepatu.

Aku mendekat ke tempat tidur.

"Bisa jadi karena kau terlalu nyaman tidur diperjalanan tadi."

Key bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk menyilang.

"Bukannya kau Bells yang tidur dimobil sampai aku harus membangunkamu, hm?"

Cengiranku menjawab pertanyaan Bells.

"Kau tidak berniat ingin memberi tambahan parfum pada ruangan ini bukan?"

Key menggeleng.

"Apa maksudmu? Parfumku saja masih ditas. Belum ku keluarkan."

Mataku mengarah ke kakinya sambil berbicara.
"Tapi sepertinya jika jari-jari kakimu diperlihatkan, pasti akan menambah wangi ruangan ini."

Key mengikuti tatapanku.
"Ah, iya aku lupa melepas sepatuku,"

Melepas sepatunya, lalu Key bangkit dari tempat tidur dan meletakkan sepatunya di dekat pintu kamar.

"Harusnya kau berbicara langsung saja tanpa bertele-tele Bells." ujarnya sebelum masuk ke kamar mandi.

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang