Six

79 21 5
                                    

Ini sudah lebih dari 15 menit aku menunggunya di Café Aristo yang tidak terlalu jauh dari kampus.

Batang hidungnya belum muncul juga. Atau mungkin dia tidak akan datang?

Aku akan menunggunya beberapa saat lagi.

Menyesap kopiku, dan terdengar suara lonceng dipintu menandakan ada sesorang yang baru saja masuk.

Itu dia Hasley, aku sudah berpikir bahwa ia akan mengingkari ucapannya.

Dia langsung saja duduk tepat didepanku.

"Maaf Bella, aku ada sedikit keperluan tadi. Apa kau sudah menunggu lama?"

"Baru beberapa menit yang lalu." dustaku. "Apa kau mau memesan sesuatu?" lanjutku.

Hasley menggeleng pelan.
"Tidak, kita langsung saja ke topiknya."

Mengambil napas panjang lalu mengehembuskannya pelan-pelan.

"Jadi, dimana kau melihatnya?" tanyaku.

"Aku tidak tau ini kebetulan atau memang sudah takdirnya. Kau pasti tau pekerjaan paruh waktuku bukan?"

Aku menggangguk.

"Nah, saat aku berada di red carpet di acara penghargaan bergengsi itu dua minggu lalu, aku melihatnya. Sangat jelas."

Aku mengerutkan dahiku.

"Dia berada disana untuk mem-foto selebriti yang berjalan di red carpet?"

Hasley mendecak. "Bukan. Tetapi dia selebritinya."

Mulutku menganga lebar. Selebriti apa maksudnya?

"Dengar, benar aku adalah seorang wartawan.
Tetapi, aku baru menyadari bahwa ia adalah seorang artis besar yang kau cari selama ini."

"Ta-tapi kau yakin tidak salah lihat? Ma-maksudku tidak mungkin orang yang selama ini ku cari adalah seorang artis."

Hasley mengambil ponsel yang ada di tas ranselnya.

Mengutak-atik diatas layar ponsel itu.

Lalu menyodorkan ponselnya kepadaku.

Aku melihat lima orang pria memakai jas hitam sedang berdiri tersenyum diatas red carpet.

"Lihat, lelaki berambut pirang itu adalah anggota One Direction. Orang yang kau cari." katanya sambil menunjuk-nunjuk orang yang dimaksud.

Aku membelakan mataku.
"One Direction kau bilang?"

"Ya, aku yakin kau tau nama itu,"
"Hanya itu yang aku tau, selebihnya kau bisa mencari tau sendiri jika kau masih mau menemukannya. Aku pamit."

Tubuhku seperti membeku dengan ucapan Hasley. Ini sungguh tidak mugkin.

***

Author's POV

Bella berdiam diri diatas kursi meja belajarnya. Tangannya tak henti membolak-balik liontin itu.

Pikirannya masih tertuju pada ucapan Hasley siang tadi di café.

"Bella! Bella!" teriak Key dari luar kamar. Sepertinya ia baru saja pulang.

Bella berjalan keluar dari kamarnya.

"Bisakah tidak berteriak? Suaramu seperti petir Key."

"Kau ini kemana saja si Bells? Aku mencarimu dikampus!" katanya sambil memajukan bibirnya.

Bella duduk di sofa dan mengunyah snack yang ada ditangannya.

Ia harus menutupi ke khawatirannya.

"Aku ada urusan dengan teman." ujarnya santai.

Key memutar bola matanya.

"Baiklah, sekarang bantu aku untuk menyiapkan baju untuk makan malam bersamanya, okey?"

Bella bergumam.

"Ayo Bells berdiri bantu akuu!" ujar Key sembari menarik-narik lengan Bella.

Mereka berdua berjalan menuju kamar Keana.

Bella membuka lemari pakaian milik Key.

"Sekarang kita lihat ada baju apa disini."

Tangan Bella memilah-milah baju. Mengeluarkannya satu persatu untuk dipadukan.

Baju yang sudah dipilihnya dilempar ke atas kasur.

"Coba pakai saja yang itu. Kupikir baju itu pantas untuk digunakan untuk makan malam bersama seorang bintang sepeetinya."

"Kau yakin aku akan terlihat sempurna memakai dress itu?" kata Key dengan menekankan kata 'sempurna'.

Bella mengangguk.

"Aku akan tunggu diluar, segeralah ganti pakaianmu."

Tak lama, Key kembali memanggilnya untuk masuk kedalam kamarnya.

"Cocok sekali dengan badanmu Key." kata Bella tersenyum dengan lipatan tangan didadanya.

Key tersenyum puas.
"Baiklah sekarang aku siap."

Terdengar bel dari arah pintu. Bella segera membukanya dan mememukan pria bertubuh besar dengan jas hitamnya.

"Apa nona Keana sudah siap?" ucap sang pria itu.

"Ya, dia siap."

Lihat sekarang, Key si gadis idiot itu diperlakukan seperti seorang putri, batin Bella.

Baru saja Key akan memanggilnya, ia sudah tiba disampignya.

"Kita bisa pergi sekarang. Da-ah Bells!" ujarnya.

"Good luck, Key!" seruku saat dia sudah berjalan agak jauh.

Bella menutup pintunya, kemudian ke kamarnya untuk mengambil laptop dan tidak lupa dengan kacamatanya.

Kembali duduk diatas sofa didepan televisi mungkin adalah pilihan yang tepat untuk suasana sendirinya.

Bella memakai kacamatanya, lalu mulai berkutik diatas laptopnya.

"Baiklah, mari kita lihat siapa One Direction itu." katanya.

Dia mengetikkan nama itu di browser-nya dan langsung muncul banyak web disana.

Di salah satu halaman depan web itu tertulis bahwa grup itu sudah lahir sejak tahun 2010.

Beranggotakan empat pria British dan satu pria Irish.

Irish? Bukannya dia berasal dari Ireland?, batin Bella.

Lalu ia men-scroll down bio dari setiap anggotanya.

Benar saja lelaki itu memang salah satu anggotanya. Dan namanya adalah Niall Horan.

Bella baru saja ingat jika tetangga sebelah rumahnya adalah keluarga yang bernama Horan. Ya, Horan.

Oh ya Tuhan, apa semua tentang dirinya adalah benar?

Bella menekan-nekan batang hidungnya.

Ia mencoba melihat ke bawah lagi dan menemukan nama Harry Styles dengan rambut panjangnya yang curly.

Dan sekarang sahabatnya sedang makan malam bersamanya.

Sungguh ini sangat konyol.

Ini sebuah kebetulan semata atau memang sudah takdirnya?

Kepala Bella sangat pusing untuk memikirkan hal itu.

Matanya yang sudah tak tahan pun, menutup semuanya menjadi gelap.





i'm so sorry banget kalo story ini ga menarik:(

don't be a silent readers and jangan lupa vomment(s) yaa

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang