Fifteen

56 15 2
                                    

Aktivitasku hari ini kembali normal seperti biasanya. Berangkat kuliah dipagi hari sebagai mahasiswa, siangnya berubah menjadi seorang pekerja paruh waktu.

Dan malamnya disibukkan oleh tugas se-gunung yang telah diberikan oleh Mrs. Lucy- dosen muda yang gemar sekali memberi pekerjaan rumah.

Sekitar pukul sepuluh tadi Key menelefonku bahwa ia sekarang sudah kembali ke apartemen diantar oleh Harry. Huh, aku yakin hal itu pasti terjadi.

Aku tidak menemukan Hasley di kampus setelah mencarinya dan menanyakan ke beberapa teman se-kelasnya.

Jadi, aku memutuskan untuk mengunjungi apartemennya yang bisa dibilang cukup jauh dari kampus.

Secara kebetulan juga jadwal untuk memotret hari ini dimulai pukul tiga nanti. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk menghabiskan waktu bersama Hasley.

Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 45 menit menggunakan taksi, untuk kesana jarang sekali ada bus mungkin karena letaknya agak jauh dari kota. Hasley pernah bilang bahwa ia ingin tinggal jauh dari hiruk-pikuk suasana kota supaya lebih tenang.

Setelah turun dari taksi, kulangkahkan kaki masuk ke apartemen-nya. Walau pun jauh dari kota tetapi apartemen disini cukup bagus karena letaknya yang masih didaerah Cambridge.

Aku bertanya kepada petugas apartemen di lobby tentang keberadaan Hasley dan mereka bilang sedari kemarin penghuninya tidak keluar.

Ini aneh, setahuku dia paling tidak betah jika seharian hanya menghabiskan waktunya di kamar.

Kamarnya berada di lantai tiga. Pintu lift yang terbuka langsung menampakkan lorong apartemen yang sepi.

Begitu berada didepan pintu apartemen milik Hasley, aku pun menekan bel-nya dan menunggu seseorang membukakkan pintu.

Kutunggu sampai satu menit ternyata tidak ada yang menyahutnya. Kutekan bel-nya sekali lagi, mungkin ia sedang berada di kamar mandi.

Suara pintu yang terbuka, menunjukkan penghuninya.

"Ya tuhan! Apa yang terjadi padamu?!"

Dia diam menunduk. Aku mendorongnya masuk sambil menutup pintu. Betapa kagetnya aku, banyak barang pecah dan berjatuhan, tirai jendela yang tertutup rapat menambah suasana disini semakin buruk.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Hasley?" ucapku sembari memegangi pundaknya.

Dia jatuh terduduk lemas disofa, aku ikut duduk disebelahnya.

Hasley memandangiku cukup lama, ia pun mendekat ke arahku dan memeluk tubuhku sangat erat sambil menangis.

Astaga, ia tidak pernah serapuh ini sebelumnya.

Tanganku mengelus punggungnya untuk sedikit menenangkannya, "Ceritakan padaku apa yang terjadi, mungkin kau akan lebih sedikit tenang."

Hasley melepaskan pelukannya- tetap dengan tangisannya.

"Matt datang kepadaku kemarin. . ." ujarnya lirih.

Mataku melebar mendengar namanya, jantungku berdebar tidak karuan.

"Apa yang ia lakukan padamu?!" ujarku nyaris teriak.

Mata Hasley memandangi sekeliling ruangan, lalu kembali menatapku.

Aku menutup mulutku yang menganga menggunakan tanganku. Untuk apa dia melakukan ini kepada Hasley? Sungguh dia sudah melewati batas.

"Ba-bagaimana bisa?" tanyaku.

Hasley pun menceritakan dengan detail bagaimana Matt datang hingga membuat kekacauan di apartemen-nya.

"Dia mengancam akan menghabisiku dan lelaki yang kau cari jika aku masih membantumu untuk menemukannya."

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang