Thirteen

79 18 3
                                    

Harry membawa kami ke sebuah private club disekitar kota London yang bernama Raffles Chelsea.

Gemerlap lampu dan bau alkohol adalah sapaan pertama saat aku memasukinya. Harry langsung membawa kami ke segerombolan temannya.

Aku heran Key bisa cepat berbaur dengan mereka yang notabeen-nya baru bertemu satu sama lain, sedangkan aku hanya bungkam memandangi mereka.

Disini sangatlah ramai, banyak orang yang tidak ku kenal. Ada yang bermain billiard, bercanda padahal tidak saling mengenal, dan rata-rata semua lelaki pasti akan mencium seorang jalang. Kecuali. . .

Dia. Lelaki berambut pirang yang sedang duduk di salah satu mini bar sambil meminum birnya. Kupikir ia akan beraktivitas seperti yang lainnya.

Entah setan apa yang masuk dalam diriku, aku bangkit dan berjalan mendekatinya.

Seorang bertender sepertinya sudah sadar jika aku mulai melangkah mendekat.

Tapi saat baru saja aku akan mendaratkan bokongku dikursi, seseorang menepuk pundakku.

Key.

"Ayo Bells, kita ke sana." katanya menunjuk kerumunan orang dipojok ruangan dengan meja besar ditengahnya.

Aku mengagguk sebagai jawaban.

Sempat aku melihat dia yang menoleh saat Key mengajak aku berbicara tadi.

"Semuanya berkumpul disini!"

Teriakan Louis-jika tidak salah itu namanya, yang berdiri naik ke atas meja membuat semua orang disini memperhatikannya. Termasuk aku yang sekarang sudah berada dikerumunan itu.

"Karena semua sudah banyak yang berkumpul disini, kita mulai saja permainannya!"

Louis turun dari meja itu, lalu berdiri diantara kami dengan dua tangan dipinggangnya.

"Kita akan bermain 'Earn Necklace' yang bisa mendapatkannya akan bisa melumat bibir si gadis bahkan boleh jika ingin membawanya ke ranjang!"

Permainan macam apa ini? Bahkan saat kecil dulu pun aku tidak pernah diajarkan.

Tatapan mata Louis berkeliling memandangi sekitaran.
Tangannya melempar sesuatu ke sembarang arah.

Tidak diduga sebelumnya, yang menangkap benda itu adalah Key.

Dia yang berada disampingku memasang ekspresi speechles- nya.

"Nah yang mendapatkan kalung itu akan menjadi gadisnya! Kemari cantik maju ke depan."

Mulutku mengaga lebar mendengar ucapan Louis.

Aku menatap tajam mata Key sebelum maju, dengan artian jangan- kau- lakukan- itu.

Tapi tatapan mataku kurang menusuk, sehingga sekarang Key sudah berada ditengah kerumunan.

Kenapa dia terlalu bodoh untuk melakukan ini?

Louis megambil kalung yang berada genggaman Key kemudian mengalungkannya di lehernya.

"Sepertinya jika hanya seperti ini tidak akan seru. Maukah kau membuka bajumu cantik? Tenang saja kau tidak akan bertelanjang." lanjutnya.

Mataku serasa ingin keluar sekarang dengan perkataan gilanya.

Tidak. Key tidak akan mau melakukan ini. Dia masih memiliki otak untuk berpikir.

Orang-orang ini malah menyerukan agar Key mau membuka bajunya.

"La- ku- kan! La- ku- kan!"

Sekali lagi, sepertinya aku akan terkena penyakit jantung melihat pemandangan menjijikan ini.

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang