Four

111 29 2
                                    

Sejak kepulangan aku dan Key dari taman tadi, ia sama sekali belum berbicara kepadaku.

Begitu kami masuk apartement, Key langsung melesat masuk ke kamarnya begitu saja.

Bahkan saat dibus menuju perjalanan pulang, ia hanya memakai headseatnya dan bersenandung sendiri dengan senyuman gila yang tetap terlukis diwajahnya.

Daripada penasaran, selesai mandi aku berniat untuk ke kamarnya.

Ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja dan berharap bahwa senyum bodoh diwajahnya sudah hilang.

Aku mengintipnya dari celah pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

Key sedang tidur diatas kasurnya dengan ponsel yang ia genggam diatas perutnya.

Aku yakin dia sedang tidak tidur, karena senyumnya masih tetap menempel disana.

Aku berdehem, seketika dia membuka matanya begitu menyadari ada seseorang yang baru saja masuk.

"Hai Bells." sapanya dengan cengiran bak kuda.

Aku duduk ditepian kasur, mentapnya dalam-dalam bahwa dia sudah kembali waras.

Key bersender di dashboard saat aku memperhatikannya. Ia terlihat bingung dengan kelakuanku.

"Ada apa denganmu Bells?"

Mendekat ke arahnya kemudian menempelkan punggung tanganku didahinya.

Key menghindar dan mendorong tanganku agar pergi dari wajahnya.

Aku bergumam. "Kau tidak panas kok."

"Kau kira aku gila ya?" tanyanya kebingungan.

Memutar bola mataku, kemudian sedikit mundur dari hadapannya.

"Sungguh aku tidak tau apa yang terjadi padamu hari ini. Kau terus saja tersenyum seperti baru dirasuki setan."

Key menggedikan bahu sembari memutar bola matanya dan bibir senyum yang dimajukan.

"Aku sangat senang Bells!!!!" serunya hampir berteriak, dia antusias.

"Kupikir aku tadi tidak membelikanmu lolipop atau mengajakmu bermain boneka."

"Aku bukan gadis kecil Bells, aku sungguh-sungguh dengan ucapanku."

Mengambil bantal yang ada disekitarku, menaruhnya diatas paha dan menangkupkan kedua telapak tanganku di daguku.

"Baiklah kalau begitu ceritakan padaku."

Ia terdiam sambil menggigit bibir bawahnya.

"Tapi, ia bilang aku tidak boleh menceritakannya kepada siapa pun."

Aku mendengus kesal. "Kau pikir aku siapa hah? Aku temanmu bukan, ayolah ceritakan padaku Key."

Keana's POV

Aku berlari kecil menuju toilet setelah aku berkata pada Bella untuk menungguku.

Saat aku tiba didepan toilet, aku melihat seorang laki-laki berkuncir yang sedang menunduk sibuk mengetikkan sesuatu diponselnya.

Karena aku sudah tidak tahan, aku langsung masuk ke dalam toilet wanita.

Saat aku keluar, lelaki itu masih tetap disitu. Aku berjalan melewatinya, dan tiba-tiba tangannya menarik lengaku.

"Hey apa-apaan kau ini?!"

Tepat saat aku berbalik, aku merasa pernah melihatnya.

Ya benar, wajahnya terpajang disetiap tembok jalan kota. Tidak salah lagi, dia orangnya.

Aku membisu saat dia menatapku.

"Apakah kau tau pintu keluar mana selain pintu masuk utama?"
tanyanya dengan suara seraknya.

"E-eum i-itu disana, te-tepat disamping kasir." kataku terbata-bata dengan menunjuk ke arah yang ku maksud.

"Baiklah terimakasih. Bolehkah aku meminta nomormu, Nona?"

"O-oya tentu."

Dia memberikan ponselnya kepadaku, kemudian aku mengetikkan nomorku disana.

"Ini sudah." kataku menyodorkan kembali ponselnya.

"Oke, kalau begitu sampai bertemu dilain waktu dan jangan ceritakan hal ini kepada siapa pun."

Dalam hitungan detik dia sudah pergi meninggalku yang masih mematung.

Aku menggaruk tengkuk ku yang sebenarnya tidak gatal.

"Aku masih tidak mengerti apa yang kau bicarakan Key. Siapa lelaki yang kau maksud?"
tanyaku setelah ia menceritakan panjang lebar.

Ia menghembuskan napas panjang.

"Jadi pada intinya, aku senang karena yang meminta nomorku adalah seorang Harry Styles!! Dia adalah idaman para gadis Bells!!"

Aku menautkan kedua alisku.
"Harry Styles? Siapa dia?"

Key membelakan matanya.
"Kau serius tidak mengenalnya Bells?!"

"Tidak, aku tidak tau siapa dia. Bahkan, aku baru saja mendengar namanya dari mulutmu."

"Kupikir dengan kau memiliki ponsel kau tidak akan se- kudet ini," katanya dengan nada tidak percaya.

"Sebenarnya kau lahir dijaman seperti apa Bells?" lanjutnya.

"Jaman dinosaurus yang mulai membuatkan susu untuk bayi."

Key melempar bantalnya ke arahku.

"Selalu saja kau menjawabnya seperti itu. Dengar aku Bells, ini adalah pertanyaan paling mudah se-jagat raya."

Aku memajukan badanku.

"Apakah kau tau the biggest band in the world One Direction?"

One Direction? Berpikir Bells, berpikir.

"Jangan bilang bahwa kau tidak tau." serunya dengan nada sok mengancam.

"One Direction? A-aku pasti taulah band yang sangat terkenal itu." ujarku tak mau kalah.

Key menggangguk memastikan.
"Setidaknya kau tau band itu, tentang Harry kau bisa mencari tau sendiri."

***

Tidak terasa seminggu hampir berlalu. Hari terasa cepat dengan adanya Keana disini.

Selama akhir-akhir ini juga kami berdua sempat untuk mengunjungi beberapa tempat terkenal di London.

Sekitar dua jam lagi, hari pertama kuliah akan dimulai. Selagi menunggu waktu, aku berdiam didepan laptop dengan secangkir hot chocolate.

Melihat foto-foto yang sempat ku ambil kemarin saat aku mengunjungi beberapa tempat.

Saat aku sedang asyik melihat slide foto, tiba-tiba saja ponselku berdering.

Vomennt(s)nya dong jgn lupa:)) btw chapter ini lebih panjang dari yg sebelumnya selanjutnya juga bakal lebih panjang ko HEHE.

Summer MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang