“Oh ya, kau sakit kan? Aku ambilkan air hangat ya untuk mengompresmu?” tawar Perrie.
“Tidak perlu. Aku jauh merasa lebih baik sekarang. Aku lega kalian mau memaafkanku.” ucapku tersenyum.
“Lagi pula kenapa bisa sampai tertidur di luar, sih? Kau tahu salju selalu turun akhir-akhir ini.” ujar Demi.
“Kemarin aku sedang menyesali semuanya. Aku menangis lama sekali. Ada Harry di sampingku waktu itu. Aku mencurahkan semuanya pada Harry, mungkin karena terlalu lama mengobrol, aku dan dirinya jadi mengantuk dan akhirnya kami berdua tertidur di sana sampai jam makan malam tiba.” jelasku.
“Sampai seperti itu?” tanya Perrie. Aku mengangguk. Perrie mengusap bahu kiriku. “Lalu kau dengan Zayn bagaimana? Kau mau kembali padanya, kan?”
“Maaf, Pez, untuk itu aku tidak bisa.”
“Kenapa?”
“Aku baru sadar, cintaku bukan untuknya tapi orang lain.”
“Siapa?” tanya Demi.
“Justin.” jawabku.
“Justin?!” Demi dan Perrie mengucap bersamaan. Aku mengangguk.
“Ya. Aku cinta padanya. Aku juga mengira bahwa aku mencintai Zayn pada awalnya. Tapi bukan, rasa itu bukan cinta. Mungkin sekedar suka atau sayang yang tak lebih dari sebatas teman. Tapi kalau bersama Justin, jantungku selalu berdebar dan tak berdaya saat menatap matanya. Aku tidak tahu bagaimana bisa aku mencintai dia, namun itulah yang kurasakan sesungguhnya.”
“Lalu bagaimana dengan Zayn sekarang?” tanya Perrie.
“Aku tidak tahu. Mungkin ia sedang hancur karena aku. Maafkan aku, Perrie, aku tidak menepati janjimu untuk membahagiakan Zayn. Tapi aku tahu kaulah orang yang tepat untuk itu. Kau tulus mencintainya sudah lama. Kaulah wanita yang dia butuhkan.”
“Tapi dia cintanya denganmu, Autumn.”
“Perlahan, aku yakin dia akan jatuh cinta padamu. Percayalah.” ucapku.
“Autumn benar. Perrie, hanya kau yang pantas untuknya. Jika Autumn melanjutkan hubungannya dengan Zayn, kasihan Zayn, cintanya bertepuk sebelah tangan. Autumn juga akan selalu merasa tak nyaman, karena lelaki yang diinginkan dia sebenarnya adalah Justin. Bukan begitu, Autumn?” tukas Demi. Aku tanggapi dengan anggukan.
“Tapi..”
“Perrie, jika dia kebahagiannmu, gapailah. Jangan kau berikan dia kepada orang lain yang belum tentu bisa membahagiakannya.” ujarku memotong kata-kata Perrie.
Aku masih melihat keraguan dari air mukanya. Aku tahu dia pasti masih meragukan apakah Zayn bisa menerima dia dalam hidupnya. Perrie termasuk orang yang kurang percaya diri. Tapi aku yakin, Zayn dan Perrie adalah sepasang manusia yang harus bersatu. Sama seperti harapanku terhadap Justin.
********
Eleanor sedang berjalan sendirian menuju kampus. Bukan untuk kuliah, karena ini hari Sabtu dan kuliah libur dihari Sabtu dan Minggu. Ia hanya ingin ke lokernya karena ada beberapa buku yang tertinggal di dalam sana sedangkan ia ingin belajar untuk ujian Senin nanti. Jadi, ia memutuskan untuk mengambilnya. El baru saja sampai di lantai paling bawah, sudah keluar dari Asrama Putri. Baru beberapa langkah ia berjalan, ada sebuah kertas yang diremas menjadi bulat, di lempar mengenai kepalanya.
“Siapa sih yang membuang kertas sembarangan?” ucap El mendumal kesal. Ia mengambil kertas itu dan membukanya. Entah kenapa dia membuka kertas itu, mungkin ia mengira kalau kertas itu ada tulisannya.
YOU ARE READING
Unexpected (Completed)
FanfictionSekelompok gadis remaja "anti-popular" yang bersahabat, Autumn Styles, Demi Lovato, Miley Cyrus, Selena Gomez, Perrie Edwards, dan juga Eleanor Calder, harus terbiasa dengan keberadaan pria-pria popular di kampus mereka. Seperti julukannya yang anti...