Part 17 : My Brothers Are In Love

1.3K 73 5
                                    

“Ya, maafkan aku. Takkan kuulangi lagi.”

“Itu kepentingan mendadak, Zayn.”

“Ya, aku janji.”

“Ya, babe.”

“Alright. Good night, I love you too.”

Sambungan terputus. Tadi itu Zayn yang menelepon. Ia kesal aku tinggal saat di diskotik tadi. Katanya ia sangat khawatir padaku, takut terjadi apa-apa denganku mengingat kejadian malam natal waktu itu. Aku paham mengapa Zayn se-protective itu. Aku pun trauma, tapi tadi adalah keadaan yang genting. Pikiranku hanya tertuju pada Justin. Aduh, sudahlah, aku tidak mau memikirkannya lagi. Tapi aku senang, itu berarti Zayn sangat menyayangiku. Dia benar-benar sosok lelaki pujaan.

Knock, knock. “Autumn, boleh aku masuk?” ada yang mengetuk pintu kamarku. Itu suara Harry. Jelas sekali.

“Ya, buka saja.” sahutku. Pintu kamar dibuka olehnya dan dia masuk ke dalam, duduk di kasurku. “Ada apa kemari?”

“Mau bercerita.” jawabnya.

“Cerita? Apa? Dongeng?” sahutku meledeknya. Aku mengambil gelas berisi air teh hangat di meja samping tempat tidurku dan meminumnya.

“Aku suka pada Miley.”

“UHUK.. UHUK.. UHUK..”

“Autumn!! Argh, kau ini bagaimana? Aku jadi basah kan! Kalau mau sembur lihat-lihat dulu!”

Harry mengusap-usap wajahnya yang tak sengaja kusembur dengan air tehku. Aku kaget sekali saat dia bilang begitu. Bahkan aku sampai tersedak. Dia suka pada Miley? Tunggu, arti suka yang ini, suka sungguhan atau bagaimana?

“Maaf, maaf. Makanya jangan berkata hal-hal yang mengejutkanku. Tadi apa kau bilang? Benar yang kau katakan tadi?” ujarku.

Harry mengangguk pelan. “Aku selalu memikirkannya. Aku rasa, aku memang menyukainya. Benar tidak kalau seseorang itu terus berada di pikiran kita, tandanya kita menyukai orang itu?”

“Ehm, sepertinya benar. Tapi, kau serius?” aku menyernyitkan kedua alisku.

“Serius! Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini asal kau tahu saja.”

“Kau tidak main-main, kan?”

“Tidak. Untuk apa aku main-main?”

Aku menatap Harry dengan tajam. Menyodorkannya tatapan mengintrogasi. Mendesaknya supaya berkata jujur.

“Aku benar-benar menyukainya. Kau tidak percayaan sekali denganku.” ucap Harry, melipat tangannya di bawah dada.

“Jelas saja aku tidak percaya. Kau kan bisanya hanya menggoda gadis-gadis. Berpacaran saja tidak pernah. Lalu tiba-tiba kau menyukai Miley. Kenapa bisa?”

“Dia berbeda, Autumn. Didekati, aku diusir. Diajak bicara, aku dicueki. Digoda, aku ditendang.”

Aku terbahak mendengar kalimat terakhirnya. “Jangan coba-coba menggodanya. Itu baru ditendang. Jika macam-macam, mati kau.” ancamku. Tapi, itulah perumpamaan yang tepat.

“Maka itu. Aku belum pernah ditolak seperti itu sebelumnya. Apa baginya aku kurang tampan?” tanyanya. Wajahnya sedikit memelas. Lucu juga, haha.

“Memangnya kau tampan?”

Harry membulatkan mata hijaunya. “Aku serius.”

“Haha, ya, ya. Sebenarnya Miley tidak pernah melihat dari fisik. Kalau dia suka, ya, suka saja. Sejelek apapun kau, jika itu hanya fisik, dalam arti bukan jelek sifat, masih ada kesempatan untuk Miley suka padamu.” tuturku padanya.

Unexpected (Completed)Where stories live. Discover now