Mereka Terpisah

44 1 0
                                    

Percakapan di telepon jauh setelah sidang Sendu dan selang beberapa waktu setelah wisuda.
👧: Halo?

Terdengar di ujung sana suara Sendu yang mengangkat teleponnya.
👦: En, dimana?
👧: Di rumah.
👦: En ih, serius?
👧: Aslinya!
👦: Beneran mau pergi?
👧: Iya, ntar malem. Kenapa gitu, Dey?
👦: Ga pamit dulu ih!
👧: Iya, ini makanya sekarang.. Dey aku pamit ya!
👦: Eh kamu tuh! Ya udah, moga sukses ya kakak!
👧: Kenapa kakak! Ih, kan ceritanya juga kamu yang lebih tua!
👦: Alah, iya deh.. take care and good luck!
👧: Terima kasih banyak, Dey. Sayang kamu!
👦: Eh, tetep ya dasar! Yaudah dadah! Aku tutup, ntar kamu keterusan sayangnya!
👧: Ish..! Yaudah, dadah!

Kemudian sambungan telepon mereka terputus. Siang kembali terasa cukup menguras keringat dan sesak oleh hiruk pikuk. Tapi tampaknya semua itu tidak dihiraukan oleh Sendu terutama setelah komunikasi singkat yang dimulai oleh Dey melalui sambungan telepon dan entah kapan akan mungkin terjadi lagi, yang pasti Sendu kini tampak tersenyum-senyum sendiri sambil menatap kendaraan-kendaraan yang melewati rumahnya dari balik jendela kamar. Sendu kemudian memutuskan untuk beranjak ke ruang keluarga agar dapat mengobrol dan bercengkrama dengan keluarganya sebelum nanti malam dirinya harus berangkat untuk memenuhi tugasnya sebagai staff baru di sebuah perusahaan yang merupakan cabang dari perusahaan besar di Korea Selatan.

Akhirnya malampun tiba, jam keberangkatan kian mendekat.. hanya tinggal beberapa jam lagi. Sendu, terduduk di salah satu kursi bandara.. mengambil tempat yang cukup jauh dari keluarganya, dia asyik bermain game yang sengaja baru saja dia download.
👦: Ayo, sekarang.. pamit yang bener!

Dey menyapa dengan suara sedikit bergetar, mungkin karena udara malam yang mulai menjadi dingin. Dey berdiri di belakang sosok perempuan sebaya dengan dirinya yang tengah menyeruput segelas minuman yang mengepul hangat.
Sendu tertegun beberapa saat, memiringkan kepala kemudian menggeleng lalu meneguk beberapa hisapan dari coklat hangat yang tadi dia beli. Sesaat dia merasa mendengar suara Dey, tapi Sendu tidak begitu yakin. Malam sudah mulai larut, jadi mungkin suara Dey tadi hanya refleksi dari khayalannya saja.
👦: Sendu!

Dey mulai berang karena takut salah orang. Perempuan yang duduk membelakanginya itu tak kunjung berbalik atau menengok saat mendengar namanya disebut.
Sendu bangkit dari tempat duduknya dan berbalik untuk memastikan dia benar-benar mendengar suara Dey.
👧: Dey odong! Ngapain kamu disitu? Aku disini ih!

Sendu melambaikan tangannya sambil tertawa dengan gelak tawanya yang khas tepat saat dia menemukan sosok Dey di belakang barisan kursi yang salah. Kontan orang-orang yang mengenal merekapun ikut tertawa ketika menyadari Dey telah salah orang.
Dey menepuk mukanya sendiri lalu berjalan gontai ke arah Sendu sekilat kemudian ketika orang yang tadi dia sapa menengok, Dey segera membenarkan caranya berjalan menjadi lebih cool dan santai bak peragawan seraya mengusap sebagian rambutnya dengan penuh percaya diri. Tak butuh waktu lama hingga langkahnya berhenti karena telah sampai di depan Sendu.
👦: Sengaja kok bukan salah!
👧: ... 😂😂😂
👦: Kan biar kamu ketawa dan yang lain juga jadi terhibur. Lihat tuh!

Dey menunjuk beberapa orang yang masih berdiri di belakang sana tertawa, sosok-sosok yang Sendu kenal.. tapi mereka tampak menahan diri untuk tidak mendekat.
Sendu masih geli dengan kejadian barusan sehingga kini dia masih tertawa sambil memegangi perutnya.
👧: Ngeles aja, huh!
Kamu ngapain kesini ih? Mau berangkat juga?
👦: Mau dadah! Mereka juga sama mau dadah..

Dey menengok ke arah teman-teman kami. Akhirnya salah satu dari mereka, Dian berlari kecil mendekat ke arah Dey dan Sendu.
👩: Sendu.. hati-hati di jalan ya.. inget kita terus.

Dian memeluk Sendu.
👧: Iya lah, hon. Masa lupa?
👩: Asyik ketemu Manfred disana!
👧: Haish! Apaan? Dia aja ga kenal sama aku!
👩: Ya siapa tau kan, ketemu di mall pas dia lagi jalan-jalan santai karena ga syuting.. 😆😆😆
👧: Ngaco ah!
👦: Bener, En. Bisa aja tau! Lumayan kan kamu jadi ga terlalu kangen sama aku kalo disana ga sengaja papasan sama Manfred di mall!
👧: Kamu jangan cemburu ya!
👦: Ga bakal cemburu sama yang ganteng mah, kan dia jelas lebih ganteng dari Dey. Asal jangan lupa kalo kamu juga ketemu Bei, mintain tanda tangan sama foto ekslusif buat Dey ya 😍
👧: Ah, kamu aja sih dateng sana ke lokasi syuting sambil nengokin aku! Emangnya aku kerja di kawasan industri drama tv? Ah kamu nih!
👦: Ya kan siapa tau..
👩: Dey ga akan bilang apa-apa gitu ke Sendu?

Sendu menengok ke arah Dian dan Dey bergantian, penasaran. Sorot mata Sendu kini penuh selidik.
👦: Apa?
👩: Ih, ya gak tau.. kan siapa tau ada..
👧: Apa?

Sendu dan Dian menengok kearah Dey.
👦: Moga sukses ya dodol!
👧: Aamiin. Makasih loh! Udah itu aja?
👦: Terus apa lagi dong?

Sendu menaikkan bahunya mengisyaratkan bahwa dirinya tidak sedang menebak apapun yang hendak Dey sampaikan. Mereka bertiga kini terjebak dalam suasana hening. Untung teman-teman yang lain kini mulai mengerumuni Sendu dan menjabatnya sambil mengucapkan sampai jumpa dan mendoakan kesuksesannya kelak. Sendu senang teman-temannya datang hingga dia terlibat percakapan santai dengan mereka. Tidak terasa jam di pergelangan tangan Sendu menunjukkan waktu untuk boardingpass. Sendu beranjak sambil berpamitan dengan keluarganya kemudian melambaikan tangannya kepada keluarga dan teman-temannya.
👦: Sendu..!

Sendu menengok kembali ke belakang dan mendapati dirinya tengah berada di pelukan Dey.
👧: Kenapa ai kamu?
👦: Ih, ga romantis banget!
👧: Au ah. Udah nanti aku terlambat.
👦: Keep contact mabro!
👧: Siap masist!
👦: Halah! Yaudah sana!

Dey melepaskan pelukannya dan mendorong Sendu ke arah pintu masuk boarding sambil melambai. Sendu berjalan memunggungi Dey sambil mengangkat tangannya.. melambai.
Dey menatap Sendu hingga semakin jauh berada di sisi lain pintu yang tadi dilaluinya.

Di dalam sana Sendu menahan diri untuk tidak berbalik untuk melihat Dey, tapi dia menatap ponselnya yang berbalut mirrorcase mencari tahu apakah Dey masih dibelakang sana menatap punggungnya yang tak kunjung berbalik.
Ternyata iya, Sendu tersenyum-senyum gembira sambil terus melenggang menuju kursi-kursi empuk di dalam sana. Kini dia asyik bermain dengan khayalannya dan lompatan-lompatan aneh di dalam partikel-partikel tubuhnya.

MemarWhere stories live. Discover now