Aku menaiki lift sendirian menuju rooftop setelah security meyakinkan aku bahwa di atas sana telah terpasang kamera cctv. Aku benar-benar merasa gugup, seperti blind date jaman SMP yang kopi darat setelah mengobrol melalui chat MiRc. Ini lebih terasa aneh karena aku tak pernah mengobrol melalui media sosial manapun dengan orang yang akan aku temui kurang dari dua menit lagi. Aku memandang lekat-lekat angka yang terus berganti pada panel penunjuk tingkat yang lift lalui. Semakin atas lift ini berada, detak jantungku semakin kencang berdetak. Aku menghentikan lift satu lantai sebelum rooftop. Lalu keluar dari lift tersebut. Menghela nafas.. satu lantai lagi dan aku akan bertemu dengannya yang membuat aku memenuhi permintaannya hingga sejauh ini.
Aku berjalan mondar mandir didepan pintu lift. Tampak lift yang tadi aku naiki sudah mencapai rooftop sementara lift yang satunya lagi membuka. Beberapa orang keluar dan tertinggal satu orang disana aku tak begitu melihatnya dengan jelas. Aku membiarkan lift itu menutup kembali.
Hufth.. aku menghela napas kemudian menekan tombol lift. Lift yang tadi aku naiki sudah berada jauh di bawah. Kini lift yang lainnya yang kembali membuka setelah mengantarkan orang terakhir tadi. Dimana dia turun? Rooftop? Ah, aku tak mau menambah panjang daftar pertanyaan dalam benakku. Aku melangkah memasuki lift dan menekan simbol rooftop. Tak butuh waktu lama, hanya beberapa belas detik.. pintu lift terbuka dan aku sampai di rooftop.☆☆☆☆☆
Aku melangkah keluar dari lift. Mataku menyapu pelataran rooftop dengan rakus, mencari tahu dimana dia berada. Kamu tahu apa yang aku dapati? Sepi..
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara dari samping belakangku. Suara yang aku kenal..
👧: Manfred?
Aku segera berbalik dan terbelalak menatap Manfred yang benar-benar berdiri di hadapanku saat ini.
(Dalam bahasa Inggris)
👴: Wow, aku kira kau sudah melupakanku!
👧: Kau becanda? Aku takkan melupakan orang-orang baik yang ada di sekitarku. Kamu ngapain disini?
👴: Aku sedang menikmati rooftop kondominum ini.
👧: Aneh!
👴: Kamu sendiri kenapa berpakaian seperti itu keatas sini?
👧: Ada yang menantiku disini..
👴: Siapa?
👧: Entahlah..
👴: Kau becanda!
👧: Aku serius!
👴: Takkah kau tahu byul berarti bintang?
👧: Lalu? Eh tunggu, byul?
👴: Aku yang menunggumu disini, Sendu!
👧: Sekarang kamu yang becanda!
👴: Tidak, aku tak becanda. Aku yang menyiapkan kado dan menulis surat-surat itu.
👧: Benarkah?
👴: Akulah "byul" .. bintangmu!
👧: Star...
Aku menggumam dan refleks memegang kalung yang menggantung di leherku.
👴: Kamu selalu mengenakannya?
👧: Iya..
👴: Terima kasih!
👧: Aku yang harusnya mengucapkan terima kasih. Gaun ini indah! Darimana kau tahu ukuranku?
👴: Menerka.
👧: Teaser!!
👴: Hahaha.. aku bertanya pada temanmu sewaktu di Thailand dan membiarkannya berfoto denganku.
👧: Ahh.. pantas..!
👴: Ok sekarang ikut aku!
👧: Kemana?
👴: Makan malam...
👧: Disini? (Aku menengok kekanan dan kekiri mencari petunjuk)
👴: Kau becanda lagi! Aku telah memesan tempat dinner di salah satu restaurant beberapa blok dari sini.
👧: Oh..
👴: Kau ini lucu! Tak mungkin aku menyiapkan makan malam di atas sini dengan udara yang membuat kita beku seperti sekarang ini. (Manfred memegang tanganku)
Mana sarung tanganmu?
👧: Di tas..
👴: Pakailah!
👧: Kau sendiri?
Manfred menaikkan telunjuknya sambil tersenyum lalu mengambil sepasang sarung tangan dari saku mantelnya kemudian kami mengenakan sarung tangan masing-masing. Hangat..
👴: Ayo...
👧: Kemana?
👴: Turun.
Manfred menggandengku ke arah lift, kami menunggu pintu lift terbuka dalam diam. Sesekali rambutku terbang tertiup angin. Aku menengok ke arah Manfred dan mendapatinya sedang memandangiku.
👧: Apa?
👴: Kau cantik!
👧: Terima kasih...
👴: Sama-sama😊
Dia masih memandangiku. Hingga pintu lift terbuka.
Di dalam lift kami tak banyak bicara. Hanya sesekali bertukar senyum. Sungguh aku tak menyangka Manfred akan benar-benar datang menemuiku. Pintu lift akhirnya terbuka di area lobby, kami melangkah keluar menuju sebuah mobil yang sudah menunggu di depan pintu masuk (vallet).
👴: Silahkan masuk...
👧: Terima kasih.
Manfred menutup pintu mobil lalu masuk melalui pintu lainnya setelah memberi tips kepada petugas vallet yang kini tampak tersenyum lebih lebar daripada senyumnya tadi.
👧: Wow, kau benar-benar menyiapkan segalanya! Bahkan hingga kendaraan ini..
👴: Tentu, aku tak ingin kau bersusah payah hanya untuk makan malam denganku!
👧: Mari lain kali kita berjalan kaki ke taman yang berada beberapa blok dari sini.. hmm.. bermain salju?
👴: Ok.
Lalu mobil melaju meninggalkan kondominium menuju tempat makan malam yang telah menanti kedatangan kami.
YOU ARE READING
Memar
BeletrieKisah cinta picisan antara Sendu dan Dey. Mereka mempunyai cara masing-masing untuk saling memberi perhatian. Suasana gagal romantis yang tidak terlalu remaja karena mereka dipertemukan saat tak lagi berusia remaja, namun mereka sering kali tidak be...