Curhatan Sendu

36 1 0
                                    

Cinta..
Apa itu cinta?
Aku hanya terbawa perasaan, mungkin..
Sejauh ini hanya ada Dey di hatiku. Tapi entah mengapa ketika mengantarkan Manfred ke bandara dan menatap lambaiannya di kejauhan aku merasakan sakit di dalam jantungku, seperti teriris. Bibirnya mengucapkan "i love you" tanpa suara di kejauhan kala itu, aku hanya bisa tersenyum dan membalas lambaiannya.
Mungkinkah ini dilema?
Betapa debar jantungku membuncah ketika satu minggu saat dia menghabiskan liburan akhir tahunnya bersamaku telah mengukirkan kenangan indah dengan perlakuan manisnya yang sederhana. Aku, mungkin terlalu lama menunggu Dey yang mungkin takkan membalas perasaanku.. sehingga hatiku perih seperti tercerabut dari tempatnya ketika melepaskan Manfred kembali ke kehidupannya yang sibuk. Mungkinkah aku telah jatuh cinta?
Apalah cinta?!
Tak aku inginkan, tak aku izinkan berpindah pada yang lain.. perasaanku masih pada Dey yang kian sibuk dengan karirnya. Dey, Dey yang bukan siapa-siapa.. hanya teman terdekatku. Begitulah juga dia menganggapku..pasti!
Dey.. aku sangat mengenalnya seperti aku mengenal diriku sendiri meski dia tak menyadarinya. Aku tahu, aku dan dia masih sama-sama sangat menjaga hati kami masing-masing untuk tak terluka. Hingga akhirnya kini, aku melukai hatiku sendiri dengan tetap memupuk perasaanku pada Dey dan semakin melukai hatiku sendiri ketika ada perasaan yang tulus di depan mataku..mencintaiku.. melukiskan senyum.. membawa hariku lebih berwarna.
Dilema? Tampaknya memang seperti itu.

Aku dan Manfred..
Manfred, aku tahu sangat jauh dari mungkin bagimu untuk berada dalam jalan kehidupan yang sama denganku. Aku akan tetap berpegang teguh untuk terus meniti langkah di jalanku ini, dan kurasa entah sampai kapan kamu pun tak akan menyebrang kemari kecuali karena aku.
Seandainya kamu berada dalam satu titian yang sama denganku karena keputusan hatimu sendiri, mungkin telah lama aku bersamamu. Aku bisa apa?
Kamu bisa apa?
Kita sama-sama berpijak pada pondasi yang berbeda dan tak satupun dari kita ingin berpindah. Lalu, kita bisa apa?
Kaca-kaca bandara tampak jelas memisahkan kita kala itu, aku dan kamu hanya mampu saling menatap..saling mendamba tanpa mampu melakukan apapun. Manfred, takkah kamu menyadarinya? Itu refleksi nyata hubungan kita dalam kehidupan, terpisah oleh sesuatu yang tak nampak membuat aku dan kamu tak mungkin bersatu.

Dan semenjak Manfred kembali pulang ke Thailand, aku menangis setiap selesai mengobrol dengannya. Entah itu setelah chat, menelpon, ataupun panggilan video. Aku merasakan sesuatu yang menyakiti jantunghatiku.. cinta? Selalukah sesakit ini?
Telah terbagikah cintaku?
Tidak!
Aku masih belum yakin aku mencintai siapa.. hatiku dan cintaku masih milikku, masih kusimpan rapat dalam bilik tersunyi di dalam sana.

Aku hanya terhanyut oleh perasaan Manfred dan oleh khayalanku yang masih kurangkai dengan Dey di dalamnya!

MemarWhere stories live. Discover now