Tidak terasa sudah setahun aku bekerja di Thailand. Beberapa bulan lagi waktunya aku ditarik untuk berkerja di kantor pusat. South Korea, i am coming! Hahaha.
Setahun terakhir ini Siam mall menjadi tempat favoritku untuk jalan-jalan dan sejauh ini aku masih berharap tanpa sengaja bertemu dengan Manfred di sana. Tapi ternyata sampai detik ini, takdir belum juga mengijinkan aku bertemu dengan si ganteng. Ok. Hari ini bukan weekend dan jadwal meeting cukup padat. Aku hanya punya waktu satu jam untuk beristirahat dan menjernihkan mata dari suntuknya ruang meeting. Kebetulan tak jauh dari lokasi meeting, sekitar 5 menit berjalan kaki terdapat cafe.
Jadi inget cerita i fay, i love you. Ah sudahlah, aku benar-benar butuh udara segar. Aku berjalan menuju cafe, tumben tempat ini nampaknya agak penuh dan pintu cafe dijaga cukup ketat. Aku tak terlalu ambil pusing selama petugas cafe tersebut mempersilahkan aku memasuki cafe. Seperti biasa aku memesan hot chocolate without sugar. Tak lama pesananku siap, aku membawa segelas coklat panas tersebut menuju salah satu meja dekat jendela. Hingga tiba-tiba seseorang yang aku kira waiter menghampiriku, aku mendongak dan dia bukan waiter. Aku kembali menekuni gelas berisi coklatku.
(Sebenarnya percakapannya pake bahasa Inggris tapi aku menuliskannya dalam bahasa Indonesia ya guys)
👴: sawadee khab.. hello?
👧: hai..
👴: Kamu bukan orang Thailand?
👧: Bukan, aku orang Indonesia.
👴: Ok, boleh aku duduk disini?Dia menunjuk kearah kursi dihadapanku. Aku memandangnya lekat-lekat, seperti pernah melihatnya. Tapi dimana? Aku hanya mengangguk dan mengisyaratkan dengan tangan agar dia duduk ditempat yang dia kehendaki tadi.
👴: Apa kamu turis?
👧: Apa aku terlihat seperti turis?Aku masih memandangnya. Balik bertanya? Tentu saja! Aku mengenakan pakaian formal, dan apakah turis disini mengenakan pakaian formal? Dia hanya membuka pembicaraan, ah trik lama. Aku hanya tersenyum menunggu jawabannya.
👴: Tidak. Tak tampak seperti turis. Sedang apa di sini?
👧: Maaf? Bukankah tampak seperti sedang menikmati segelas coklat?
👴: Hahaha.. kau ini lucu! Oke, mari kita mulai lagi dengan lebih sopan. Perkenalkan aku Ma.. maksudku Suwannarat. Manfred Suwannarat.. namamu?
👧: Aku Sendu.
👴: Senang berkenalan denganmu.
👧: Sama-sama.
👴: Apa yang membawamu ke Thailand yang indah ini?
👧: Bisnis. Pekerjaanku yang membawaku kesini.
👴: Baiklah. Hmm.. pernahkah kamu menonton film-film Thailand?
👧: Pernah dulu, sewaktu aku masih berkuliah.
👴: Aktor favoritmu?
👧: Kau.
👴: Kamu tahu aku?
👧: Tentu, sejak tadi mereka memegang postermu dan meneriakkan namamu.
👴: Apa kamu sudah berjalan-jalan ke tempat-tempat indah disini?
👧: Belum seluruhnya. Lihat, mereka mulai mengarahkan lensa kameranya ke arahku. Kau tahu, aku tak menyukainya!Aku mengisyaratkan dengan mataku kearah fans-fans Manfred yang menggila dan beberapa paparazi yang mulai berdatangan diluar sana.
👴: Maafkan aku atas ketidak nyamanan ini.
👧: Lupakanlah.Aku mempersiapkan tasku, kemudian menyeruput coklatku yang kini hangat hingga habis. Bersiap kembali ke lokasi meeting.
👴: Kau mau pergi? Maafkan aku..?
👧: Ya aku harus pergi.Aku berdiri dan aku terlupa. Aku meninggalkan poselku diantara gelasku dan gelas Manfred.
👴: Ponselmu. Sekali lagi maafkan aku?
👧: Jangan dipikirkan. Aku tak apa-apa. Dan aku benar-benar harus pergi.Lalu aku tersenyum simpul menatap wajah bingung Manfred dan meninggalkannya dengan terburu-buru. Aku tak begitu suka mereka mengambil gambarku. Aku bukan siapa-siapa dan mereka akan membuat berita aneh bahwa Manfred mengencani wanita misterius.
☆☆☆☆☆
Pagi ini aku menyalakan tv. Gosip selebriti, ada berita baru berbunyi “Benarkah Manfred satu kondominium dengan wanita misteriusnya?”
Apa?! Berita apa ini? Ah tapi pasti wanita itu bukan aku.
Aku bersiap ke Siam mall seperti rutinitas hari mingguku yang biasa. Bukan untuk bertemu Manfred, aku sudah dihampiri olehnya. Dan ternyata aku tak begitu menyukai situasi ketika aku bersamanya.
“ting..” pintu lift terbuka. Aku segera memasuki lift sambil mendengarkan lagu melalui earphone yang terpasang di telingaku. Pintu lift tertutup lalu terbuka lagi di lantai 20. Dan Manfred tersenyum padaku.
👴: Sendu.. Apa kabar?
👧: Kamu? Ngapain di sini?
👴: Aku tinggal disini! Apa kamu tidak tahu?
👧: Enggak tahu. Aku ga se-nge-fans itu sama kamu.
YOU ARE READING
Memar
General FictionKisah cinta picisan antara Sendu dan Dey. Mereka mempunyai cara masing-masing untuk saling memberi perhatian. Suasana gagal romantis yang tidak terlalu remaja karena mereka dipertemukan saat tak lagi berusia remaja, namun mereka sering kali tidak be...