👴: Selamat pagi..
Manfred menyapaku tepat ketika pintu lift terbuka di lobby.
👧: Hai..
👴: Sudah siap?
👧: Tampaknya?
👴: Hmm 🤔 sudah sarapan?
👧: Kau sendiri?
👴: Tak ada pertanyaanku yang kau jawab.. hahaha.. dasar! Ayo kita ke cafe, tempatnya tepat diseberang taman kota yang akan kita sambangi.
👧: Untuk sarapan?
👴: Yap!
👧: Baiklah. Aku akan melupakan kalau aku sudah sarapan 😆
👴: Serius?
Aku tersenyum.
👧: Aku akan sarapan lagi.. bersamamu..
👴: Kau tak takut gemuk?
👧: Tidak..
👴: Bagus! 😁😁😁
👧: 😜
Kami mengobrol sambil berjalan menuju ke cafe yang Manfred maksud. Pagi yang beku ini cukup cerah.. sesekali kami becanda dan tertawa terbahak hingga tidak terasa kami sudah berada beberapa meter dari cafe yang baru saja membalikkan tulisan closed ke tulisan open. Kami saling pandang lalu tersenyum kemudian menghampiri sepasang kursi di salah satu sudut cafe. Kami menghabiskan sarapan kami dengan cepat lalu manfred menghampiri kasir dan kembali sambil membawa dua kotak susu murni di tangannya.
👧: Bukankah kita sudah minum jus? Aku cukup kenyang.. hmm kekenyangan lebih tepatnya.
👴: Untuk nanti di taman.
👧: Nanti susunya akan membeku disana.
👴: Tak apa.. asal hatimu yang menjadi cair, aku tak peduli bila yang lain membeku!
👧: Penggoda!! 😂😂😂
👴: Sudahlah ayo...
👧: 😂😂😂
👴: Salju sudah menunggu kita untuk bermain dengannya.
Aku baru selesai tertawa dan mataku masih berair ketika mengekor Manfred. Dengan cekatan, Manfred membukakan pintu cafe yang berdenting. Kemudian dia menggenggam tanganku menuju taman yang tampak menanti di seberang jalan sana. Tertutup salju, beberapa orang tampak bermain-main salju disana.
Kami, lebih tepatnya Manfred menemani aku yang antusias bermain dengan salju lembut.
👴: Kau seperti anak kecil!! 😂😂
👧: Biar! 😛
Aku menjulurkan lidah pada Manfred yang tertawa melihat tingkahku, lalu asyik kembali dengan salju di hadapanku yang mulai menumpuk.
👴: Apa yang akan kau buat dengan itu? Boneka salju?
👧: Bukan.. benteng!
👴: Mau kubantu?
👧: Buat bentengmu sendiri sebelum aku menyerangmu!!
👴: Haahahaa!!! 😂😂😂
Kemudian pagi ini kami habiskan dengan bermain lempar salju bersama. Tak terasa waktu kini telah menginjak tengah hari.
👧: Lelahnya... hahaha.. menyenangkan!
👴: Pulang?
👧: Ayo..
👴: Kau buatkan makan siang untukku, ok?
👧: Tak mau!
👴: Kita beli saja?
👧: Tak ingin juga!!😆
👴: Lantas?
👧: ...
👴: Ayo kita membuat makan siang bersama-sama!
👧: Nah!
👴: Di kondo?
👧: Tentu, hotel tak akan membiarkanmu bermain-main dengan dapur mereka bukan?
👴: Benar!
👧: Ayo jalan sekarang?
👴: Berjalan? Kita naik bus saja, itu..
Manfred menunjuk halte bus di salah satu sisi taman. Tampak dari kejauhan sebuah bus meluncur mendekat. Bus tersebut akan membawa kami ke kawasan tempat tinggal kami.☆☆☆☆☆
Kami tiba di kondoku. Aku membuka lemari es, mencari tahu bahan makanan apa saja yang ada disana.
👴: Mau membuat masakan apa?
👧: Kau ingin apa?
👴: Tom yam?
👧: Baiklah.
👴: Menggunakan ramyon..
Manfred membuka salah satu lemari di pantry dan mengeluarkan beberapa ramen dari dalam sana.
👧: Tapi dengan racikan bumbu sendiri ya? Jangan dengan bumbu ramyon?
👴: Tentu!
👧: Aku tak tahu bumbunya..
👴: Aku yang akan meraciknya.
Aku mengangguk dan menyiapkan bahan-bahan lainnya sambil memanaskan air di jerangan.
Kami memasak bersama-sama kemudian menghabiskan karya kami bersama-sama.☆☆☆☆☆
👧: Terima kasih..
👴: Tidak, harusnya aku yang berterima kasih.
👧: Ok, sama-sama..
Aku tertawa.
👴: Satu pekanku disini akan menjadi hal terindah dalam hidupku..
Aku hanya mendengarkan dan memandang Manfred.
👴: Karena bersamamu!
👧: Kau berlebihan!
👴: Tidak. Ini hal sederhana yang indah. Tak ada sedikitpun yang berlebihan.
👧: Baiklah..
👴: Aku sangat bahagia! Aku mencintaimu, Sendu.
👧: Terima kasih, Manfred.. terima kasih telah mencintaiku..
👴: Tak perlu berterima kasih. Aku tak ingin mendengarnya.. aku bahagia dengan mencintaimu dan bersama denganmu!
👧: Aku..
Manfred memandangku, diam.. menantikan kata-kata yang akan aku ucapkan selanjutnya.
👧: Aku bahagia melihatmu bahagia.
👴: Hanya itu?
👧: 😶
Aku tertunduk kehabisan kata-kata. Aku tak ingin melukainya dengan ucapanku sehingga kini aku hanya menahan semua kata yang terlintas dan kubiarkan berkecamuk dalam benakku yang mendadak dipenuhi kepedihan.
👴: Terima kasih dear..
Manfred menggapai tanganku yang tergeletak disamping mangkukku yang telah kosong. Suaranya lembut begitupun sentuhannya pada jari-jariku.
Aku masih diam, tetapi kemudian aku mendongak kembali untuk menatap Manfred yang matanya berbinar penuh makna setelah itu aku memutuskan untuk membereskan mangkuk-mangkuk kami dan membawanya ke tempat cuci piring.
Manfred mengikutiku dan membantuku mencuci mangkuk dan alat makan yang telah kami gunakan tadi. Kami mengerjakan semua itu dalam diam. Perasaan aneh yang dia ciptakan di pantryku karena perasaannya.
Tiba-tiba ponselku berdering..
"Nona Dey calling.."
YOU ARE READING
Memar
General FictionKisah cinta picisan antara Sendu dan Dey. Mereka mempunyai cara masing-masing untuk saling memberi perhatian. Suasana gagal romantis yang tidak terlalu remaja karena mereka dipertemukan saat tak lagi berusia remaja, namun mereka sering kali tidak be...