Donghyuk

2.4K 308 3
                                        

"(y/n), dapet berapa?" tanya Donghyuk setelah nilai ulangan matematika dibagikan.

Kamu langsung meremas kertas ulanganmu dan membuangnya ke sembarang arah sambil tersenyum. "Hm? Bagus kok bagus!"

"Enam kan?"

"Iy--eh enggak! Eh, iya maksudnya iya! Enam dibalik maksudnya. Jadinya sembilan,"

"Ok. Nanti pulang sekolah di rumah lo," setelah berkata seperti itu, Donghyuk sibuk membereskan mejanya karena bel tanda pulang sudah berbunyi sebelum hasil ulangan dibagikan.

"Beneran? Asyik! Ntar kita nonton film yang baru gue beli kemarin ya!" ujarmu semangat.

"Iya. Film matematika,"

Kamu diam, berusaha mencerna perkataan Donghyuk. "Maksudnya apaan sih--heh?! Belajar lagi?! Ya ampun! Baru kemarin lo dateng ke rumah gue buat belajar bareng fisika!"

Donghyuk menyentil jidatmu. "Kapan pinternya kalo males,"

Kamu mengusap jidatmu bekas sentilan Donghyuk. "Iya iya,"

Donghyuk memang suka mengajakmu belajar kelompok. Kadang kamu iseng menganggapnya guru les. Ia sangat peduli dengan nilai kamu layaknya guru dan siswa. Dan ia semangat untuk membantu meningkatkan nilaimu.

"Yaudah yuk pulang," Donghyuk menggenggam tangan dan membawamu menuju ke halte depan sekolah.

Detak jantungmu berpacu cepat. Panas menjalari punggungmu. Bisa dibilang kamu menyukai Donghyuk. Chairmate--atau lebih tepatnya sahabat sejak 3 tahun terakhir. Donghyuk si ketua kelas yang pintar dan kamu yang--ehem--agak bodoh, membuat kalian dekat karena saling melengkapi. Senyum lesung pipinya, perhatian kecilnya, semangat belajarnya, membuatmu suka pada Donghyuk entah sejak kapan.

Kalian tiba di halte. Untung bis datanf cepat sehingga kalian tidak perlu menunggu. Kamu dan Donghyuk kemudian masuk ke dalam bis yang desak-desakan. Kamu mencengkram erat seragam Donghyuk karena takut tertinggal.

Donghyuk kemudian memegang pegangan gantungan yang telah disediakan. Lalu ia mengambil tanganmu yang mencengkram baju dan menaruh di lengannya yang sedang berpegangan.

Lagi-lagi, Donghyuk bersikap manis. Tanpa sadar, kamu tersenyum tipis.

Tak perlu waktu lama, bis yang kalian tumpangi berhenti di halte dekat rumahmu.

"(y/n)," panggil Donghyuk ketika akan membayar ongkos bis.

"Hm?"

"Dompet gue kayaknya ketinggalan di loker deh," ucapnya pelan. Wajahnya sangat melas, dan itu membuatmu tertawa.

"Komuk dikondisikan Dongie!" serumu di sela tawa.

Setelah membayar, kalian berjalan menuju rumahmu.

"(y/n), tadi total ongkosnya gak naik kan? Besok gue ganti deh," ujar Donghyuk.

"Gak usah kali. Santai aja, kita ini kan--" kamu menghentikan ucapanmu, karena tidak tahu kata apa yang tepat untuk diucapkan. Sahabat? Tapi perhatian kecil yang Donghyuk berikan membuatmu berharap lebih dari sahabat. Saudara? Tidak, kamu sama sekali tidak menganggapnya kakak. Pacar? Bahkan Donghyuk tidak tahu perasaanmu.

"Sahabat?" Donghyuk melanjutkan. Hatimu mencelos seketika saat mendengarnya.

Kamu mengangguk ragu. "Iya maksud gue itu,"

"Eh tadi Jinyoung nanyain lo,"

Tenggorokanmu terasa tersekat ketika mendengar nama itu. Seketika perasaan bersalah menyelimutimu. Jinyoung, mantan pacar kamu. Kamu memutuskannya karena hatimu masih bingung memilih antara memperjuangkan Donghyuk atau melupakannya. Dan akhirnya kamu memilih lanjut mengejar Donghyuk.

"Yaudah sih bodo amat," balasmu.

"Gak enak ya punya mantan," Donghyuk beropini.

Kamu menoleh. "Kok bisa?"

"Rasanya pasti gimana gitu kalo ketemu. Entah perasaan marah, kecewa, sedih, atau merasa bersalah,"

Perkataan Donghyuk seperti menamparmu.

Anjir, kayak nyindir nih orang.

"Lo sendiri kok masih gak punya mantan?" godamu.

"Gak, gue gak mau kalo misal pacar gue malah gue tinggalin belajar. Soalnya gue masih mau fokus belajar dulu. Gue masih belum mau mikirin kayak begituan," balas Donghyuk.

Ada perasaan kecewa dalam hatimu. Mungkin memang bukan saatnya Donghyuk berpacaran saat ini. Toh, kamu juga tidak terlalu ingin menjalin hubungan dengannya. Kamu hanya ingin Donghyuk membalas perasaanmu.

Tak masalah harus menunggu Donghyuk sampai kuliah atau kerja, asalkan kamu dan dia masih tetap bersama seperti sekarang ini.




iKON(ic) ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang