"Sore pulsek jalan yuk," ajak Jinhwan sambil pura-pura menyatat saat pelajaran sejarah.
"Ke mana?" tanyamu pelan, takut terkena omelan guru.
"Liat aja nanti," jawab Jinhwan sok misterius.
"Pelit,"
"Biar suprise,"
"Serah deh. Ada apaan emang?"
"Refreshing dari penatnya pelajaran,"
"Apaan, belajar aja gak pernah,"
"Mbaknya masnya lagi ngomongin apa ya? Kayaknya asik deh," sindir guru sejarah yang saat ini sudah menatap tajam kalian.
"Diskusi tentang perjalanan Vasco Da Gama bu!" jawab Jinhwan dengan gamblang.
Kamu menyenggol lengan Jinhwan dengan sengaja. "Gila lo," bisikmu.
"Bagus bahan diskusi kalian. Tapi maaf kita sedang tidak membicarakan penjelajahan dunia. Jadi tolong dengarkan saya,"
"Ya bu," ucap kalian secara bersamaan.
Tanpa sadar, kamu tersenyum kecil. Mungkinkah Jinhwan mengajak berkencan? Tapi kalian tidak ada hubungan apa-apa, hanya sahabat. Ya, sahabat. Kenyataan itulah yang membuatmu kesal.
***
Akhirnya bel tanda pulang berbunyi. Dengan semangat, Jinhwan membereskan buku-bukunya dan ia juga membantumu membereskan bukumu.
"Buruan buruan!" ujar Jinhwan tidak sabar.
"Iya iya sabar kali," kamu menggendong tasmu.
"Yok!" Jinhwan langsung menyeretmu keluar kelas.
Seakan tak peduli dengan koridor yang ramai, Jinhwan terus menubruk seseorang yang menghalanginya dengan kamu yang diseret di belakang.
"Minggir woy minggir!"
"Sante aja keles," keluhmu sambil bersenderan di mobil Jinhwan setelah tiba di parkiran.
Jinhwan terkekeh. "Hehe, keburu rame sih,"
"Emang mau ke mana?"
"Masuk yuk," seakan tidak mendengarkan pertanyaanmu,Jinhwan membukakan pintu mobil untukmu.
Dalam perjalanan entah kemana, Jinhwan kebut-kebutan di jalan. Itu membuatmu kesal setengah mati dan kamu hanya bisa meneriaki Jinhwan. Yang diteriaki pun hanya tertawa.
Dan akhirnya kalian sampai. Ternyata, Jinhwan membawamu ke cafe biasanya, yang itu sama sekali tidak surprise.
"Yaelah cuma ke sini doang," ujarmu sambil beranjak keluar mobil.
"Tunggu dulu!" Jinhwan segera keluar mobil dan memutari mobil untuk membukakan pintumu.
"Dih apaan coba," celutukmu. Sudah biasa Jinhwan melakukan hal-hal yang membuat para perempuan meleleh. Dan itu membuatmu terbawa perasaan. Mungkin saja Jinhwan memiliki perasaan padamu, tapi tidak mau memberitahukannya. Mungkin.
Jinhwan merangkul pundakmu akrab ketika masuk ke cafe.
"Cari tempat duduk gih, biar aku yang pesenin. Kek biasanya kan?" tanya Jinhwan.
"Yoi," jawabmu sembari pergi meninggalkan Jinhwan untuk mencari tempat duduk.
Kamu memilih duduk di dekat jendela, menatap jalanan yang ramai. Tiba-tiba kamu merasa ditatap. Kamu menoleh ke kanan-kiri untuk memastikan apakah ada yang menatapmu atau tidak. Matamu menangkap sesosok gadis cantik di kursi pojok yang sedang menatapmu. Seakan ketahuan, gadis itu mengalihkan pandangan.