13- Be Mine.

1.1K 56 7
                                    

Pagi-pagi sekali, sekitar pukul 5:00, Zahra terbangun dari tidurnya dikarenakan handphonenya yang berbunyi terus sejak tadi. Karena Zahra sudah benar-benar kesal, Dia segera beranjak dari tempat tidurnya dan mengangkat telfon dari orang itu.

"Tasya."

Ternyata itu telfon dari Tasya. Apa yang membuatnya menelfon Zahra di pagi itu. Dengan segera Zahra mengangkat telfon dari sahabatnya itu.

"Halo, assalamualaikum".

"......"

Suara dari seberang sana mampu membuat matanya berkaca-kaca. Dia mengambil sebuah surat yang disematkan di buket bunga yang diberikan Fino kemarin malam, yang belum sempat Ia baca. Kini Tasya sudah berada di depan rumahnya bersama Fahri dan sopirnya. Zahra yang saat itu hanya memakai celana pendek dan kaos oblong, segera memakai rok selututnya dan sebuah sweater berwarna abu-abu. Ia segera melesat menemui Tasya dan Fahri.

Di perjalanan Zahra terus melamun, memikirkan apa yang di katakan sahabatnya tadi.

"Zahra, lo udah baca surat dari Fino belum?. Yang di buket bunga. Duh Zahra, Fino bentar lagi berangkat ke Paris. Jam 6:00 dia udah mulai terbang ke Paris, gue tunggu lo di depan rumah. Cepetan!"

Zahra masih mencerna kata-kata itu. Dengan mudahnya Fino membuatnya nyaman, dan dengan mudah pula Dia meninggalkannya. Tidakkah dia berfikir bagaimana perasaan Zahra saat itu?

Zahra terus mengetuk-ngetukkan jarinya di layar handphonnya. Dia resah, apakah Fino akan benar-benar pergi meninggalkannya?.

^^^

Di bandara.

Zahra segera turun dari mobil. Dan kemudian berlari mencoba mencari Fino sebelum dia pergi ke Paris. Air matanya mulai menetes di sela-sela keringat yang bercucuran membasahi pipinya. Ia terus berlari hingga Ia berhenti di belakang laki-laki yang tengah memakai hoodie hitam itu.

Karena merasa ada orang yang berhenti di belakangnya, laki-laki itu membalikkan badan menghadap Zahra. Laki-laki itu langsung memasang wajah khawatir.

"Zahra, kenapa kamu nangis?" Dia berkata sembari menangkup wajah Zahra dengan kedua tangannya dan menghapus air mata Zahra dengan ibu jarinya.

Zahra hanya bisa memukul-mukulkan tangannya di dada bidang laki-laki itu. Dan dia hanya diam kebingungan dengan apa yang di lakukan gadis di depannya itu. Dia hanya bisa mengatakan, "Kamu kenapa?" Kepada Zahra.

"Kamu jahat, Fin. Kamu jahat," kata Zahra kepada laki-laki itu yang taak lain adalah Fino. Dan Fino hanya diam.

Kerena Fino tidak tega dengan Zahra, dia memeluk tubuh Zahra yang masih menangis sesenggukan. Dia mengelus-elus punggung Zahra yang berada di pelukannya.

"Kamu kenapa?" tanya Fino lagi.

"Kamu jahat. Kamu tega ninggalin aku gitu aja setelah kamu ngebuat aku nyaman," kata Zahra yang masih terisak.

Fino semakin mengencangkan pelukannya. "Jadi kamu belum baca suratku?"

Zahra langsung melepaskan tangan Fino yang masih memeluknya. Dia ingat dengan surat Fino. Dia mengambil surat itu di sakunya. Dan tertulis di surat itu.

Love Story (SEDANG DIREVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang