40 - Without You.

826 46 12
                                    

Lima tahun kemudian ...

Zahra berjalan pelan memasuki rumahnya. Setelah seharian penuh menemani Tasya melihat-lihat gaun pengantin, ia rasa tubuhnya butuh tempat empuk untuk sandaran. Ya, Tasya sebentar lagi akan menikah bersama Fahri. Kalau orang lain bilang sih relationship goal deh mereka berdua.

Zahra diusianya yang satu minggu lagi menginjak 25 tahun, belum berencana untuk menikah seperti Tasya. Apalagi ia masih menunggu Fino yang belum kembali dari London. Dan sialnya, sudah satu tahun mereka lost contact.

Satu-satunya harapan Zahra hanyalah Fino. Di matanya hanya Fino yang ada. Rasanya ia ingin mengumpat di depan wajah Fino saat ini juga. Tapi di benaknya saat ini terisi dengan berbagai macam pertanyaan untuk Fino.

Dimana Fino selama satu tahun ini?

Kenapa dia tidak bisa dihubungi?

Dan kenapa Fino begitu menjengkelkan dengan menghilang tanpa kabar?

Untuk saat ini, Zahra ingin melepaskan semua beban yang ada di pikirannya. Di atas tempat tidurnya, Zahra menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Kemudian perlahan ia menutup matanya. Setidaknya ia harus beristirahat untuk besok.

Esok hari, ia di minta tante Dara, adik bundanya, ke klinik milik beliau. Tantenya yang baik itu memberinya pekerjaan di kliniknya. Dengan berbagai macam proses, akhirnya ia bisa menjadi dokter, seperti yang ia impikan selama ini. Ia juga beruntung bisa bergabung di klinik tantenya yang lumayan besar dan terkenal di kota.

Zahra saat ini memang menutup mata, tapi pikirannya berkelana kemana-mana. Sebenarnya ia ingin tidur, tapi ia tak bisa.

Perlahan, Zahra membuka mata untuk melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya. Jam baru menunjukkan pukul delapan malam.

Sepertinya turun ke dapur dan membuat cokelat hangat akan menormalkan perasaannya. Tapi sebelumnya ia mengganti pakaiannya dengan kaos hitam kebesaran dan celana pendek, karena sebelumnya ia memakai baju panjang dan celana jeans.

Kali ini, rumah terlihat lumayan ramai. Kak Reno ada di rumah. Begitu pula dengan Ayah dan Bundanya. Dan saat ini mereka tengah menikmati malam di belakang rumah.

Selepas membuat cokelat panas dengan beberapa marsmallow di atasnya, Zahra menghampiri keluarganya di taman belakang.

Ketika ia menginjakkan kakinya di rerumputan yang di tanam disana, Zahra mengedarkan pandangannya ke taman yang bisa dibilang luas itu. Dan disana mereka, di bangku kayu yang saling berhadapan dengan di tengahnya meja kayu pula di bawah pohon mangga. Mereka terlihat tertawa bersama mendengarkan cerita Reno. Zahra merasa terbuang. Dan Zahra terlihat mengenaskan seperti itu.

Dengan langkah lebar, ia menghampiri kakak dan kedua orang tuanya.

Dengan hentakan gelas di meja kayu yang diakibatkan oleh Zahra, membuat ketiga orang itu menoleh pada gadis itu.

"Bunda sama ayah nggak ajak-ajak Zahra ih," rengek Zahra yang kemudian menyeruput cokelat panasnya dengan tak hati-hati.

Dan hal itu membuat Zahra merasakan bibirnya seperti terbakar. Bunda dan ayah sedikit panik, sedangkan Reno mencoba menahan tawanya.

"Aduh, Zahra. Kamu sih nggak hati-hati," nasihat bunda.

Zahra yang merasakan ada cokelat di sekitar bibirnya, langsung menyambar lengan kaus kakaknya untuk membersihkan bibirnya. Dan Reno yang awalnya ingin tertawa seketika berubah ekspresi menjadi kesal dengan adiknya yang menjengkelkan ini.

"Dek, kok lo ngelap di baju gue sih?" tegur Reno kesal.

"Bodo amat, bibir gue panas, bang," kata Zahra.

Love Story (SEDANG DIREVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang