35 - Kembali Sebelum Pergi.

624 46 0
                                    

Zahra merasakan ada seseorang yang berlari menuju ke arahnya, ditandai dengan suara sepatu orang itu.

bug!

Zahra memekik kaget setelah melihat seorang laki-laki meninju wajah dari salah satu penjahat di depannya. Ia sangat mengenal siapa orang itu. Dan Zahra hanya bisa menutup mulutnya, seiring dengan tetesan air mata yang jatuh bersama hujan.

Saat orang itu memukul, bahkan dipukul oleh penjahat tadi, Zahra hanya bisa diam. Ia tak tau harus apa.

Sedetik kemudian, ada seseorang yang merengkuh tubuhnya. Dari bau parfum itu, Zahra tau siapa yang memeluknya. Pelukan paling nyaman yang pernah Zahra rasakan setelah pelukan ayahnya, pelukan hangat milik Fino.

Bahkan pelukan itu mampu membuatnya lupa dengan laki-laki yang menyelamatkannya. Zahra mencoba melepaskan pelukannya.

"Lo nggak pa-pa, Fal?" tanya Zahra sembari berjongkok melihat laki-laki itu yang tersungkur akibat penjahat yang baru saja kabur tadi.

"Nggak pa-pa kok," jawab orang itu yang tak lain adalah Naufal.

Fino yang melihat hal itu hanya mengacak rambutnya pelan. Ia kalah cepat dengan Naufal.

Naufal mencoba berdiri dengan bantuan Zahra. Merasa tidak enak dengan Fino, Naufal melepas tangan Zahra dari lengannya. Kemudian ia berjalan menuju ke arah Fino.

Naufal menepuk bahu kiri Fino. "Selesain masalah lo," bisiknya pada Fino.

"Gue pulang dulu," kata Naufal pada Zahra.

Sebenarnya Zahra ingin masalahnya dengan Fino selesai saat ini juga. Tapi, ego telah menguasai pikirannya. Hingga saat ini ia mencoba berbalik badan, mencoba meninggalkan Fino. Bahkan rencananya untuk bertemu dengan Fino lenyap sudah. Ia terlalu malu untuk melakukannya.

Belum sempat Zahra melangkah, Fino sudah mencekal tangannya. Membuat Zahra berbalik dan berhadapan dengan laki-laki. Dan dengan begitu ia tak bisa membohongi dirinya lagi. Ia meneteskan air matanya menyadarkan dirinya bahwa Fino sebentar lagi akan pergi. Dan itu membuat air mata Zahra kembali menetes, semakin deras.

"Udah dong. Jangan nangis," kata Fino mencoba membuat Zahra menatapnya karena setelah gadis itu menangis, dia menundukkan wajahnya.

Hingga Zahra menatap Fino tepat di manik matanya, begitu pula sebaliknya.

"Maaf," kata Zahra lirih.

Fino mengangguk sembari memeluk gadis di depannya itu. Meletakkan dagunya di puncak kepala Zahra. Kemudian mengelus pelan punggungnya.

"Beneran kamu mau pergi sekarang?" tanya Zahra yang masih berada di pelukan Fino.

"Hujan, Ra. Ke mobil dulu, nanti lanjut ngomong di sana," ajak Fino sembari melepas pelukan mereka lalu menggandeng tangan Zahra.

•••

Rasa canggung menyelimuti mobil Fino. Tak satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Bahkan suara hujan lebih mendominasi.

"Ra," panggil Fino memecah keheningan.

Zahra yang di panggil hanya menoleh lalu bergumam. Di sebelahnya Fino menatap lurus ke depan. Melihat rentetan air hujan yang jatuh di atas kaca depen mobilnya.

"Apa perasaan lo masih sama kaya dulu?" tanya Fino yang masih menatap lurus.

Zahra ingin mengatakan 'ya' di depan wajah Fino. Tapi lidahnya kelu. Seakan tak bisa mengeluarkan satu kata saja.

Belum sempat Zahra menjawab, Fino sudah membuka mulutnya untuk bersuara. "Nggak masalah kalau lo udah nggak cinta ataupun sayang sama gue. Tapi percaya atau enggak, gue masih cinta banget sama lo."

Kata itu membuat jantung Zahra berdetak dengan kencang. Tapi kata itu pula yang membuat air matanya jatuh untuk kesekian kalinya. Zahra merasa bahwa ia telah melukai Fino. Disini Zahra merasa bahwa dia yang mempersulit segalanya.

Dan Zahra ingin mengakhiri semuanya. Mengakhiri luka yang terus menerus menusuk perasaan mereka.

"Aku masih sayang sama kamu. Bahkan rasa cintaku masih sama. Aku yang buat semua jadi sulit. Aku melukai kamu, dan aku melukai diriku sendiri," kata Zahra di tengah isak tangisnya.

Fino merasakan kerapuhan dalam diri Zahra. Fino menatap Zahra yang menundukkan kepalanya, dengan punggung bergetar. Fino kemudian mengarahkan tangannya ke arah rambut Zahra. Dan hal itu membuat Zahra mendongak melihat ke arah Fino.

"Aku juga minta maaf."

Sedetik kemudian Fino menarik Zahra kedalam pelukannya. Berkali-kali Fino dan Zahra mengucapkan permintaan maaf.

"Aku mohon kamu mau jaga hati kamu saat aku pergi ya, Ra." Fino yang masing memeluk Zahra merasakan cengkraman erat pada kemeja belakangnya.

Fino tau ini sulit. Tapi bagaimana lagi?

Satu cara yang bisa mereka lakukan adalah saling meguatkan. Meminta agar saling menjaga hati. Saling percaya bahwa setelah Fino kembali dari London, perasaan itu masih tetap sama.

"Harus ya? Nggak bisa ditunda?" tanya Zahra yang masih di pelukan Fino.

"Iya. Maaf."

Dan lagi, Fino mengatakan kata 'maaf'. Dan itu membuat Zahra melepas pelukannya. Ia menatap Fino tajam.

"Stop bilang maaf, Fino."

Fino yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum. "Iya. Iya." Hanya itu jawaban dari Fino.

"Oke. Kamu juga harus jaga hati kamu buat aku. Awas aja kalau kamu kecantol sama cewek sana. Bisa mati aku cincang kamu," ancam Zahra.

"Kan kamu enggak tau." Fino mencoba menggoda Zahra dengan senyum miring yang semakin membuat Zahra merasa amarahnya terbakar.

"Berani? Ya udah kalau gitu. Aku juga bisa kok," jawab Zahra sembari menyilangkan tangan di depan dada.

"Yah, kok kamu baper, sih? Kan aku bercanda doang."

Zahra mencebikkan bibirnya. "Aku serius, Fino!"

"Iya. Aku akan jaga hati buat kamu deh."

Zahra langsung menyunggingkan semyum bahagianya. Membuat matanya menyipit,menyerupai bulan sabit.

"Terima kasih," kata Zahra.

Fino memgernyitkan alisnya bingung. "Untuk?" tanyanya.

"Karena kamu mau kembali sebelum kamu pergi."

Di sela senyumannya Zahra menitikkan air mata.

•••

Tbc

•••

Dikit deh ya...
Maaf baru muncul.. Bener deh, banyak kegiatan bulan ini...

Jangan terlalu berharap aku update cepet... Karena pulang sekolah sore dan pastinya capek...

Duh... Udah ya curhatnya...

Vote aja.. Usaha agak cepet update :v

Love Story (SEDANG DIREVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang