36 - Kesempatan Disaat Terakhir.

1.2K 46 0
                                    


Lagi, lagi, dan lagi. Zahra menangis di depan Fino. Bohong jika ia mampu melepas Fino begitu saja. Ini bagaikan mereka akan berpisah selamanya. Padahal hanya menunggu beberapa tahun lagi dan Fino akan kembali.

Dan Fino yang ada di sampingnya hanya bisa menenangkan. Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Asalkan mereka saling menjaga hati mereka masing-masing dan menjaga komunikasi. Dan satu lagi yang paling penting adalah kepercayaan.

"Udah, Ra. Kita akan ketemu lagi, kok." Fino mencoba menenangkan Zahra, meski dalam hatinya ia tak ingin ini semua terjadi.

Tapi ini demi masa depan Fino. Ia sudah dipercaya papanya untuk meneruskan perusaan beliau. Maka dari itu, papanya rela menyekolahkan anaknya itu di luar negeri.

Tiba-tiba handphone Fino berbunyi, menandakan ada telpon masuk.

"Halo, pa."

"..."

Dari sudut mata Zahra, ia melihat bahwa Fino tersenyum.

"Iya. Wa'alaikumsalam."

Fino langsung memutuskan sambungan telfon tersebut. Kemudian menatap Zahra dengan senyum yang muncul di bibirnya. Dan Zahra yang melihat hal itu langsung mengernyitkan alisnya.

"Kenapa senyum?" tanya Zahra seperti orang bodoh.

"Penerbangan aku ke London ditunda karena cuaca buruk. Dan kita masih ada waktu satu hari. Dan itu kalau cuaca besok mendukung untuk penerbangan ke London."

Mata Zahra berbinar mendengarkan perkataan Fino. Setidaknya ada kesempatan untuk bersama Fino sebelum berpisah lama.

"Aku antar kamu pulang. Besok aku jemput. Oke?" putus Fino sembari menyunggingkan senyum bahagia.

Zahra mengarahkan ibu jarinya di depan wajah Fino sembari berkata, "Oke."

^^^

Pukul tujuh pagi, Fino sudah sampai di rumah Zahra dengan pakaian dengan kesan simpel dan santai. Jeans dan kaos putih yang dipadukan dengan jaket hitam.

Sedangkan Zahra masih setia di kamarnya, merapikan sweater warna biru dongker yang ia kenakan. Kemudian mengikat rambutnya seperti ekor kuda.

Tak butuh waktu lama, Zahra sudah menenteng slingbag dan berdiri di depan Fino yang sudah menunggu di depan gerbang sedari tadi. Senyum merekah terukir indah di wajah Zahra dan juga Fino.

Setidaknya tersenyum dan merasakan kebahagiaan sebelum berpisah. Daripada terus menangis, tak akan mengubah apapun.

^^^

Tertawa lepas seperti ini membuat Zahra dan Fino sejenak melupakan masalah mereka. Mengunjungi tempat rekreasi dan bermain wahana permainan disana adalah pilihan yang tepat. Hampir semua wahana mereka coba, kecuali rumah hantu.

Sedari tadi Fino menggenggam tangan Zahra. Tersenyum sembari bercanda berdua. Berfoto bersama, mengumpulkan memori sebanyak-banyaknya.

"Ra, mau beli ice cream, nggak?" tanya Fino ketika melihat ada kedai ice cream.

Zahra mengangguk antusias. "Boleh," jawabnya.

Fino menarik Zahra menuju kedai ice cream. Kali ini mereka menyamakan pesanan mereka, ice cram roll vanila dengan topping chocochips.

Selang lima menit, dua cup ice cream sudah berada di tangan Fino. Ia menyerahkan satu cup untuk Zahra, dan satunya untuknya, pasti.

Love Story (SEDANG DIREVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang