✖Enam✖

13.7K 981 121
                                    

Pagi ini sangat terlihat keceriaan dari wajah si kembar. Yah, walaupun kemarin waktu pulang Adlan di marahi habis-habisan oleh kedua orang tuanya yang tiba-tiba sudah ada di rumah.

Adlina pun jalannya masih pelan-pelan katanya masih 'nyut-nyutan'. Adlan dengan sabar memapah Adlina, padahal udah ngotot gendong Adlina tapi, yah Adlina nolak dan ngancem bakal mendiamkan Adlan selama setahun.

Mereka berjalan di koridor sampai tiba-tiba ada seorang cowok yang menghadang jalan mereka yang Adlan tahu sepertinya dia masih junior.

"Ka Adlina?" panggil junior itu.

"Siapa yah?" tanya Adlina dengan ramah jangan lupakan senyum manisnya. Adlan yang melihat adegan itu ingin rasanya memiting kepala junior itu.

Dia mengeluarkan sesuatu dari kantong saku celananya. "Ka, aku punya coklat siapa tau kalo makan coklat sakit di kakinya berkurang."

Mendengar ucapan receh junior itu Adlan memutar bola matanya malas. "Orang kalo sakit di kasih obat," ucap Adlan sarkatis.

Adlina menyikut perut Adlan dengan cepat. Adlina mengambil coklat itu, "makasih yah, nanti aku makan ko, oh iya nama kamu siapa?"

Junior itu merasa sangat senang Kakak kelasnya yang dia taksir menanyakan namanya. "Varel Ka, Varel Liodaria."

"Makasih Varel, aku duluan yah." Adlina tersenyum dan melangkahkan kakinya di bantu oleh kembarannya.

"Besok-besok kalo mau ngasih kembaran gue jangan coklat kalo bisa kasih emas 24 karat," ucap Adlan sebelum benar-benar meninggalkan Varel, juniornya.

Kini mereka berdua berjalan beriringan di koridor. "Bang, kapan Adlina punya pacar kalo sikap Abang kaya gitu?"

Adlan berhenti dan mengernyitkan dahinya. "Kaya gitu? Gitu gimana?"

"Yah, gitu galak." Cicit Adlina.

Adlan menghembuskan nafasnya, "aku cuma gak mau kamu deket sama cowok yang gak bener."

Adlina hanya mengangguk mengerti bagaimana khawatir kembarannya.

Adlina kembali berjalan dan pandangannya mendapati Alex tidak jauh dari dirinya, senyum senang tercetak di bibirnya. Baru saja dia ingin memanggil Alex tiba-tiba dia mendapati Verlita sedang bergelayut manja di lengan Alex.

Adlan bisa merasakan tangannya di remas oleh kembarannya, dia menoleh dan memberhentikan langkahnya. Dia langsung memutar bahu Adlina agar menghadap dirinya.

"Jawab pertanyaan aku dengan jujur, Lin, apa yang kamu rasaiin kalo kamu deket sama Alex?" Adlan menatap lurus kearah kembarannya.

***

Pagi ini Alex datang dengan wajah kusutnya, bagaimana tidak kusut pasalnya Alex sudah meminta izin kepada Adlan untuk menjemputnya tapi, tetap saja Adlan menjawab dengan singkat dan tegas tidak memperbolehkan dirinya menjemput Adlina.

Sebenarnya Alex juga tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini dengan Adlina, yang dia tahu sejak dekat dengan Adlina dia merasa nyaman dan seperti sudah mengenal lama.

Terutama mata Adlina, entah bagaimana setiap Alex menatapnya lebih dalam, dia seperti menemukan sosok lain dari Adlina. Sosok yang telah lama pergi dari hidupnya. Setelah Ibunya pergi kehidupan Alex hancur tapi, dia selalu menemani Alex sampai suatu hari Tuhan mengambilnya dari sisi Alex.

Sejak kepergian kedua orang yang sangat di sayang oleh Alex tidak mengubah Alex menjadi troublemaker, Alex tetap Alex tidak pernah mempermainkan hati wanita.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang