✖Duapuluh tiga✖

10.2K 784 77
                                    

Semua pernyataan Alex benar-benar membuat kepala Rizal berdenyut seketika.

"Lo yakin sama apa yang lo omongin ini?" tanya Rizal.

Alex diam seketika, entahlah dia juga sebenarnya ragu tapi, mata coklat itu sangat mirip dengan mata Mela.

"Dan Adlina sekarang pacar lo?" tanya Rizal lagi. Alex menganggukan kepala.

Kini giliran Rizal yang geleng-geleng kepala. "Kalo kaya gitu lo salah ambil langkah, Lex, buat apa lo pacaran sama Adlina tapi, sebenernya lo ngeliat dia sebagai Mela. Astaga tanpa sadar lo nyakitin dia Lex." Rizal benar-benar bingung dengan adik kecilnya yang satu ini.

"Bukan gitu Ka, gue beneran cinta sama dia tapi-"

"Tapi lo masih ngeliat Adlina seperti adik gue." Rizal mendengus kesal.

Alex diam dan merenung. Dia mulai mencerna kata-kata Rizal. Apa perasaannya salah terhadap Adlina?

Tapi, demi tuhan bukan karena Mela dia mencintai Adlina.

Rizal menatap dalam Alex, sahabatnya sekaligus adik kecilnya, yang setelah sekian lama berpisah dan dipertemukan kembali.

"Think more about it Lex, if you love Adlina i hope you forgret Mela soon. Because im sure she will be sad seeing you like this." Rizal mencoba menasehati Alex. Karena bagaimana pun Alex harus mencoba melihat Adlina seperti Adlina bukan Mela atau siapapun.

Alex memijit pelipisnya. "Should i forget Mela but, she is my first love?" Pertanyaan itu meluncur saja dari mulutnya.

Rizal tersenyum penuh makna. "Bukan dilupakan. Cukup lo kenang dia sebagai cinta pertama lo. Dan kembali tata hati lo sepenuhnya untuk Adlina."

Alex menundukkan kepalanya dan mulai mencerna setiap ucapan Rizal. Tiba-tiba mengangkat kepala dan tersenyum kepada Rizal.

"Bang, makasih lo emang mantan Abang ipar yang baik," ucap Alex sambil mengeluarkan cengiran khasnya.

Rizal mendengar itu mengeluarkan ekspresi ingin muntah. Rizal melirik jam tangannya sebentar. "Kita jenguk Mela dulu biar lo agak tenang, gimana? Dan gue boleh nggak ketemu Adlina?" tanya Rizal.

***

Pagi harinya Mbok Sira memasuki kamar Adlina sekalian membangunkannya.

Mbok Sira sudah siap siaga dengan gayung yang berisikan air di tangan kirinya. Awalnya Mbok Sira menepuk pelan pipi Adlina tapi, disahuti dengan gumaman saja.

Mau tidak mau Mbok Sira harus memakai plan B. "Duh, maaf yah Non."

Dengan cepat Mbok Sira menggunakan tangan kanannya untuk menciprati muka Adlina.

"Duh, Mama gentengnya bocor-bocor." Teriak Adlina panik. Dengan cepat dia bangun dan mengedarkan pandangannya. Matanya menatap Mbok Sira di hadapannya.

"Astaga Mbok, Lina kira bocor tau." Sahut Lina sebal. Mbok Sira hanya mengacungkan kedua tangannya menandakan 'peace'.

Setelah itu Mbok Sira melanjutkan pekerjaannya membereskan kamar majikannya. Dia berjalan kearah balkon kamar Adlina dan menyipitkan mata saat melihat sebuah kotak yang berisi boneka.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang