✖Duapuluh lima✖

9.4K 721 83
                                    

Tiga hari setelah Adlina menanyakan soal Mela kepada kembarannya yang tidak membuahkan hasil kini Adlina jadi pusing sendiri.

Mari kita buat reka ulangnya.

"Lan, kamu kan deket sama Alex, kamu tau gak Mela itu siapanya Alex?" tanya Adlina.

Adlan memegang dagunya seperti berfikir sebentar. "Setahu aku yah, selama di Tunas Bangsa itu Alex gak pernah deketin cewek mana pun makannya pas dia deketin kamu aku bingung."

Adlina seakan tidak percaya dengan kembarannya. "Masa sih coba inget-inget kaka kelas atau angkatan kamu yang namanya Mela-Mela gitu?" Desak Adlina.

Adlan mengerutkan dahinya makin dalam seperti berfikir keras mengingat nama-nama anak Tunas Bangsa. "Seinget aku sih ada Melasari tapi, udah lulus gitu tahun ini." jawab Adlan.

Adlina mengetuk-ngetuk kepalanya. "Apa jangan-jangan Mela yang itu kali." Tebak Adlina sendiri.

Adlan menggelengkan kepalanya. "Gak deh Lin, Alex tuh gak pernah deket sama Ka Mela itu. Lagian kenapa si kamu nanyanya begitu?" kini giliran Adlan yang penasaran.

"Waktu itu Alex gak sengaja nyebut nama Mela depan muka aku. Tapi, pas aku tanya siapa dia bilang aku salah denger. Tapi, sumpah seratus persen aku denger dia manggil nama Mela." Jelas Adlina.

Tanpa sadar Adlan mengepalkan tangannya. "Jangan-jangan itu selingkuhannya lagi, awas aja tuh bocah sampe selingkuh abis dah," ucap Adlan menggebu-gebu.

Adlina mengelus lengan kembarannya. "Lan, aku gak suka lho kamu gunaiin kekerasan sama Alex lagian kan bisa aja Kakanya atau inget tetangganya gitu."

Adlan hanya mencibir. "Pokoknya kalo Alex nyakitin kamu siap-siap aja deh."

Adlina hanya terkekeh melihat sifat kembarannya itu.

Adlina kini berada di kamarnya dia sudah pulang sejam yang lalu. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari sikap Alex, malah Alex makin memanjakannya. Tidak lupa Rizal juga semakin dekat dengannya itu benar-benar membuat Adlan ikutan dongkol juga.

Tapi, nama Mella benar-benar mengganjal. Adlina berjalan ke kaca besar yang berada di kamarnya.

Kemudian dia meraba bagian wajahnya dari kening sampai ke dagu. "Perasaan wajah aku gak ada yang aneh deh dan kenapa juga Ka Rizal pernah nangis ngeliat aku?" tanya Adlina pada dirinya sendiri.

Dia memejamkan matanya tangannya menyentuh matanya sendiri. Saat memejamkannya sekelebat bayangan masa lalu yang menggerikannya seperti kaset film yang memutarnya.

Keringat dingin mengucur deras membasahi keningnya. Tiba-tiba.

BRAK

Sebenarnya kejadian ini seseorang melempar sesuatu kearah balkon kamarnya beberapa hari ini sering terjadi. Bahkan Adlina mengumpulkan semua kertas yang berisi tulisan ancaman itu.

Kini Adlina berjalan dan memungut kertas yang di lapisi oleh batu itu. Kertas itu berisi tulisan 'I will kill you'.

Dia menengok ke balkon sebelahnya tepatnya balkon kamar Ramon. "Seandainya kamu disini Ram, kamu bisa jagaiin aku." Tanpa sadar air matanya kembali turun.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang