E P I L O G

17.4K 1.1K 198
                                    

Enam bulan kemudian.

Alex dengan kacamata hitamnya sudah berjongkok di depan batu nisan seseorang yang sangat berarti mengisi kehidupannya.

Dia mulai mencabuti rumput liar yang mulai tumbuh di sekitar makam itu. Alex mengusap nisan itu dan tersenyum. Ah, sungguh dia sangat merindukan orang tersebut.

"Hay, kamu apa kabar?" Alex memulai monolognya.

Alex menaruh bunga mawar yang sengaja dia beli terlebih dahulu. "Gak nyangka yah kamu udah lama ninggalin aku, aku mau ngenalin kamu ke seseorang tapi, tunggu bentar tadi sih sama aku terus katanya ada yang ketinggalan."

"Semoga kamu gak marah yah kalo aku ngenalin dia ke kamu, dia juga baik ko sama kaya kamu."

Tiba-tiba ada seseorang yang berdeham di depan Alex sama dengan Alex dia menggunakan kacamata hitam juga. "Kamu emang lama-lama gila deh, Lex," ucap dia.

Alex terkekeh dan menarik orang tersebut ke sampingnya. Dia juga mengenggam tangan orang tersebut. "Nah, ini dia orangnya yang aku bilang. Kenalan dulu dong."

Tapi, tidak direspon oleh orang tersebut. "Cepetan ih," suruh Alex.

Sebelum berbicara dia menarik nafas sejenak. "Hay, Mela aku Adlina bocah kecil yang kamu selamatkan nyawanya." Adlina mati-matian menahan desakan air matanya.

Dia membuka kacamata hitamnya. Dia memegang batu nisa itu dan matanya. "Terima kasih atas mata ini padahal awalnya kita tidak pernah bertemu tapi, entah takdir apa yang mempertemukan aku dan kamu. Dan tiba-tiba aku dipertemukan oleh semua orang yang berkaitan dengan kamu." Adlina memejamkan matanya. Alex mengusap pundak Adlina.

"Mela jujur awalnya aku sedih nerima kenyataan mereka melihatku sebagai Mela bukan aku Adlina tapi, lambat laun aku mengerti bagaimanapun mereka merindukan kamu. Tapi, melalui aku rindu mereka terobati. Aku janji akan aku jaga mata aku sebaik-baiknya." Jelas Adlina.

Kini Alex yang berbicara. "Mel, kini aku sudah menemukan Adlina bukan berarti aku melupakanmu. Kamu tetap menjadi salah satu orang yang berarti juga di kehidupan aku. Terimakasih Mela, sahabat terbaikku."

Alex menoleh ke sampingnya, Adlina menganggukan kepala dia memakai kacamatanya dan bangkit. "Terimakasih Mel."

Mereka berjalan kearah lain. Dan lagi-lagi entah sebuah kebetulan atau apa mereka tidak mengerti. Ternyata pemakaman Ramon dan Mela sama hanya berbeda letaknya.

Kini mereja sudah sampai di depan makam Ramon. "Hai, abangku maaf aku baru mengunjungi." Adlina menaburi bunga di atas makam Ramon.

"Ram, gue akan selalu nepatin janji gue sama lo untuk jaga Adlina. Semoga lo selalu senang disana," ucap Alex.

"Penyesalan tidak akan mengubah apapun kan Ram, aku belajar menerima kepergian kamu dengan ikhlas, lagian kamu disana juga pasti senang kan Ram?"

"Adlina kangen Ramon," ucap Adlina meneteskan air matanya.

Dia langsung menyeka air matanya cepat. "Adlina pulang yah Ram." Mereka berdua bangkit dan berjalan kearah mobil Alex terparkir.

Mereka sudah masuk di dalam mobil. Adlina menoleh kearah Alex, kekasihnya. "Lex, makasih udah mau nunggu aku." Kacamata Adlina entah sudah lepas kemana.

Alex tersenyum dan mengusap wajah Adlina. "Terima kasih kamu mau bertahan dan kembali sama kita semua, Lin." Adlina langsung memeluk Alex.

Flashback on

Tiba-tiba terdengar bunyi nyaring dari monitor EKG yang memekakkan telinga mereka.

Tangis mereka semua pecah Adlan terus meneriaki nama kembarannya. "ADLINA LO JAHAT LO JAHAT NINGGALIN GUE!"

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang