✖Duapuluh enam✖

8.5K 778 69
                                    

Adlina melihat ke sumber suara. "Lho, Ka Rizal, Tante Mira."

Mereka semua langsung menoleh dan menunjukkan berbagai reaksi. Alex bahkan sempat mematung di tempat. Adlan tangannya terkepal mengingat kini dia dihadapkan oleh Rizal orang yang mengantar Cleo dan kini menjadi sok dekat dengan kembarannya.

Fix, di saat yang gak tepat aku malah kebelet. Batin Adlina.

"Kaka Nonton juga nih?" tanya Adlina basa-basi.

Rizal dengan gemas mengacak rambut Adlina. "Gak, Kaka mau gali sumur disini."

Mendengar ucapan Rizal, Adlina hanya mengerucutkan bibirnya sebal. "Oh iya semuanya Adlina pamit ke toilet bentar ya." Mereka menganggukan kepala.

Tanpa sadar tante Mira membisikkan sesuatu ke telinga suaminya. Bara juga sempat terkejut tapi, dia langsung menghampiri Abid.

"Malam Pak Abid apa kabar?" tanya Bara sambil mengulurkan tangannya.

Abid menjabat tangan Bara. "Malam juga Pak, saya dan sekeluarga baik. Wah, mau nonton juga nih?" tanya Abid.

Kini Rizal, Alex dan Adlan sedang bingung dan mencoba menerka-nerka ada apa sebenarnya.

Kini tante Mira menyikut anaknya. "Bagaimana kamu bisa kenal dengan Adlina?" kini mereka semua tertuju dengan Rizal.

"Adlina pacarnya Alex, Ma." Jawab Rizal walaupun masih binggung. Kini tante Mira cemas dengan pikirannya sendiri.

"Tunggu, tunggu, ini sebenarnya ada apa yah Ma, Pa, gimana kalian bisa kenal Om dan Tante ini?" tanya Adlan yang sedari tadi bingung dengan keadaan ini.

"Kamu Alex anaknya Bimo?" tanya Mira.

"Halo Tante Mira dan Om Bara." Sapa Alex. Sebenarnya pertemuan ini membawa firasat buruk tersendiri untuk Alex.

Cantika berdeham berusaha mencairkan suasana yang lumayan tegang. "Ah, ayok ngobrolnya sambil duduk."

"Ma, aku nanya ko di kacangin," sahut Adlan.

Kini mereka berdua merasa sudah tidak bisa mengelak lagi. "Nanti aja yah Lan, kita cerita di rumah." Bujuk Cantika.

Adlan melihat semua orang dan menggelengkan kepalanya tegas. "Gak Ma, kalo sampe rumah keburu aku mati penasaran," Adlan mengalihkan pandangannya ke Alex dan Rizal. "Dan lo berdua gue gak merasa ini hubungan lebih dari sekedar teman kecil."

Semua orang tua menghela nafas. "Kalo gak ada Bu Mira dan Pak Bara, Adlina gak mungkin selamat Lan," ucap Abid.

Adlan mengernyitkan dahinya walaupun waktu itu dia masih kecil tapi, dia ingat tidak ada nama Mira maupun Bara dalam bantuan kembarannya.

"Dia gak ada di tempat kejadian Ma, Pa waktu penyekapan Adlina." Adlan berusaha mengingatkan Papa-nya.

"Anak kami kecelakaan tepat saat kembaranmu sedang kritis." Jelas Bara. Mira sedang menggigit bibirnya menahan tangisnya. Untung saja keadaan sekitar sepi dan mereka duduk paling pojok yang jarang di datangi orang.

Seketika Adlan mengumpulkan puing-puing masa lalu dimana itu masa terberat sepanjang hidupnya.

Tiba-tiba. "Mela," itu suara Alex yang bisa ditangkap pendengarannya dengan Adlan bahkan semua orang.

Adlan ingat dengan ucapan kembarannya yang membuatnya naik darah.

Tante Mira berdeham dan mengatur nafasnya sebentar. "Namanya Dintrik Amelandia Welsh, biasanya di panggil Mela."

Otak Adlan seketika blank dengan ucapan Tante Mira. Belum ada yang mengucapkan sepatah katapun. Ketiga pemuda itu masih menyusun benang kusut hingga menemukan titik terangnya.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang