✖Sembilan✖

10.7K 935 81
                                    

Kini semua orang sedang menyelidiki siapa yang menaruh bunga mawar tersebut di kolong meja Adlina.

Bukan hanya Adlan, kini para orang tua yang turun tangan tapi, setelah di selidiki secara bersamaan semua CCTV di sekolah mati.

"Bel, CCTV sekolah lo rusak ko mati semua?" tanya Abid. Semua para orang tua, si kembar, Cleo dan teman-teman Adlan sedang berkumpul di ruang ketua yayasan.

"Tapi, ini aneh CCTV mati serempak saat pagi hari," ucap Arga yang disetujui semua orang.

Adlina kini sedang diapit diantara Adlan dan Alex. Alex dengan sabar mengelus telapak tangan Adlina berharap bisa mengurangi sakit di telapak tangan Adlina.

"Dan, kejadian ini selalu terjadi sama Adlina." Suara itu berasal dari Angkasa. Para orang tua sedang berpikir keras siapa dalang dari semua ini.

"Kamu punya musuh sama siapa sayang?" tanya Cantika kepada anaknya. Ia diam-diam tersenyum senang bagaimana pemuda yang bernama Alex itu melakukan anaknya dengan baik

Adlina hanya menggeleng pasrah, setahunya dia benar-benar tidak punya musuh atau berbuat jahat kepada orang-orang.

Adlan mencium puncak kepala kembarannya. Diam-diam Adlan mengepalkan kedua tangannya dia benar-benar bersumpah akan memberi pelajaran kepada siapapun yang sudah menyakiti kembarannya

"Udah nanti kita selidiki lagi, kita juga gak bisa main asal tunjuk orang gue yakin orang ini sangat profesional." Timpal Dirga.

"Yaudah, sekarang kita pulang aja sekalian Adlina gak usah sekolah aja dulu." Usul Angkasa. Tapi, Adlina menggeleng. "Adlina mau sekolah, Ma."

"Tapi, sayang liat tangan kamu luka semua gimana nulisnya?" tanya Cantika benar-benar khawatir dengan keadaan anaknya yang satu itu.

"Adlina kita pulang yah, besok kamu boleh ko sekolah lagi." Bujuk Abid.

Kini Adlan berlutut di depan kembarannya. "Lin, dengerin aku tangan kamu masih sakit jangan maksaiin masuk itu malah buat aku khawatir." Kalau sudah seperti ini mana tega Adlina menolak kembarannya sendiri. Akhirnya, dia mengangguk pasrah. Semua orang yang berada di dalam ruangan menghela nafas lega.

Kini mereka mulai keluar meninggalkan ruangan. "Kalian berdua duluan nanti Papa nyusul, Papa ada urusan sebentar." Izin Abid kepada anak dan istrinya. Mereka hanya menganggukan kepala dan berjalan ke parkiran bersama yang lain.

Abid memutar badannya mencari orang yang dia yakini itu Alex.

***

Alex sedang berjalan gontai melewati koridor yang sepi, raganya memang di sini tapi, pikirannya melayang kepada kejadian tadi.

Flashback on

"Ka, Adlina telapak tangannya berdarah," ucap Adik kelas yang Alex ketahui teman sekelas Adlina.

Bukan hanya Adlan yang kaget tapi, Alex ikut bangun dan menghampiri adik kelasnya tersebut.

"Sekarang Adlina dimana?" tanya Alex.

"Lagi di bawa ke uks ka sama Cleo." Dengan cepat mereka berdua berlari kearah uks

Flashback off

Alex menghembuskan nafasnya sambil memijit pelipisnya. Dia benar-benar tidak habis fikir kenapa Adlina selalu mengalami musibah tiba-tiba kemarin, gara-gara jalan kaki pingsan sekarang tangannya berdarah kena duri dan yang bikin bingung adalah si pelaku rapi melakukan tugasnya. Tidak meninggalkan jejak sedikit pun untuk di lacak.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang