✖Satu✖

19.4K 1.2K 165
                                    

Pagi ini Adlina resmi menjadi siswa kelas XI-IPS-2 dan lagi-lagi sekelas dengan Cleo. Karena hari pertama ini hanya diisi dengan kegiatan orientasi untuk siswa/i baru Tunas Bangsa, semua kelas free class.

Adlina sedang duduk di pinggir lapangan bersama Cleo sambil memperhatikan adik kelasnya yang sedang mengikuti orientasi.

"Lin, gue liat tadi lo berangkat sama bokap, yah?" tanya Cleo. Cleo memang tahu tentang Adlina yang marah dengan kembarannya.

"Hmm," gumam Adlina.

Adlina hanya menyuap mulutnya dengan cemilan yang dia bawa dari kantin.

"Lin, mau sampai kapan?" Adlina menoleh ke arah Cleo. Adlina bukan tidak mengerti dia sangat mengerti arah pembicarannya. Adlina hanya mengedikkan bahunya cuek sambil terus memakan cemilannya.

Cleo hanya mendengus kesal dengan sikap Adlina semenjak kepergian Ramon beberapa bulan lalu.

Tiba-tiba ada adik kelas cowok berlari kecil kearah mereka berdua. "Hay, Kaka cantik," sapa adik kelas tersebut.

Cleo dan Adlina sukses terpesona oleh ketampanan juniornya tersebut. Soalnya, juniornya ini hampir sebelas, dua belas dengan jajaran Most Wanted Tunas Bangsa.

Adik kelas itu pun mengulurkan tangannya. "Ka, kenalin aku Mario, tapi bukan Mario teguh yah, aku Mario Lexadrio."

Mereka tertawa kecil mendengar perkataan juniornya. Cleo dan Adlina mulai membalas dan menyebutkan nama mereka masing-masing.

"Ka Adlina cantik yah, mau gak jadi pacar Mario aja?" tanya Mario. Adlina hanya tertawa menurutnya benar-benar hiburan yang menarik.

Tiba-tiba dari arah belakang Mario ada yang berdeham keras, dengan gerakan cepat Mario menoleh dan mendapati seniornya yang dia kenali Alex. "Kalo mau gombal lo liat dulu, dia udah ada yang punya atau belom," ucap Alex benar-benar kesal.

"Emang Ka Alex udah pacaran sama Ka Adlina?" tanya Mario sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Alex menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yah, belom sih, tapi maaf, maaf aja nih gue gak mau nambah saingan."

Adlina hanya memutar bola matanya dengan malas dan bangkit meninggalkan mereka bertiga. Melihat itu Mario dan Alex langsung adu mulut.

Adlina berjalan sendirian melewati koridor kelas sepuluh. Dan ada tangan yang menahannya, Adlina berbalik sambil mengangkat alisnya sebelah.

"Lin, mau sampai kapan diemin aku, aku tau aku salah tapi aku masih Abang dan kembaran kamu." Adlan benar-benar frustasi bagaimana menghadapi kembarannya. Adlina hanya terdiam tidak berniat menjawab.

Akhirnya, Adlan memandang kembarannya dengan tatapan sendu. "Terserah kalo kamu masih mau marah sama aku. Aku cuma mau nanya, kamu udah makan?" Adlina hanya menganggukan kepala dan meninggalkan Adlan sendirian.

Adlan memejamkan matanya berharap suatu hari nanti Adlina benar-benar memaafkannya.

***

Adlina berjalan ke taman belakang sekolah, tempat yang sepi jauh dari jangkauan murid-murid.

Adlina menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya sambil memejamkan mata.

Seluruh memorinya bersama Ramon dan Adlan kembali berputar. Bagaimana protektifnya Adlan dengan dirinya. Bagaimana cara Ramon memperlakukannya dengan istimewa.

Tes

Penyesalan itu selalu hadir, Adlina sangat menyesali sikapnya terhadap Ramon. Dan kemampuan kepekaannya yang di bawah rata-rata sampai tidak bisa membedakan mana kasih sayang terhadap adik dan kasih sayang terhadap lawan jenis.

TS [2] Adlina Untuk AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang