Dalam pandangan orang-orang dunia persilatan, tempat itu merupakan sebuah istana yang mendatangkan maut bagi siapa yang berani mendekatinya.
Benteng kuno itu dibangun diatas sebidang tanah berbatu karang yang dikelilingi oleh tiga buah aliran sungai.
Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu yang gelap gulita di atas dinding tembok tertera dua huruf besar yang cukup membetot hati siapapun yang menyaksikan: Benteng Maut!
Di bawah dua huruf besar tadi terdapat pula sebuah tengkorak merah darah yang nampak menyeramkan.
Itulah lambang maut dari pemilik benteng kuno itu.Selama hampir tiga puluh tahun lamanya di dunia persilatan tercekam dalam ketakutan, kengerian yang seolah-olah hari kiamat hampir tiba, sebagian besar jago2 dari kalangan Bu lim banyak yang mati binasa dalam keadaan penasaran, banjir darah melanda dimana-mana.
Semua peristiwa berdarah yang terjadi selalu diakhiri dengan tertinggalnya lambang Tengkorak maut disisi setiap korban.Kebrutalan serta kekejaman Tengkorak maut membuat orang jadi ketakutan dan menjuluki dirinya sebagai malaikat elmaut.
Tetapi... lima belas tahun berselang, tiba-tiba pintu benteng itu tertutup rapat Tengkorak maut tak pernah muncul kembali di dalam dunia persilatan, seluruh Bu lim pun terlepas dari cekaman rasa takut dan ngeri.
Sementara orang menduga tengkorak maut telah menghembuskan napasnya yang terakhir tetapi kenyataan membuktikan lain, sebab setiap rombongan orang Bu lim yang berangkat menyelidiki rahasia Istana maut tak seorangpun yang kembali dengan selamat.
Teka teki... peristiwa itu merupakan suatu tanda tanya besar bagi semua orang.
Malam mencekam seluruh jagad, udara gelap gulita tidak nampak cahaya bintang maupun rembulan... begitu pekat hingga melihat ke lima jari sendiripun susah.
Kilat menyambar-nyambar diiringi suara gemuruh guntur yang bergeletar membelah bumi, kilatan tajam mendatangkan kilatan cahaya yang menerangi seluruh jagad.
Angin berhembus kencang mengiringi desiran yang menusuk pendengaran, menyapu seluruh benda di sekitarnya .... ranting, daun dan debu berterbangan memenuhi angkasa...Di dalam sebuah dusun yang kecil nampak sesosok bayangan manusia sedang melakukan perjalanan dengan cepat menyeberangi jalan.
Kilat kembali menyambar... kali ini terlihat lebih jelas lagi, kiranya bayangan tadi adalah dua sosok tubuh yang saling berpanggulan, seorang pemuda berusia tujuh delapan belas tahunan dengan membopong seorang pria berusia pertengahan sedang melakukan perjalanan cepat..Sang pemuda berwajah tampan berperawakan kekar, sedang sang pria berusia pertengahan itu kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, napasnya kempas kempis dan rupanya sedang menderita sakit parah.
"Ayah ...." terdengar pemuda itu bergumam "Rupanya sebetar lagi akan turun hujan badai yang amat deras."
Pria berusia pertengahan yang ada didalam dukungannya mendengus lalu mengangguk.
"Benar, hujan bakal turun dengan derasnya.... Inilah suatu saat yang paling bagus bagi kita.""Apa??? Saat yang paling bagus ???"
"Ehmm... Sedikitpun tidak salah."
"Ayah, ananda tidak paham dengan maksudmu."
"Setelah tiba ditempat tujuan nanti, kau akan segera mengerti."
"Ayah, mengapa kau harus memilih disaat yang paling jelek untuk keluar rumah??? Sakitmu... "
"Nak, sebentar lagi kau akan paham dengan sendirinya. Ayo cepat berangkat!"Guntur membelah bumi menggetarkan seluruh permukaan bumi, kilat kembali menyambar dan hujan deras mulai membasahi seluruh tempat...
"Ayah, hujan telah tiba... Bagaimana kalau kita ketempat berteduh ???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tengkorak Maut aka Rahasia Istana Hantu - Khu Lung
General FictionDalam pandangan dunia persilatan, tempat itu merupakan sebuah istana maut bagi siapapun yang mendekatinya. Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu yang gelap gulita di atas dinding t...