Jilid 2 : Benteng Maut II

5.2K 76 1
                                    

MENGUNGKAP tentang diri Thian chee Kauwcu hati Han Siong Kie seketika bergolak kencang, ia teringat kembali akan ibunya yang kawin lagi dengan manusia aneh itu.
Belum habis pikirannya berlalu, terdengar pengemis cilik itu telah melanjutkan kembali kata2nya:
"Ketiga orang itu adalah jago2 yang paling lihay didalam dunia persilatan dewasa ini"
"Diantara mereka bertiga, siapakah yang terhitung paling kosen dan paling ampuh?"
"Hal ini sulit untuk dikatakan ilmu silat yang dimiliki Lam Kay serta Pak Ceng katanya seimbang, sedangkan kepandaian yang dimiliki Thian chee Kauweu menurut berita yang tersiar amat lihay sehingga sukar diukur dengan kata2, tetapi tak seorang pun yang pernah bergebrak melawan dirinya dan tak seorangpun yang pernah menyaksikan raut wajah yang sebenarnya".
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan Pemilik dari Benteng Maut tersebut...??"
"Huuuh mereka tak akan kuat menahan sebuah pukulannya"
"Eeei. adik Hwie, darimana kau bisa mengetahui akan hal ini??".
"Tentang soal ini... tentang soal ini... akupun hanya mendengar dari berita yang tersiar belaka"
"Adik Hwie coba lihat, mereka sudah mulai bergerak maju "
"Itu berarti suatu drama berdarah yang sangat mengerikanpun segera akan mulai berlangsung".

Han Siong Kie mengepal tangannya kencang-kencang, tanpa berkedip ia menatap ke arah para jago yang berada ditepi sungai.
Puluhan sosok bayangan manusia telah menggerakkan tubuhnya melewati jembatan batu dan tiba didepan pintu besar benteng maut.
Pada saat itulah... serentetan suara suitan aneh yang amat nyaring serta memekikkam telinga berkumandang keluar dari dalam ben-teng maut, begitu keras suaranya sehingga menusuk pendengaran siapapun juga.

Han Siong Kie yang berada diatas bukit sebera merasakan telinganya bagaikan di tusuk2 dengan belasan bilah pisau tajam, buru2 ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan, sementara jantungnya berdebar keras se-olah2 hendak meloncat keluar dari rongga dadanya. .
Puluhan jago lihay yang telah tiba didepan pintu besarBenteng Maut itu segera menghentikan langkah kakinya begitu mendengar suara suitan tersebut, air muka mereka berubah hebat.

Kegaduhan yang amat hebatpun terjadi ditepi pantai.
Beberapa saat kemudian suara suitan nyaring yang amat memekikkan telinga itu mendadak sirap. diikuti pintu benteng Maut yang bewarna hitam pekat lambat2 membentang lebar dan muncullah sebuah gua yang besar dan gelap gulita.
Dengan hati terkesiap puluhan orang jago lihay Bu lim yang ada didepan pintu mundur tiga tombak ke belakang dengan tergesa2.
seketika itu juga suasana di sekeliling tempat itu berubah jadi tegang dan diliputi oleh napsu membunuh.

Setelah perminuman teh sudah lewat. tetapi suasana di dalam Benteng Maut itu masih tetap tenang dan tidak nampak suatu gerakan apapun juga...
Puluhan orang jago lihay yang berdiri di depan pintu benteng mulai berteriak keras kemudian bagaikan gelombang samudra yang menghantam pantai mereka menyerbu masuk kedalam benteng tersebut...
"Hmm "Terdengar pengemis cilik itu men- dengus dingin. "Rombongan pertama yang menghantar kematiannya telah berangkat".
Han Siong Kie melirik sekejap kearahnya lalu arahkan kembali sinar matanya kebawah.

Tiga puluh orang lebih jago lihay Bu lim yang termasuk didalam rombongan kedua mulai melewatijembatan batu sambil berteriak keras menyerbu pula kedalam pintu benteng dengan dahsyatnya:
"Rombongan kedua yang menghantar kematiannya kembali sudah berangkat ...." terdengar pengemis cilik itu bergumam lagi.
Baru saja sipengemis cilik itu menyelesai kan kata2nya, mendadak terlihatlah bayangan manusia satu persatu terlempar ke luar dari dinding benteng dan meluncur ke arah luar. Ada diantaranya yang tercebur ke dalam sungai, ada pula yang terbanting ke atas lantai tepat didepan Benteng Maut tersebut.

Dalam sekejap mata seluruh jago lihay Bu lim yang baru saja menyerbu masuk kedalam benteng maut itu sudah terlempar ke luar semua dari balik benteng dalam keadaan mati tanpa bernyawa lagi. Menyaksikan pembunuhan massal tersebut, para jago lihay yang masih tersiksa di luar benteng jadi gaduh, suara bisikan lirih mulai kedengaran berkumandang memecah kesunyian. Han Siong Kie, menyaksikan jalannya pembunuhan brutal itu dari atas bukit hanya bisa memandang dengan mata mendelong dan mulut melongo belaka, sekujur tubuhnya gemetar keras dan tak sepatahpun yang sanggup diucapkan keluar.

Tengkorak Maut aka Rahasia Istana Hantu - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang