Jilid 22 : Benang kusut perselisihan masa lalu

3.1K 49 0
                                    

SETELAH berita itu tersiar, semua jago yang hadir dalam gelanggang terbungkam dalam seribu bahasa, kalau Mo tiong ci mo benar2 sudah tiada lagi didunia ini, berarti hutang darah mereka.
Seorang padri tua beralis putih bermuka merah ikut tampil kedepan, tegurnya dengan suara lantang:
"Omitohud Sian sicu, benarkah ucapanmu itu?"
"Aku rasa tiada kepentingan bagiku untuk membohong, boleh aku tahu siapa nama taysu?"
"Aku adalah Lian sian taysu, penguasa ruang Tat mo wan dari gereja Siau lim si"
"Boleh aku tahu, kedatangan taysu kali ini adalah untuk menegakkan kebenaran bagi umat
persilatan, ataukah "
"Masa siau sicu tidak tahu kalau antara gurumu dengan kuil kami terikat pula oleh suatu
sengketa?"

Tercengang hati Han Siong Kie mendengar jawaban tersebut, sebab dalam catatan budi dan dendam dari Mo mo cuncu sama sekali tidak tercatat masalah sengketa antara gurunya dengan pihak gereja Siau lim si.
Dengan muka melongo karena keheranan cepat ia menegur:
"Sepengetahuanku, antara mendiang guruku dengan pihak Siau lim si tak pernah terikat oleh persengketaan apapun, dari mana bisa munculnya masalah dendam??"
Lian sian taysu mengernyitkan alisnya yang putih, kemudian sambil menatap sianak muda itu dengan pandangan tajam dia bertanya: "Jadi siau sicu betul2 tak tahu duduknya persoalan??"
"Benar, aku sama sekali tak tahu "
"Kalau memang begitu, aku harap siau sicu bersedia menerangkan dimana tempat tinggal gurumu semasa hidup dan dimana jenasahnya dikubur setelah mati.. "
"Apa yang kau kehendaki??"
"Kami akan menggeledah tempat2 itu "
"Menggeledah ? Apa yang hendak kalian geledah??"
"Kami hendak mencari barang milik gereja kami yang lenyap tak berbekas"

Han Siong Kie semakin dibikin kebingungan dan tak habis mengerti, Ia tak tahu barang yang lenyap dari gereja siau lim si dan secara bagaimana tuduhan tersebut bisa terjatuh diatas nama gurunya atau mungkin gurunya benar-benar ...
Tapi ia masib ingat jelas tempat tinggal gurunya pernah diperiksa dengan seksama, kecuali seperangkat alat dapur tiada benda lain yang ketinggalan disitu. Karena itu dengan sepasang alis mata berkernyit kembali ia bertanya: "Taysu, apakah engkau bersedia untuk membeberkan duduk persoalan yang sebenarnya?"
Liau sian taysu tarik nafas panjang, kemudian menutur:
"Empat puluh tahun berselang, Lian Hian sute yang sedang bertugas menjaga ruang penyimpanan kitab dari gereja kami mati dibunuh orang bersamaan dengan kematian nya itu sejilid kitab ilmu silat yang berisikan pelajaran ilmu Toan pian yo sinkang ikut lenyap tak berbekas, sebelum kabur gurumu telah menyebutkan namanya. sejak peristiwa itu semua murid perguruan kami telah disebar untuk mencari jejak gurumu namun ia lenyap tak berbekas ibaratnya batu yang tenggelam ditengah samudra."
-0000-

"AH Tidak mungkin.. aku tidak percaya." "Kenapa tak mungkin??"
"Tak mungkin mendiang guruku melakukan perbuatan seperti itu"
"Jadi siau sicu menyangkal tuduhan kami?" "Boleh kau anggap demikian"
Paras muka Lian sian taysu berubah hebat, empat orang rekannya ikut pula menunjukkan muka gusar.
"siau sicu, aku harap sukalah engkau berpikir tiga kali sebelum ambil keputusan" seru Lian sian taysu lagi dengan marah.
"Tidak berguna bagiku untuk berpikir tiga kali"

Ia sangat percaya dengan kejujuran serta watak agung dari gurunya, apalagi dari pembicaraannya dengan mendiang sang guru maupun pembicaraannya dengan Pat lo sianseng, ia dapat menarik kesimpulan kalau gurunya adalah seorang jago yang mulia, tak mungkin dia melakukan perbuatan yang rendah seperti apa yang dituduhkan pihak gereja siau lim si.
Karena itu Han Siong Kie yakin kalau apa yang dituduhkan pihak lawan, sama sekali hanya suatu fitnahan belaka.
Liau sian taysu makin gusar lagi mendengar jawaban dari sianak muda itu, ditatapnya lawan dengan pandangan tajam, kemudian menegur:
"Siau sicu, kalau engkau bersedia menyerahkan kitab pusaka Tai poan yo sinkang yang dicuri mendiang gurumu, akupun berjanji tak akan menyusahkan dirimu"
"Menyusahkan aku? Haahh haahh haah.. suatu lelucon yang sama sekali tak lucu"
Gelak tertawa itu penuh mengandung nada ejekan yang membuat siapapun jadi tak tahan.
Paras muka keempat orang hweesio dari gereja siau lim si sama-sama berubah hebat, agaknya mereka sudah tak kuat mengendalikan hawa amarahnya lagi.
Dengan muka merah padam karena marah Liau sian taysu melangkah setindak kedepan serunya dengan suara berat.
"siau sicu, kalau engkau tak mau menjawab dengan jujur lagi.. "
"Engkau mau apa?" tantang sang anak muda.
"Terpaksa aku akan menggunakan kekerasan untuk paksa engkau menjawab dengan jujur"
"Haahhh... haahhh... haahhh hwesio gede, dianggapnya dengan andalkan kepandaian silatmu sudah cukup untuk merobohkan aku?" ejek Han Siong Kie sinis, "jangan mimpi di siang hari belong
coba jawab berdasarkan bukti apa kalian selalu menuduh kalau mendiang guruku mencuri kitab
pusaka kalian?"
"Sebelum berlalu dari gereja kami, mendiang gurumu telah menyebutkan namanya selain itu kepandaian silat yang dimiliki Liau huan sute sangat lihay kecuali seorang jago macam gurumu rasanya tak mungkin dapat merobohkan dia tanpa mengeluarkan banyak tenaga"
"Hanya berdasarkan alasan itu saja, maka engkau lantas menuduh guruku yang melakukan pencurian??"
"Jadi siau situ merasa bukti itu kurang meyakinkan?" Liau sian taysu balik bertanya.

Tengkorak Maut aka Rahasia Istana Hantu - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang