SEPENINGGALNYA keempat orang kakek tadi, Ong Cui Ing sambil menggandeng putra kesayangannya pun ikut berlalu menuju kedalam selat.
Kakek bercambang berserta kedua puluh satu orang pria baju hitam itu dengan sikap yang hormat menghantar keberangkatan nyonya kaucu mereka.. Tidak lama setelah sesosok bayangan manusia yang kecil ramping. Dia bukan lain adalah Tonghong Hwie yang menyaru sebagai seorang pengemis cilik.Kalau tadi Han Siong Kie menaruh curiga kalau dia sudah tertawan oleh para jago yang dikirim perkumpulan Thian chee Kau untuk mencari jejaknya, maka Tonghong Hwie pun mengira saudara angkatnya telah tertawan pula oleh para jago dari perkumpulan Thian chee kau.
Sungguh sayang kedatangan mereka berdua hanya terpaut beberapa waktu saja hingga, kedua belah pihak tak dapat saling bertemu satu sama lainnya.
sekalipun tujuan yang mereka datangi adalah sama, dan maksud tujuan merekapun tak berbeda, namun rupanya takdir telah menentukan yang lain.Tonghong Hwie adalah seorang jago yang amat cerdik, dia tahu wilayah Lian Hong tan tidak lebih bagaikan sarang naga gua harimau, jago lihay pihak perkumpulan Thian chee kau yang ditugaskan menjaga di sekitar tempat itu banyak sukar dihitung dengan jari, bila ia berani menerjang masuk secara gegabah niscaya jejaknya akan ketahuan. oleh karena itu dengan amat sabar pengemis cilik itu menuggu diluar daerah tersebut, ia tunggu hingga kentongan kedua sudah menjelang tiba, dengan gerakan yang sangat enteng danpenuh kewaspadaan, selangkah demi selangkah dijelajahinya tempat itu.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, ternyata dengan amat mudah sekali ia berhasil melewati beberapa buah pos penjagaan yang banyak tersebar disekitar tempat itu.
Namun tidak lama setelah berada didalam selat tersebut, dengan cepat Tonghong Hwee menemukan bahwa keadaan tidak beres, ia temukan begitu banyak persimpangan yang bermunculan ditempat itu, meskipun sudah setengah malam ia ber-putar2 ditempat itu, namun yang ditemui hanyalah tebing2 curam yang menjulang tinggi ke angkasa, bukan begitu saja bahkan iapun menemukan banyak sekali lorong sempit yang telah dilaluinya bukan hanya satu kali saja.
Tonghong Hwie jadi amat panik, menurut perhitungannya didalam beberapa jam lagi fajar bakal menyingsing, namun jalan lorong yang dilewatinya kian lama kian bertambah membingungkan hati, bukan saja jalan keluar tidak berhasil ditemukan, bahkan untuk mundur kembali kejalan yang semula pun tak mampu dia lakukan.
Sadarlah pengemis cilik itu bahwa dirinya telah terkurung didalam sebuah barisan yang maha sakti, dalam keadaan begini kendati ia cerdik dan banyak akal, tak urung dia akan kelabakan juga.Fajar telah menyingsing, lorong2 sempit yang membujur dalam selat itu perlahan2 menjadi terang benderang.
Keadaan dari Tonghong Hwie pada saat ini ibarat semut yang berada diatas kuali panas, rasa panik yang menyelimuti hatinya sulit dilukiskan dengan kata2. Mau maju tak dapat, mau mundurpun tak bisa, sedangkan kabar berita tentang kakak angkatnya Han Siong Kie tidak berhasil diketahui, bisa dibayangkan betapa cemasnya hati pengemis ini.Terpikir olehnya hendak mencari tempat persembunyian terlebih dahulu untuk melepaskan diri dari pengamatan para jago dari perkumpulan Thian chee kau. Setelah itu baru berusaha untuk mencarijalan keluar dari barisan ini, siapa tahu sekeliling tempat itu yang terlihat hanyalah tebing2 curam yang menjulang tinggi keangkasa. Dengan tenaga dalam yang dimilikinya tak mungkin baginya untuk melayang naik ketempat itu.
Disaat hatinya sedang bingung bercampur panik itulah, mendadak dari arah belakang berkumandang datang suara tertawa seram yang amat mengerikan..
Dengan hati terkesiap Tonghong Hwie berpaling kebelakang, tanpa terasa ia tarik napas dingin dan bergidik.
Terlihatlah seorang kakak baju kuning yang bermata tunggal telah berdiri kurang lebih satu tombak dibelakang tubuhnya, sedari kapan orang itu munculkan diri ternyata sama sekali tak diketahui olehnya.Dalam pada itu sikakek baju kuning bermata tunggal tadi telah menatap wajahnya sambil tertawa seram, serunya:
"Hey bangsat cilik, rupanya kau sudah kepayahan semalam suntuk. bagaimana kalau sekarang beristirahat dulu??"
Tonghong Hwie merasa amat terkejut, jantungnya terasa berdebar keras, ia tak menyangka kalau perbuatannya selama semalam suntuk ternyata sudah berada didalam pengawasan orang, dengan hati tercekat segera serunya: "si. .siapa ..siapa kau??"
"Hmm..hmm kau ingin tahu siapakah aku? aku bukan lain adalah Koan thian sin atau malaikat pengamat langit Ci Chong"
"Malaikat Pengamat Langit??."
"Sedikitpun tidak salah" kakek baju kuning itu mengangguk.
"Aaah aku rasa julukan itu kurang tepat bagimu, seharusnya engkau lebih cocok kalau dinamakan si mata tunggal pengamat langit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tengkorak Maut aka Rahasia Istana Hantu - Khu Lung
General FictionDalam pandangan dunia persilatan, tempat itu merupakan sebuah istana maut bagi siapapun yang mendekatinya. Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu yang gelap gulita di atas dinding t...