Naga 49

4.2K 51 4
                                    

Kita tinggalkan dulu dengan dada lapang Sin Liong dan Bi Cu yang sudah berhasil lolos dari bahaya maut itu dan mari kita mengikuti kembali keadaan Pangeran Ceng Han Houw di istananya di kota raja. Biarpun pangeran ini melihat kegiatan-kegiatan dilakukan oleh istana, bahkan dia mendengar pula bahwa istana mengumumkan pengampunan dan kebebasan kepada keluarga Cin-ling-pai, namun tidak ada tindakan atau perintah sesuatu dari istana yang ditujukan kepada dirinya. Oleh karena itu dia merasa agak lega, sungguhpun semenjak peristiwa kehilangan surat Raja Sabutai itu dia tidak lagi berani mengadakan hubungan dengan utara maupun dengan sekutu-sekutunya yang lain. Dia harus bersikap hati-hati. Ada dua kemungkinan, pikirnya. Pertama, kaisar belum pernah menerima surat rahasia itu. Atau, sudah menerima akan tetapi tidak percaya sepenuhnya atau juga tidak mau menimbulkan keributan antara keluarga istana sendiri, maka kaisar memerintahkan tindakan-tindakan yang berhati-hati. Dan dia tahu siapa yang ditunjuk oleh kaisar untuk menanggulanginya. Tentu Pangeran Hung Chih!

Malam itu sunyi sekali di istana Pangeran Ceng Han Houw. Pangeran yang cerdik ini sudah lama menyuruh orang Mongol pergi dari istananya, bahkan diapun sudah menyuruh Hai-liong-ong Phang Tek kembali ke selatan. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan istana dan hidup tenang di istananya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Akan tetapi para pengawalnya yang merupakan orang-orang kepercayaannya, telah dipesan agar berjaga dengan hati-hati sekali jangan sampai kebobolan seperti ketika Sun Eng lenyap dilarikan orang malam itu. Dia mengganti para pengawalnya dengan orang-orang pilihan yang mempunyai kepandaian cukup boleh diandalkan.

Dan pada malam yang sunyi itu para pengawal dikejutkan oleh munculnya seorang wanita muda yang cantik jelita dan gagah, yang muncul secara terang-terangan di pintu gerbang dan minta kepada para pengawal agar disampaikan kepada Pangeran Ceng Han Houw bahwa dia hendak bertemu dengan sang pangeran pada waktu itu juga. Ketika menyatakan ini, wanita cantik itu mengeluarkan sebuah cincin yang dikenal oleh para pengawal sebagai cincin sang pangeran, cincin tanda bahwa wanita ini adalah kepercayaan sang pangeran! Tentu saja para pengawal bersikap hormat, lalu mempersilakan wanita itu menanti di dalam ruangan tamu sedangkan kepala pengawal tergopoh-gopoh melaporkan ke dalam istana.

Ketika Ceng Han Houw menerima laporan ini, ada dua macam perasaan mengaduk hatinya. Pertama tentu saja perasaan girang karena dia sudah dapat menduga siapa adanya wanita itu. Hanya ada satu wanita di dunia ini yang pernah diberinya cincin kekuasaan dan wanita itu adalah Lie Ciauw Si! Dan kedua dia merasa curiga dan juga tegang. Dara perkasa itu adalah cucu dari mendiang ketua Cin-ling-pai dan biarpun saling mencinta dengan dia, akan tetapi kalau dara itu maklum bahwa dia dimusuhi pula oleh keluarga Cin-ling-pai, apakah dara itu akan tetap mencintanya dan apakah tidak akan memusuhinya pula? Diam-diam dia lalu mengatur sikap dan secara kilat dia mencari siasat bagaimana untuk menghadapi dara cantik yang telah menarik hatinya dan yang membuatnya benar-benar jatuh cinta itu. Setelah merapikan pakaiannya, Pangeran Ceng Han Houw lalu keluar menuju ke ruangan tamu untuk menyambut.
Ketika dia membuka pintu, tamunya itu bangkit berdiri. Kini mereka berdiri berhadapan dan saling berpandangan. Tak salah dugaannya, dara itu memang Lie Ciauw Si. Nampak makin cantik dan makin gagah saja. Sebaliknya, Ciauw Si juga memandang kepada pangeran itu. Alangkah tampannya pangeran itu, dalam pakaian yang gemerlapan dan indah!

"Nona Lie Ciauw Si...! Moi-moi, ternyata engkau datang mengunjungiku...!"

Akhirnya Han Houw berseru girang dan menghampiri, lalu memegang kedua tangan dara itu. Ciauw Si membiarkan tangannya dipegang karena dia sendiri juga merasa rindu kepada pria yang menjatuhkan hatinya ini dan merasa girang dengan pertemuan ini.

"Pangeran, engkau baik-baik selama ini, bukan?"

"Tentu saja! Ah, Si-moi, betapa rinduku kepadamu...!" Dan pangeran itu merangkul, terus menciumnya. Akan tetapi hanya sebentar saja Ciauw Si membiarkan dirinya dicium, lalu dia mendorong dada pangeran itu perlahan.

Pendekar Lembah NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang