Melihat kakaknya roboh, Kim-liong-ong Phang Sun menjadi semakin jerih. Dia mengeluarkan teriakan panjang dan tiba-tiba dia meloncat pergi. Akan tetapi wanita perkasa itu membentak. "Hendak lari ke mana kau?" Dan Yap In Hong mengejar dengan cepat, tangan kirinya bergerak dan sinar hijau menyambar. Itulah Siang-tok-swa, senjata rahasia isÂtimewa merupakan pasir hijau yang berÂbau harum. Akan tetapi pasir halus ini mengandung racun yang amat berbahaya. Kim-liong-ong Phang Sun cepat melempar tubuh ke samping lalu bergulingan sehingga sambaran pasir beracun itu lewat di atas kepalanya, akan tetapi baru saja dia hendak meloncat bangun, lawannya telah menerjangnya. Kakek kecil pendek ini hendak mengelak, namun dia kalah cepat dan begitu tangan Yap In Hong mengenai tengkuknya dengan tamparan Thian-te Sin-ciang yang ampuh, robohlah kakek itu dan nyawanyapun melayang sebelum tubuhnya terbanting ke atas lantai.
Cia Bun Houw, Yap Kun Liong, Yap In Hongs dan Cia Giok Keng kini terus mengamuk, membantu para tokoh kang-ouw golongan bersih untuk menghadapi kaum sesat yang membantu Pangeran Ceng Han Houw. Biarpun jumlah kaum sesat lebih banyak, namun dengan bantuan mereka berempat ini mereka menjadi kocar-kacir dan banyak di antara mereka yang roboh dan tewas. Sementara itu, Lie Ciauw Si masih tetap duduk seperti patung di kursinya yang tadi, sedikitpun tidak bergerak, tidak membantu suaminya, juga tidak menentang suaminya. Dia seperti orang kehilangan semangat menyaksikan keruntuhan cita-cita pria yang dicintanya itu dan diam-diam dia merasa ikut bersedih untuk suaminya itu. Semenjak tadi dia tidak melihat yang lain kecuali menonton suaminya yang masih bertanding dengan hebat dan serunya melawan Sin Liong!
Para tokoh Cin-ling-pai itu setelah merobohkan banyak orang dari golongan hitam dan kini ikut menonton pertandingan antara Sin Liong dan pangeran itu, mulai mendekat dan melihat mereka mendekat, Sin Liong berkata, sambil tetap mendesak lawannya, "Harap cu-wi dari Cin-ling-pai membiarkan saya menghadapi musuh besar ini sendiri." Mendengar ini, tiga orang itu berhenti dan hanya menonton dengan penuh kagum. Pertandingan itu sudah mencapai puncaknya, dan keduanya sudah mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaga mereka untuk saling mendesak dan kalau mungkin merobohkan lawan. Ceng Han Houw masih mempergunakan ilmunya yang aneh, dengan berjungkir balik dia berusaha untuk mendesak lawan dengan kedua tangan dari bawah dan kedua kaki dari atas. Namun, dengan ilmu Hok-mo Cap-sha-ciang, Sin Liong selalu dapat membuyarkan semua serangannya, bahkan serangan balasan Sin Liong selalu membuat tubuh yang berjungkir balik itu tergetar dan bergoyang, bahkan kadang-kadang memaksa pangeran itu untuk berloncatan ke belakang sehingga kepala yang menyentuh lantai itu mengeluarkan suara dak-duk-dak-duk.
Dengan sekilas pandang saja tahulah Pangeran Ceng Han Houw bahwa dia telah gagal total. Para tokoh kang-ouw golongan hitam yang membantunya telah roboh satu demi satu, para pembantunya yang dipercaya, seperti subo dan sucinya, telah tewas dan bahkan dua orang Lam-hai Sam-lo telah roboh pula. Dan dari gemuruh suara pertempuran antara pasukannya dan pasukan pemerintah, dia maklum pula bahwa pasukannya terus terdesak mundur, karena suara gemuruh itu makin lama makin dekat juga. Hatinya menjadi sedih dan kecewa, akan tetapi kemarahannya terhadap Sin Liong mengatasi semua itu. Bocah inilah yang menjadi gara-gara kegagalanku, demikian pikirnya. Kini dia telah dikurung oleh tokoh-tokoh Cin-ling-pai. Dia harus dapat merobohkan Sin Liong lebih dulu, harus dapat menewaskan bocah ini. Maka, nekatlah Ceng Han Houw. Dengan mengeluarkan pekik dahsyat yang melengking tinggi, tubuhnya yang berjungkir balik itu meluncur ke depan dan tiba-tiba tubuh itu meloncat tinggi kemudian dari atas tubuhnya meÂluncur turun dan dia menubruk ke arah Sin Liong seperti seekor harimau kelaparan menubruk seekor kijang! Tubrukannya ini hebat, cepat dan dilakukan dengan teÂnaga sepenuhnya, tenaga yang dipusatkan kepada dua tangan dan kepalanya karena dia hendak menyerang lawan dengan kedua tangan dan kepala!
Menghadapi serangan seperti ini, Sin Liong juga terkejut. Inilah serangan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah nekat, yang tidak memperdulikan keselamatan diri sendiri, yang ingin mengadu nyawa kalau perlu dengan musuhnya! Sin Liong maklum bahwa kalau dia menyambut serangan itu dengan kekerasaan pula, biarpun dia akan dapat merobohkan lawan, akan tetapi dia sendiri terancam bahaya maut. Tenaga yang dipergunakan Han Houw dalam serangan itu adalah tenaga yang dipusatkan, ditambah tenaga luncurannya yang kuat, sehingga amat berbahaya kalau disambut dengan kekerasan. Oleh karena itu, diapun lalu mainkan jurus terakhir dari Hok-mo Cap-sha-ciang yang memang khusus diciptakan untuk mempergunakan tenaga lemas meÂlawan serangan dahsyat yang keras. Sin Liong berdiri tegak, mengerahkan tenaga "Im" dan mula-mula dia hendak memÂpergunakan Thi-khi-i-beng, akan tetapi segera dibatalkan niat ini karena dia maklum bahwa ilmu ini akan membahayaÂkan dirinya kalau ada tenaga sin-kang yang demikian kuat dan kerasnya memÂbanjir masuk dengan kekuatan sepenuhÂnya, bisa merusak seluruh isi perutnya. Maka dia lalu melakukan jurus terakhir itu, dan pula saat kedua tangan lawan sudah hampir mengenai dadanya, dia meÂnangkis dari bawah dan pada saat itu, karena dia menyimpan tenaga, tidak terjadi benturan tenaga dan dia terjengÂkang atau sengaja melempar diri ke belaÂkang sehingga dia terlentang dan karena lawannya meluncur dengan tenaga penuh, maka tubuh pangeran itu meluncur terus di atasnya tanpa dapat ditahan oleh pangeran itu sendiri. Saat itulah Sin Liong menggerakkan tangan kanan dari bawah, menghantam ke atas dan ujung-ujung jari tangannya dengan tenaga Thian-te Sin-ciang telah dengan cepat menampar perut lawan agak ke atas dekat ulu hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Lembah Naga
Tiểu Thuyết ChungLanjutan "Dewi Maut". Tokoh utama : Cia Sin Liong atau Pendekar Lembah Naga adalah anak di luar nikah dari pendekar sakti Cia Bun Houw, ibunya bernama Liong Si Kwi yang berjuluk Ang-yan-cu (Pendekar Walet Merah). Sin Liong yang secara tak sengaja be...