Chapter 15:
I MISSED YOU"Hei, berhenti tertawa dan fokus pada jalan! Kau tak ingin membunuhku, kan?"
Harry berkata jengkel, meskipun tak ada yang tahu bagaimana perasaannya saat ini. Bisa berada di dalam mobil yang dikendarai oleh gadis jutek yang sudah lebih dari tiga hari tak ditemuinya. Gadis yang entah menghilang ke mana, lalu muncul kembali begitu saja.
Sekarang, gadis itu tengah tertawa keras tak dapat melupakan apa yang baru saja dilaluinya. Beberapa menit yang lalu tepat di Gedung Cores.
Taylor melihat sendiri Harry yang berlari sangat kencang dengan beberapa gadis di belakangnya. Kemudian, Harry mengetuk keras kaca mobil, meminta masuk dan Taylor langsung membuka pintu. Harry masuk ke dalam mobil dan memerintahkan Taylor untuk melajukan mobil menjauh. Beberapa gadis masih mengikuti di belakang, sebelum akhirnya mereka menyerah karena tak mampu mengimbangi kecepatan mobil.
"Harusnya aku merekam wajahmu saat berlari tadi. Sangat lucu! Geez, sepertinya aku bisa mendapat banyak uang jika terus mengambil gambarmu dan menjualnya. Aku akan memikirkan pekerjaan sampinganku sebagai paparazzi." Taylor mengedipkan satu mata dan Harry memutar bola mata.
"Aku hampir mati karena ingin menemuimu. Dari mana saja kau? Pergi menghilang tanpa jejak. Tak bisa dihubungi, tak bisa dilacak. Kupikir, kau mati karena kecelakaan lalu jatuh ke jurang!" Harry mengomel panjang lebar.
Taylor tersenyum tipis menatap fokus ke arah jalan. "Aku merasa seperti tengah menculikmu, tapi nyatanya tidak. Kau yang datang kepadaku, bukan aku yang membawamu."
Harry berdecak. "Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku bertanya dan jawab pertanyaanku, Taylor."
Taylor menoleh sekilas sebelum terkekeh. "Aksen Brittish-mu. Tapi tak masalah."
Pemuda itu menahan nafas dan menghelanya perlahan. Mata Harry meneliti tiap inchi sisi kanan wajah gadis itu. Lekuk wajahnya. Alisnya. Matanya. Hidungnya. Bibirnya. Padahal baru tiga hari Harry tak melihatnya. Tapi sudah terasa seperti tak melihat selama bertahun-tahun.
"Kau berhutang kencan denganku. Kuharap kau ingat itu." Harry berkata santai dan Taylor terkekeh.
"Kau jauh lebih buruk dari debt collector. Kenapa aku harus bertemu denganmu lagi, sih?"
Harry tersenyum. "Kau yang datang ke lokasi syutingku. Untuk apa kau datang?"
"Aku tidak datang, hanya kebetulan saja lewat." Taylor menjawab tenang.
"Oh, benarkah? Lalu, bagaimana kau tahu jika aku syuting di sana? Seingatku, aku tak pernah memberitahumu jika aku syuting di sana." Harry melipat tangan di depan dada, masih sambil menatap Taylor penuh intimidasi.
Harry terlonjak saat tiba-tiba saja, Taylor menekan pedal rem dan membuat tubuh Harry terdorong ke depan, nyaris menabrak dashboard jika saja dia tak mengenakan sabuk pengaman.
"Apa kau gi—,"
"Kau menumpang di mobilku! Jadi, berhentilah bicara dan kenapa kau menumpang di mobilku? Aku bukan supir, aku tak akan mengantarmu ke tempat yang kau inginkan." Taylor berbicara panjang lebar seraya berkacak pinggang.
Harry diam sejenak sebelum mengedikkan bahu. "Aku tak punya tujuan. Aku ikut denganmu saja, bagaimana?"
Taylor menghela nafas. "Kenapa kau masuk ke mobilku tadi, sih? Aku hanya ingin menyapa, tidak lebih. Apa aku harus mengembalikanmu ke lokasi syutingmu lagi?"
Harry buru-buru menggeleng. "Tidak, tidak. Lain kali saja kalau kau ingin berkunjung ke sana. Nanti akan kukenalkan pada kru dan para pemain lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Swift
FanfictionTakdir mempertemukan Harry Styles-aktor tampan berusia 27 tahun-dengan gadis rapuh berusia 25 tahun dengan pekerjaan sebagai dokter bernama Taylor Swift.