Chapter 35:
LATE NIGHT CALL"Come on! Tidur, Taylor. Sudah jam berapa ini?!"
Taylor terus mengomel pada dirinya sendiri yang tak mampu menghentikan berbagai pikiran yang ada di otaknya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari dan segala upaya telah Taylor lakukan untuk dapat tertidur. Mengubah posisi tidur, memaksakan mata untuk terpejam dan bahkan menghitung domba hingga ribuan, tapi tak satupun cara berhasil membuatnya masuk ke dunia mimpi.
Gadis itu mengubah posisinya, menjadi berbaring menatap lurus ke atap kamarnya. Taylor menghela nafas dan perkataan Zayn di mobil tadi terus terlintas dalam pikirannya.
"Aku tak pernah melihat Olivia bisa dekat dengan seorang wanita, seperti dia bisa dekat denganmu. Yang dia cari saat dia membuka mata adalah kau, bukan aku lagi. Aku mulai berpikir jika dia benar-benar membutuhkan sosokmu di hidupnya."
Taylor menggeleng. Tidak, Olivia tidak membutuhkan sosokku. Bukankah aku bersikap galak padanya? Apa dia menyukai wanita yang galak? Astaga, apa-apaan ini? Taylor kembali menggeleng-gelengkan kepalanya dan suara Zayn kembali terdengar.
"Aku tahu ini sangat tiba-tiba, tapi jika kau bersedia...mungkin kita bisa memulai semuanya dari awal, maksudku seperti membangun keluarga kecil dengan kau, aku dan Olivia. Kita memang tak saling mencintai, tapi apa salahnya belajar untuk itu? Kudengar, kau juga belum menikah, bahkan belum memiliki pacar."
Taylor memutar posisi tubuhnya ke kiri, gadis itu menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata. Aku memang belum menikah, bahkan belum memiliki pacar. Tapi bukan berarti aku tak memiliki seseorang yang kutunggu.
Perlahan, Taylor membuka mata dan menatap lurus ke depan. Tangannya meraba meja kecil di samping ranjang dan meraih ponselnya di sana. Taylor membuka kunci layar dan mencari satu kontak di sana.
Moodbosster.
Tanpa pikir panjang, Taylor melakukan panggilan pada nomor itu dan menyalakan loudspeaker. Sayangnya, nomor itu berada di luar jangkauan dan Taylor baru menyadari satu hal: Dia masih berada di pesawat dan mungkin baru bisa menyalakan ponselnya belasan jam dari sekarang.
Sepertinya hari ini Taylor akan tetap terjaga dan mungkin akan tertidur siang hari nanti.
*****
Keesokan paginya, Taylor mendapat dispensasi dari Ketua Rumah Sakit langsung untuk tidak mendapat pasien. Taylor masuk hanya untuk melakukan absensi dan dapat menggunakan salah satu kamar kosong untuk beristirahat mengingat operasinya semalam berlangsung cukup lama.
Baru saja membuka pintu ruang kerja setelah ke luar dari ruangan Ketua rumah sakit, sebuah suara mengejutkan Taylor dan membuatnya melebarkan mata.
"Kejutan!"
Taylor tambah terkejut saat tiba-tiba seseorang berhambur memeluknya dan jika saja Taylor tak sadar dan mampu menahan tubuh, dia pasti sudah terjatuh menempelkan bokongnya pada lantai marmer rumah sakit.
Butuh waktu beberapa detik untuk Taylor mengenali siapa yang tengah memeluknya sebelum menarik diri dan merengkuh pundak si pemeluk dengan wajah berbinar.
"Selena!"
Taylor menarik kembali Selena Gomez ke dalam dekapan hangatnya sambil berkata, "Selena! Astaga, kau sudah di sini? Kenapa kau tak menghubungiku sama sekali jika kau sudah di New York?!"
Kali ini, Selena yang menarik diri dari Taylor dan tersenyum lebar. "Aku ingin memberikan kejutan padamu. Lagipula, aku bertanya pada dokter Martha jika kau sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku tak mau merepotkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Swift
FanfictionTakdir mempertemukan Harry Styles-aktor tampan berusia 27 tahun-dengan gadis rapuh berusia 25 tahun dengan pekerjaan sebagai dokter bernama Taylor Swift.