50

2.8K 206 59
                                    

Chapter 50:
PROPOSED

Tangan gadis berambut pirang itu bergetar tak karuan. Air mata terus mengalir dari pelupuk mata indahnya. Semua orang memanggilnya, tapi kini fokus gadis cantik itu hanya tertuju pada satu orang. Seseorang yang tak sadarkan diri dengan darah segar yang mengalir di beberapa bagian tubuhnya.

Harry Styles.

"Dokter Swift!"

Taylor bahkan tak bergeming sedikitpun ketika dokter Payne meneriakkan namanya cukup keras. Liam menarik nafas dan menarik pundak Taylor agar menatap ke arahnya. Liam terdiam. Baru kali ini, dia melihat dokter Swift yang seperti ini. Sangat kacau.

"Biar aku yang memeriksanya lebih lanjut. Kau terlihat kacau. Kau tunggu di depan ru—,"

Taylor menggeleng sambil memotong ucapan Liam. "Biar aku yang memeriksanya. Biar aku yang mengobatinya."

Bergerak tak beraturan, Taylor berjalan menuju ke troli yang dibawa perawat dan mengambil suntikan. Tangannya masih bergetar dan Liam menahan lengannya.

"Jika kau ingin dia selamat, biar aku yang memeriksa keadaannya sekarang. Bagaimana bisa kau memeriksa keadaannya dengan kondisimu sendiri yang sangat kacau? Kita harus bertindak cepat, dokter Swift!"

Tanpa menunggu balasan Taylor, Liam bergerak cepat untuk memeriksa kondisi tubuh Harry, sedangkan Taylor hanya berdiri dengan tatapan kosong kepada Liam. Beberapa perawat melirik dokter yang jarang terlihat sedih itu.

Tubuh Taylor tambah melemas saat rekaman kardiograf Harry mulai menunjukkan garis-garis tak beraturan. Liam mulai menggunakan CPR dan Taylor berbalik, melangkah cepat ke luar dari ruangannya.

Gadis itu bersandar pada pintu ruangan operasi a sambil menutup wajahnya sendiri. Di balik tangan yang menutupi wajahnya, dia menangis tersedu-sedu. Tak tahu apa yang harus dia lakukan. Ini untuk pertama kalinya dia merasa benar-benar tak berguna sebagai seorang dokter.

Zayn Malik yang sudah beberapa saat berdiri beberapa meter darinya melangkah mendekat. Zayn menyentuh pundak Taylor sambil berkata, "Dia akan baik-baik saja."

Taylor menggeleng dan mulutnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Akhirnya, Zayn merangkul Taylor untuk duduk di bangku tunggu dan Taylor menurut. Gadis itu tetap menutup wajahnya dengan tangan dan Zayn tak dapat berbuat banyak selain menemaninya, berada di sisinya.

Setelah menunggu selama beberapa saat, pintu ruangan terbuka dan perhatian Taylor dan juga Zayn teralihkan. Dokter Payne berjalan ke luar dengan kepala yang tertunduk.

Taylor bangkit berdiri menghampiri Liam dan tanpa basa-basi bertanya, "Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan?!"

Liam memejamkan mata, mengangkat wajah sebelum membuka mata secara perlahan. "Maafkan aku."

Jawaban itu membuat Taylor terdiam dan menundukkan kepala sebelum melangkah cepat memasuki ruangan dan mendapati beberapa orang perawat yang tengah melakukan...pemeriksaan akhir?

Tubuh Taylor bergetar, tak bisa ditahannya lagi air mata. Gadis itu menarik nafas dan menghelanya perlahan lalu, berkata dengan nada bergetar, "Ka—kalian bisa pergi sekarang. Bi—biar a—ku—," ucapannya terhenti seiring dengan bertambah derasnya air mata, "—aku yang membereskan sisanya."

Para perawat itu mengangguk sebelum beranjak satu per satu melangkah meninggalkan ruangan. Meninggalkan Taylor dan juga pemuda yang terbaring pucat pasi di atas ranjang.

Taylor memejamkan mata singkat dan berjalan mendekati ranjang tempat Harry berbaring. Gadis itu diam sejenak sebelum tangisnya benar-benar pecah. Gadis itu menangis tersedu-sedu sambil menggigit bibir bawahnya, berharap itu dapat mengurangi rasa sakit yang dirasakannya sekarang.

Doctor SwiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang