PROLOG

751 26 0
                                    


P R O L O G

Aku duduk terdiam  sambil menatap laki – laki tampan yang sedang bicara dengan beberapa teman di sudut ruang. Sesekali tatapan matanya tertuju padaku sambil tersenyum lebar, senyum tulus yang selalu dia berikan padaku. Pikiranku galau, dadaku sesak. Perasaan bersalah selalu menghantuiku karena aku tidak pernah bisa memberikan senyuman  setulus yang ia berikan. Laki-laki itu terlalu baik untuk disakiti. Aku merasa menjadi wanita yang paling kejam dan tidak layak menerima cintanya yang begitu besar. Tapi aku bisa apa, semakin keras usahaku untuk mencintainya, bayangan itu semakin datang dan mengagalkan semua usahaku untuk move on.  Aku mengutuk diriku sendiri. Mengutuk semua kebodohanku karena masih terpaku pada masa lalu. Masa lalu yang harusnya sudah aku tinggalkan karena itu hanya masa lalu. Dan laki – laki yang berdiri disana....dialah masa depanku. Kenapa aku tidak bisa sedikit saja menerimanya? Membiarkan dia mengisi tempat kosong di dalam diriku? Dan membiarkan dia menyembuhkan luka yang masih saja terasa sakit walaupun sudah tertutup rapat. Untuk kesekian kalinya, aku kembali menarik nafas panjang. Bodoh. Aku terlalu bodoh. 

Laki – laki itu kembali tersenyum padaku. Aku memberusaha keras untuk membalas senyumannya setulus mungkin, walau aku yakin senyumanku terlihat aneh. Semoga dia tidak mengetahuinya. Kututup wajahku dengan kedua tanganku sambil kembali menghela nafas panjang, berharap sesak di dada ini sedikit berkurang. Tapi tidak, semua masih sama. Sebentar lagi, aku akan kembali kesana. Ke tempat dimana hatiku jatuh dan hancur berkeping-keping. 

Sanggupkah aku kembali pulang? Menyusuri jalan-jalanan yang penuh dengan kenangan masa lalu? Sanggupkah aku melewatinya? Dan bukan dengan dia.

Selamat membaca. Semoga bisa menghibur. 


I CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang