EPILOG

360 22 0
                                    

EPILOG

Raina POV

Sore itu, aku sedang memanjakan diriku di dalam bathtub sambil menyusun rencana makan malam bersamanya dan memberinya kejutan tentang kehamilanku. Aku tersenyum sendiri ketika bayangan wajahnya yang tersenyum girang sudah menari-nari di mataku.

"Raina......" Aku mendengar dia berteriak memanggil namaku. Suaranya memecah lamunanku dan membuatku terkejut. Tak lama kemudian dia sudah berdiri di depan pintu kamar mandi sambil menatapku dengan mata coklatnya.

"Tumben udah pulang?" tanyaku heran. Sebetulnya semenjak menikah Dimas pulang lebih cepat dibanding dulu namun tidak sesore itu. Jangan-jangan dia punya firasat tentang kehamilanku sehingga membawanya untuk pulang lebih awal.

Keningku berkerut ketika Dimas membuka bajunya dan berjalan menuju arahku.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Mandi. Kau pikir aku pulang cepat untuk apa?" sesungguhnya di dalam hati aku bersorak girang mendengar jawabannya. Tapi aku tidak ingin memperlihatkan itu. Dia masuk ke dalam bathtub dan langsung menarikku untuk lebih dekat denganya.

Walaupun dia telah merusak waktu me time ku tapi aku tidak menolaknya karena bersamanya adalah sesuatu yang selalu aku inginkan. Aku menarik nafas panjang mengingat aku begitu tergantung padanya. Semoga dia tidak meninggalkanku lagi seperti dulu.

Dia mulai mencium leherku, dan tangannya sudah berada di dadaku. Entah kenapa tubuhku selalu memiliki caranya sendiri untuk merespon setiap sentuhan laki-laki tampan bermata coklat yang sedang memelukku ini. Sentuhannya selalu mampu membuatku merasa begitu dicintai dan itu membuatku semakin percaya diri untuk mengeksplor diriku sendiri. Dia membuatku merasa sempurna.

Kami bercinta di dalam bathtub dan semua terasa indah. Setelah itu dia menarikku keluar dan tiba-tiba mengambil alih hair dryerku. Tentu saja aku tidak akan pernah menolak perhatian sekecil apapun yang dia berikan, aku bahkan menikmatinya. Walaupun sore itu sikapnya agak sedikit aneh. Cara dia memandangku berbeda, seperti ada yang sedang menganggu pikirannya.

"Kau agak sedikit aneh." Bisikku sambil menatapnya dalam-dalam. Aku ingin tau apa yang membuatnya seperti ini. Dia meletakkan hair dryer dan memeluk pinggangku,

"Kalau saja aku tau, menikah denganmu rasanya seperti ini, dari dulu aku akan menikahimu dan bukan meninggalkanmu, Rain." Aku sedih mendengarnya. Dia masih saja merasa bersalah atas kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Masa lalu bukan untuk di ingat, Di. Aku sudah melupakannya. Aku hanya berharap, kita bisa belajar dari semua itu. Apalagi sekarang kita bukan hanya berdua, ada kamu, aku, Angela dan....." bisikku. Matanya membesar dan bingung sampai akhirnya dia bisa mencerna ucapanku. Dimas mengangkatku dengan girang dan berputar membuatku tertawa sekaligus ngeri. Ekspresinya terlihat begitu bahagia. Dengan antusias dia mengajakku ke dokter kandungan untuk melakukan pengecheckan ulang. Aku tersenyum sendiri melihat sikapnya yang lebih bersemangat daripada diriku sendiri.

Ketika keesokan harinya kami pergi ke dokter kandungan pilihanku dan bukan pilihannya, antrian begitu panjang membuat kami harus menunggu lumayan lama. Tau begini, aku lebih baik menerima tawarannya untuk ke dokter kandungan salah satu rekannya. Raina...Raina. Aku melirik padanya ketika dia dengan serius melihat ke arah seorang ibu-ibu yang berbadan besar, aku rasa kandungannya sudah hampir masuk bulannya. Karena perutnya begitu besar, dan membuatku ngilu melihatnya. Apalagi wanita itu masih bisa lari-lari mengejar anaknya. Kalau aku saja ngilu, bagaimana dengan Dimas. Lihat, tanpa dia sadari, dia berulang kali meringis melihat adegan itu. Tiba-tiba aku merasa takut. Bukan takut karena hamil dan punya anak, tapi takut karena badanku membesar dan aku tidak seperti sekarang lagi, kemudian Dimas akan pergi meninggalkanku dan mencari wanita yang lebih menarik daripadaku. Hatiku berdenyut.

I CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang