BAB 10

206 17 0
                                    

Aku menghabiskan waktu di gym lumayan lama. Dan itu cukup menguras tenagaku. Tapi aku senang melakukanya. Apalagi ketika melihat otot-otot perutku kembali bekerja dengan baik. Ya...aku menyukai tubuhku yang seperti ini. Kecil tapi berotot dan itu semua membuatku merasa seksi. Ops....Raina. Kau mulai terlihat nakal.

Aku berjalan menuju sebuah dispenser yang berada di ujung ruang. Pengelola Gym sengaja menyediakannya sebagai salah satu fasilitas yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Ku isi botol minumku sampai penuh dan kemudian berjalan menuju kamar ganti. Aku akan membilas diriku dulu sebelum pulang ke rumah dan mungkin tidak ada salahnya kalau aku mampir dulu ke sebuah warung bakso yang ada di dekat rumah. Aku tersenyum sendiri, susah-susah dibuang sekarang malah ngumpulin lemak lagi. Raina..Raina.

Setelah beberapa menit membersihkan diri, aku keluar dengan aroma wangi bunga yang menyegarkan. Kukeringkan rambutku sambil mengosok-gosoknya dengan handuk kecil. Kemudian menyapukan bedak tipis ke pipiku dan sedikit farfum. Aku selalu merasa fresh setiap kali selesai nge-gym. Tidak salah memang jika olah raga bisa membuat tubuh dan pikiran kita sehat dan kembali fresh.

Aku keluar gym dan berjalan menuju parkiran. Sesampainya disana, aku melihat sebuah mobil BMW putih parkir di sebelah mobilku. Berhubung tempat gym dan rumah tidak terlalu jauh, jadi Mama mengizinkanku untuk membawa Audiku, dan itu membuatku melompat girang.

Dengan langkah pelan, aku berjalan menuju BMW putih itu. Aku yakin, aku mengenali mobil itu. Itu mobil Dimas. Tapi kenapa ada disini? bukankah Dimas sedang keluar kota? Keningku semakin berkerut ketika aku mengintip ke dalamnya dan tidak menemukan siapapun disana. Aku berpikir sambil memukul-mukul pelan jari telunjukku di dagu. Tiba-tiba seseorang menutup mataku dari belakang dan membuatku berteriak histeris. Melihat aku histeris, orang itu langsung melepaskan tangannya dan karena refleksku jelek, tanganku dengan cepat hampir saja memukul wajahnya, beruntung dia sempat menangkisnya. Kemudian dengan cepat kubalik badanku dan saat itu juga mataku membesar. DIMAS!!!.

Mataku nyaris keluar ketika melihat dia sudah berada di depanku dengan berpakaian lengkap kantoran sambil tersenyum lebar. Jantungku berdebar kencang dan tidak beraturan. Antara senang karena melihatnya dan jengkel karena keusilannya.

"Dimasssss!!!" teriakku kesal sambil memukulnya. Dia terkekeh sambil menutup mulutku. Kusingkirkan tangannya dari mulutku.

"Usilllllll!!" teriakku lagi. Dia menutup mulutku lagi,"Ssssssttt...berisik. Dimarahin orang lho." Gumamnya pelan. Aku merengut padanya.

"Ngapain disini? pake acara ngagetin segala. Takut tau!" semprotku. Masih dengan wajah merengut. Dia hanya terkekeh melihatku. Tepatnya puas melihat rencananya memberiku kejutan berhasil.

"Maaf. Tadi pas habis landing, langsung kepikiran cewek jutek yang nyebelin ini. Ya..udah, aku langsung suruh Pak Toni kesini, dech" sahutnya santai. Dasar tukang gombal. Bisa aja bikin hatiku berbunga-bunga.

"Gombal."

"Idih, sok nolak di gombalin. Tuh, lihat mukanya. Udah kayak kepiting rebus gitu." Sahutnya sambil mencubit hidungku. Aku tersipu malu.

"Norak!!" balasku. Tapi sejujurnya aku merasa senang dia sudah pulang. Kalau saja bisa, aku ingin sekali mengatakan padanya bahwa aku senang dia disini dan kemudian memeluknya erat. Ah...hayalan tingkat dewi.

"I have something for you. Wait..." Dia berlari menuju mobil dan mengambil sesuatu yang berbentuk kotak dan berwarna pink. Kemudian berjalan kembali kearahku. Aku mengamati gerak-geriknya dengan perasaan tak menentu. Dimas memberikan kotak itu kepadaku dan menyuruhku membukannya.

I CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang