BAB 12

202 15 0
                                    


Aku berjalan masuk ke dalam villa mencari Dimas dan berniat membuat kupingnya panas mendengarkan celotehanku, karena telah berani-beraninya mempermainkanku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk wajahku tadi. Pasti sangat memalukan. Pipi memerah dan mata tertutup.Yang lebih noraknya lagi, aku sok berteriak takut dan histeris tapi di dalam hati aku menunggu-nunggu dia benar-benar menciumku. Bodoh. Memalukan. Mau ditaruh dimana mukaku ini. Kugaruk kepalaku sambil meringis. Pokoknya dia harus membalas rasa maluku ini. Harus.

Aku masuk ke ruang tv yang berada persis di depan kolam. Aku tidak menemukan siapapun disana. Ketika aku ingin berjalan menyusuri beberapa ruangan lainnya, samar-samar aku mendengar suara Dimas sedang ngobrol dengan seseorang di ruang makan. Kuarahkan langkah kakiku kesana. Dan benar....Dimas sudah berada disana berbincang dengan seorang wanita paruh baya yang berdiri disampingnya sambil sesekali tersenyum penuh kasih kepadanya dan ketika wanita itu melihatku berdiri mematung di depan pintu, sebuah senyum tulus mengembang dari Bibirnya, "Sini, Non Raina. Bibi, sudah siapkan makan siang." Ujarnya dengan ramah. Aku tersenyum kecil membalas senyumannya.

Menyadari kehadiranku diruang itu, Dimas langsung menoleh padaku. Mukaku langsung merah ketika menatap matanya. Rasanya aku ingin bersembunyi dibalik meja mengingat betapa memalukannya sikapku tadi.

"Sini, Rain. Kau harus mencoba makanan Bi Surti. Di jamin ketagihan. Iyakan, Bi?" ajaknya. Ekspresinya datar, seperti tidak ada apa-apa, bahkan nada suaranya juga terdengar biasa saja, malah lebih dingin dari sebelumnya.

"Ayo..." ulangnya ketika melihatku hanya mematung di depan pintu. Aku berjalan ragu-ragu sambil melihat kearahnya. Wajahnya benar-benar datar dan dia sama sekali tidak melihat padaku melainkan asik mencicipi semua masakan Bi Surti dengan tangannya. Jorok. Ku tarik kursi di depannya. Hmm...Dimas benar. Masakan Bi Surti sangat mengiurkan, bahkan hanya mencium aromanya saja sudah membuat perutku menjadi lapar. Ada gurame asam manis, capcay, sayur asem, lalap dan sambel terasi. Aku baru tau Dimas menyukai masakan Indonesia. Kupikir selama ini dia hanya menyukai masakan luar, selain eropa tentunya. Ternyata aku salah. Aku kembali melirik kearah Dimas dan tanpa sengaja aku melihatnya sedang menatapku dengan tatapan yang berbeda. Kesedihan. Ada kesedihan disana. Aku tidak bisa membacanya lebih jelas. Tapi yang jelas...ada yang aneh dari sikapnya. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke sisi lain.

"Nih...." Dia menyodorkan sepiring nasi kepadaku. Aku mengambilnya tanpa mengatakan apa-apa selain ucapan terima kasih, dan dia tidak keberatan dengan itu. Ini bukan Dimas. Dimas yang kukenal senang mengangguku dan bersikap lebih bossy. Aku yakin, ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.

Kami makan dalam diam. Sama-sama menikmati masakan buatan Bi Surti yang sangat lezat. Aku sampai nambah dua kali. Wow...ini bahaya. Aku sangat menjaga berat badanku agar tidak gendut. Tidak jauh berbeda denganku, Dimaspun makan dengan nikmat.

Setelah selesai makan, Dimas mengajakku mengelilingi villa. Villanya memang benar-benar nyaman. Apalagi ketika dia mengajakku ke kamarnya. Aku langsung jatuh cinta. Kamarnya berada disisi kolam renang dan ada connecting door yang menghubungkan kamarnya dengan kolam. Sebetulnya yang membuatku jatuh cinta adalah teras di depan kamarnya yang langsung nyambung dengan kolam renang. Itu adalah impianku. Aku bisa menghabiskan waktu berlama-lama untuk duduk disana sambil membaca novel dan menikmati tenangnya air kolam. Dan ketika bosan, aku bisa langsung melempar diriku ke dalamnya. Hmmm....I wish. Aku harus memilikinya. Rumahku. Bukan rumah Mama.

Hari semakin siang, dan Bi Surti dengan baik menawarkan segelas es kelapa muda padaku. Tentu saja aku menerimanya tanpa harus berpikir panjang. Melihat teriknya matahari siang ini, es kelapa muda adalah pilihan yang tepat.

Bi Surti datang dan membawa dua gelas es kelapa muda kemudian meletakannya di meja di depan kami.

"Terima kasih, Bi," Kataku. Bi Surti tersenyum ramah.

I CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang