BAB 25

265 19 2
                                    

Maafkan updatenya kelamaan, soalnya masih galau sama pilihan tokoh prianya...

Jangan sedih...yang nulis juga jadi jatuh cinta sama tokoh Rei...makanya labil deh..hehehe



"Kapan bayi mungil ini keluar?" tanyaku sambil mengelus-elus perut buncit Dea yang kadang-kadang bergerak tidak beraturan, gerakannya meliuk-liuk sehingga membuat perut Dea bergelombang. Aneh.

"Hei...jangan pegang-pegang puser gw!!" teriak Dea ketika aku menyentuhnya. Aku tersenyum polos,

"Emangnya kenapa?"

"Ntar anak gw mules..." keningku berkerut

"Apa hubungannya?"

"Makanya punya anak, biar ngerti..." aku langsung merengut. Maksud loeee? Pacar aja gak punya gimana mau punya anak. Emangnya simsalabim.

Dea terkekeh melihat bibirku yang mengerucut manyun.

"Ngambekkk..sensitif banget sih, loe." Goda Dea lagi.

"Bodo,ah."

Dea lagi-lagi terkekeh melihatku.

"Bayi itu katanya makannya lewat situ, Rain. Makanya tuh puser jangan diapa-apain, ntar dianya mules di dalam." Aku masih mengerutkan keningku mendengar penjelasan Dea. Emang gitu ya? Trus kalau mules pup di dalam gitu? Kayaknya gak gitu dech. Sok tau nih, Dea.

"Agak aneh ya...." gumamku ragu.

"Tau ah...gw juga gak paham. Pokoknya katanya nyokap gw gitu, ya udah..ikut aja."

"Dasar, loe! Gw pikir ngerti beneran." Dea nyengir.

"Kapan lahirnya??" tanyaku lagi.

"Tinggal nunggu hari kok." Jawab Dea sambil mengelus-elus perut buncitnya. Sumpah...gede banget.

Aku terus mengamati perut Dea sambil mengelusnya pelan.

"Pengen?" goda Dea sambil melirikku.

"Gak." Jawabku cepat dengan mata membelalak. Aku bergegas bangun dan mengambil majalah yang ada di atas meja dan pura-pura membacanya. Dea tersenyum menyadari aku menghindarinya.

"Trus Rei gimana?" tanyanya sambil melanjutkan rajutannya. Sepertinya dia sedang membuat sebuah syal kecil untuk bayi mungilnya nanti. Lucunya.

"Baik." Jawabku singkat tanpa menoleh padanya. Fokus? Gak juga. Hanya sebagai kedok agar Dea tidak mengintrogasiku.

"Loe sih, ada cowok perfect di sia-siain, jadi jomblo lagi kan?"

"Enak aja, dia yang batalin..bukan gw!" jawabku sambil memandang Dea dengan mata membesar. Aku tidak terima Dea menyalahkanku atas pembatalan pernikahan yang dilakukan Rei.

"Ya terang aja dia batalin, loe masih cinta sama orang lain. Emang loe pikir Rei itu dewa yang rela istrinya masih mikirin orang lain sementara ada dia disampingnya? Kebanyakan baca....." Sebuah bantal mendarat di muka Dea sebelum dia berhasil menyelesaikan ucapannya. Nyebelin banget sih nih anak. Bukannya prihatin malah nyukurin.

"Gw kan udah bilang gw bakal nyoba lagi, dan awalnya dia mau kok. Habis kejadian malam itu yang Dimas datang ke apartement gw dan nelpon Rei, Gw bilang sama Rei gw mau mulai lagi. Dia setuju."

"Terus kenapa tiba-tiba dia batalin lagi?" desak Dea. Dea memang tidak akan berhenti sebelum dia mendapat jawaban yang bisa memuaskannya. Miss kepo tetep aja Miss kepo.

Aku menarik nafas panjang," dia kasihan katanya sama gw."

"Maksud loe?" Dea mengeryitkan dahinya,

I CHOOSE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang