Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dokter yang menagani Anisa keluar ruangan. Hati Anisa terasa tertusuk sebilah belati tajam saat mendengar penjelasan dokter tadi, bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itulah pribahasa untuk hati Anisa saat ini. Belum sembuh luka yang ia rasakan setelah kehilangan janinnya, kini ia harus dihadapkan pada kenyataan pahit seperti ini, Anisa seakan tak memiliki keberanian untuk menatap suaminya setelah semua ini terjadi. Rizky memahami betul apa yang dirasakan istrinya, dari raut wajahnya ia terlihat lebih tegar dari Anisa, ia menggengam erat jemari istrinya seraya mencium punggung tanganya berusaha menguatkanya.
"Gpp ko sayang jika kamu tidak bisa memenuhi kewajiban mu sebagai istri selama beberapa bulan kedepan aa gak akan menuntut itu, bagi ku yang terpenting adalah kesehatanmu"
Anisa tak bergeming menanggapi ucapan suaminya, hanya air mata kesedihan yang mewakili isi hatinya saat ini, ia faham jika perkataan suaminya itu hanya untuk menguatkan dirinya sedangkan ia sendiri tak mengerti bagaimana nasib rumah tangganya selama tiga bulan kedepan.
"Ini adalah ujian kita berdua, kita akan menghadapinya bersama-sama istriku. Aku memcintaimu tulus, bukan karena nafsu semata" sambung Rizky lagi meyakinkan. Batin Anisa serasa semakin terisis mendengarkan perkataan suaminya, ketulusan yang diucapkan Rizky semakin membuatnya merasa tidak berguna. Air mata semakin mengucur deras dikedua bola matanya
"Ma,,,,,maafkan aku a' aku bukan istri yang baik untuk mu, aku tidak bisa menjaga janin dalam rahimku dan sekarang aku,,,, aku tidak,,, " suara Anisa tercekik saat mengucapkanya hingga ia tak mampu melanjutankan ucapanya. Dengan sabar Rizky mencoba menenakan istrinya, ia sadar disaat situasi seperti ini hati Anisa sangat sensitif dan emosional
"Sssttt,,,, jangan diteruskan lagi. Sungguh aa tidak mempermasalahkan hal itu, sekuat apapun kita menjaga anak kita tapi bila Allah berkehendak lain kita bisa apa? Dan untuk pantangan dari dokter, aa akan sabar menunggumu sampai kondisimu benar-benar pulih sayang, sungguh" ucap Rizky meyakinkan seraya mengecup pipi istrinya, menghapus setiap buliran air mata yang terus membasahi pipi istri tercintanya. Alif yang tidak tau apa-apa merasa bingung dengan sikap kedua orang tuanya, diusianya yang masih sangat belia tentu ia belum bisa memahami kondisi yang terjadi saat ini pada kedua orang tuanya, tanpa terasa air mata juga menggenang dikedua bola matanya seakan ia larut dalam suasana haru seperti yang dirasakan ayah dan bundanya
"Ayah dan bunda jangan nangis ya 😢 Alif ikut sedih ayah 😔" ucapnya seraya mengusap air mata yang membasahi pipi kedua orang tuannya dengan kedua tangan mungilnya. Perhatian Alif membuat Rizky dan Anisa terenyuh, Alif yang biasanya selalu ceria harus menangis karena permasalahan orang tuanya yang tidak ia fahami, sungguh ini tak adil bagi Alif bukan? Anisa mengecup kedua pipi dan kening Alif dengan sayang seraya memeluk putra semata wayangnya dengan erat dalam dekapanya. Bagaimana mungkin ia bisa menunjukan luka yang mereka rasakan didepan putra mereka yang masih sangat kecil, tidak seharusnya ia merasakan kesedihan yang saat ini mereka rasakan. Sadar akan hal itu mereka segera menyeka air mata mereka dan tersenyum seolah semua baik-baik saja demi membuat Alif ceria kembali
"Bunda dan ayah gak papa ko sayang, tadi kami cuma,,,, cuma kemasukan debu saja" elak Anisa dengan alasan klasik
"Tidak, bunda bohong. Alif sudah besar bunda, jangan bohongin Alif lagi. Kalau bunda sama ayah kelilipan kenapa mata kalian mengeluarkan banyak keringat"
"Bukan keringat sayang, tapi air mata :) iya ayah dan bunda nangis karena bunda sedih belum dicium sama putra kesayangan dan kebanggaan ku ini. Benarkan ayah?" timpal Anisa seraya memeluk putranya.
"Tentu saja bunda, ayah juga belum dicium sama Alif hari ini" sahut Rizky. Tanpa fikir panjang Alif yang mendengarkan hal itu langsung melepaskan diri dari pelukan bundanya dan menyeka air matanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang Dinding Penjara Suci
SpiritualANISA Gadis berasal dari keluarga berada dipaksa untuk masuk ke pesantren demi mengubah perilakunya yang manja. Ia harus rela meninggalkan semua fasilitas dirumahnya dan berpisah sementara dengan PACARAnya selama dipesantren atau biasa disebutnya dg...