Setelah hampir mendekati magrib, belajar kitab kuning pun diakhiri. Rizky mengucap salam dan bersiap mengambil air wudhu, santriwati yang lainya kembali ke asrama putri dengan tertib mengambil mukena mereka untuk sholat berjamaah
"Eeh Nis, gimana tadi rasanya bisa memandang kak Rizky dari dekat?" tanya Ais sedikit menggoda
"Eeh iya Nis, gimana? Pasti jantung kamu serasa mau copot deh. Secara berdekatan denga ust. Ganteng kayak ka Rizky 😜" saut Laily girang
"Iiiih..kalian apa-apaan sih genit banget. Kalian mau tau apa yang ku rasakan tadi saat berada didepan Rizky?" timpal Anisa
"Ust. Rizky Nis" ujar Ais dan Laily bersamaan
"Aah terserah gue donk, mulut-mulut gue. Mau panggil Rizky kek, kak kek, ustad kek terserah gue lah" jawab Anisa sewet
"Iya iya deh, ayo ceritain sama kami gimana rasanya?" tanya Ais antusias
"Rasanya......ngantuk dan bosen" jawab Anisa enggan, ia pun berjalan mendahului kedua temannya. Ais dan Laily terperangah mendengar jawaban Anisa dan menatap kepergian teman barunya itu"Sepertinya mata Anisa silinder deh, makanya dia gak bisa lihat cowok seganteng kak Rizky. Uda ganteng, baik, sopan, pintar, hafid qur'an aduuh..pokoknya suami idaman banget deh. Apalagi senyumnya itu loh bikin cewek lumer 😍" sanjung Laily dengan wajah berbinar
"Iya sih emang, tapi gak usa berlebihan juga kali. Ingat..!! Kita harus menjaga pandangan kita, bukan mahrom. Nanti bisa jadi zina mata loh" tutur Ais memperingatkan
"Iya tau, tapi khilaf dikit gpp kali 😜 hihi"
"Hmm..dasar. Uda ayo buruan nanti kita telat lagi jama'ahnya" Ais menarik tangan Laily yang sedari tadi nerocos tiada henti.
Seusai sholat berjamaah magrib seperti biasa kegiatan selanjutnya adalah mengkaji qur'an di 'Islamic Center' didampingi ustad dan ustadzah lainya. Santri lain pun terlihat hikmat membaca qur'an masing-masung, berbeda halnya dengan wajah Anisa yang terlihat sedikit pucat, berulang kali ia memegang perutnya yang terasa melilit
"Aduuh perutku uda laper banget nie, kapan kita bisa makan? Masak dari tadi kita ngaji terus, capek tau" keluh Anisa menahan lapar
"Aduuh Nis, kamu harus terbiasa deh menyesuaikan diri seperti ini. Namanya juga pondok pesantren ya pasti kegiatan rohaninya banyaklah" ujar Ais lirih, ia memahami kalau Anisa belum terbiasa dengan keadaan ini. Banyak hal yang harus ia pelajari agar bisa segera beradaptasi dengan lingkunganya yang baru
"Kalau gue disini selama enam bulan bisa kurus kering nie, cacing diperut gue uda menari-nari lagi. Ini tempat uda kayak penjara aja, merenggut kebebasan seseorang, hanya saja ini penjara suci" gerutu Anisa dalam hati.
Usai mengkaji qur'an dilanjutkan dengan berjamaah sholat isya dan tarbiya. Anisa benar-benar merasa jenuh dan bosan dengan semua rutinitas ini, entah sampai kapan ia hafus menahan lapar seperti ini sementara jadwal keguatan dipesantren belum berakhir. Jam menujukan pukul 20.30, santriwan santriwati mengambil makanan ditempat yang berbeda."Haah...menunya cuma ini doank? Astaga gue mana terbiasa makan makanan kayak begini" gerutu Anisa lirih saat melihat menu makan malam ala kadarnya.
"Ayo Nis cepatan ambil makanmu katanya tadi kamu laper, santri yang lain uda ngantri" ucap Ais
"Yakin lauknya cuma ini? Uda gue gak mau makan makanan ini, mau cari makan diluar aja atau kalau enggak gue mau deliveri aja" langkahnya tertahan saaat Laily mencekal tanganya
"Eeh tunggu Nis, kamu mau cari makan dimana? Perlu kamu ketahui ya peraturan dipondok ini santriwati tidak boleh keluar pondok diatas jam 17.00 kalau kamu gak makan bisa kelaparan. Lagian ini pesantren Nis, bukan rumah atau hotel yang bisa deliveri gitu aka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang Dinding Penjara Suci
SpiritualeANISA Gadis berasal dari keluarga berada dipaksa untuk masuk ke pesantren demi mengubah perilakunya yang manja. Ia harus rela meninggalkan semua fasilitas dirumahnya dan berpisah sementara dengan PACARAnya selama dipesantren atau biasa disebutnya dg...