"Cintaku Terhalang Dinding Penjara Suci"
#part20**satu minggu kemudian**
Setelah satu minggu kepergian suaminya, Anisa masih diselimuti oleh duka. Dia memeluk foto mendiang suaminya seraya bersimpuh dilantai kamar, ia seperti orang yang kehilangan semangat hidup, tatapanya kosong dan matanya selalu terlihat sembab. Mamanya yang melihat kondisi putrinya seperti ini tentu tak tak tega, beliau tak pernah menyangka bila Anisa akan menjadi janda diusia yang masih terbilang muda, bahkan suaminya meninggal disaat Anisa sedang mengandung anak mereka yang kedua dan usia Alif masih begitu kecil untuk bisa mengerti apa itu kematian
"Nak, jangan kamu terus-terusan larut dalam kesedihan. Mama tau ini adalah cobaan terberat dalam hidupmu, tapi Rizky tidak akan tenang dialam sana bila melihatmu seperti ini" ucap mamanya memberi semangat dan berusaha menguatkan hati anaknya
"Kenapa Rizky pergi secepat ini ma 😔? Anisa belum sempat menyampaikan kabar gembira kalau aku sedang mengandung anaknya ma, Alif juga masih kecil, ia masih memerlukan figur ayahnya" Anisa menyandarkan kepalanya dibahu mamanya. Tangisan pilu yang dirasakan anaknya tentu menyayat hatinya, tapi siapa yang bisa menentang suratan takdir yang telah Allah tetap fikirnya.
"Iya sayang mama tau, tapi ini sudah menjadi kehendak Allah nak. Kita tidak bisa merubah takdir yang telah Allah tetapkan. Kuatkanlah dirimu demi Alif dan janin yang sedang kamu kandung Nis" ibu dan anak itu saling menangis dalam pelukan, dalam kondisi rapuh seperti ini Anisa benar-benar membutuhkan dukungan untuk mengembalikan semangat hidupnya dan kembali seperti dulu lagi. Disaat sedang mengandung harusnya ia lebih banyak membutuhkan asupan gizi lebih, tapi disuasana yang masih diselimuti duka seperti sekarang badan Anisa semakin terlihat kurus dan penampilananya pun tak terurus, hari-harinya hanya dihabiskan didalam kamar dengan merenung
"Permisi Non Anisa, ada sopir pak Rizky ingin menemui non Anisa" ujar Ina asisten rumah tangga mereka
"Temuilah nak, mungkin ada hal penting yang akan disampaikanya"
"Tidak ma, Anisa tidak mau keluar kamar"
"Kamu tidak bisa seperti ini terus nak, bagaimana kalau ini menyangkut suamimu, mungkin ada pesan terakhir yang disampaikan mendiang suamimu padanya" bujuk mamanya. Akhirnya Anisa bersedia menemui supirnya diruang tamu yang kala itu kepalanya masih dibalut dengan perban
"Maaf bu Anisa, saya tau anda masih dalam suasana berkabung atas meninggalnya pak Rizky. Saya kesini hanya ingin mengantarkan semua barang-barang ini" ujarnya sembari menunjukan semua mainan dan baju yang telah dibeli Rizky sebelum ia meninggal
"Untuk apa pak semua ini? Barang-barang ini tidak akan bisa mengembalikan nyawa suami saya kembali" jawab Anisa dengan suara terisak
"Ini adalah mainan yang dibeli pak Rizky sebelum beliau kecelakaan bu, pak Rizky bilang ini mainan untuk den Alif, bahkan pak Rizky juga membeli baju bayi dan mainan anak perempuan. Katanya dia akan menyimpan mainan itu untuk anak perempuanya" imbuhnya. Hal itu semakin membuat Anisa menangis seolah membuka kembali semua kenanganya bersama suaminya yang ingin memiliki anak perempuan. Anisa memeluk baju-baju bayi itu dengan pilu, air mata kembali mengalir deras dari mata indahnya yang sembab. Apa mungkin ini sebuah firasat dari Tuhan hingga suaminya membeli semua ini untuk Alif dan calon anak mereka sedangkan Anisa sendiri belum sempat menyampaikan kabar gembira tentang kehamilanya pada suaminya
"Bunda, bunda jangan sedih, apa bunda tidak kasihan sama adik Alif yang ada diperut bunda? Alif butuh kasih sayang bunda seperti dulu lagi" ucap Alif yang seolah mengerti kepedihan yang dirasakan ibunya, Alif juga menyeka air mata yang terus mengalir dimata bundanya, Anisa kembali memeluk putranya itu dengan erat. Anisa tak menyangka kalau kata-kata itu bisa keluar dari bibir mungil putranya. Ia baru menyadari selama satu minggu ini dia tidak pernah memperhatikan Alif sama sekali, bahkan dia juga tidak memperhatikan kesehatanya dan janin yang ia kandung.
"Bunda janji akan kuat demi kamu dan adik kamu sayang. Kita akan melewati ini bersama-sama" bisik Anisa lirih seraya mencium kening putranya dengan berlinang air mata.*******
Beberapa bulan kemudian, Anisa melahirkan anak keduanya yang berjenis kelamin perempuan. Hal itu membuatnya senang sekaligus sedih karena teringat kembali oleh mendiang suaminya
"Suamiku, anak kita telah lahir perempuan. Harusnya kamu yang mengumandankan adzan ditelinganya seperti kelahiran Alif dulu. Lihatlah, walau dia perempuan tapi mata, hidung, dan bibirnya sama persis sepertimu" ujar Anisa sembari menggendong bayinya dalam buaianya dengan mata berkaca-kaca, entah mengapa setiap kali mengingat Rizky air matanya tak dapat ia tahan lagi
"Sudah cukup nak. Kelahiran harusnya diwarnai dengan kegembiraan, bukan dengan kesedihan" pinta papanya
"Bunda, adik Alif cantik sekali ya seperti bunda" Alif membelai pipi halus adik kecilnya dan menciumnya
"Siapa nama adik Alif bunda?". Mendengar pertanyaan putranya, Anisa kembali teringat bahwa dulu Rizky ingin memberikan nama seperti nama istri kesayangan baginda rasuluallah
"Aisyah..nama adik Alif Aisyah. Ma, sebelum kita membawanya pulang kerumah, Anisa ingin membawa Alif dan Aisyah kemakam suamiku ma"
"Tapi Aisyah masih bayi Nis, tidak baik bila dia berada diluar ruangan terlalu lama"
"Enggak ma, Anisa akan membawa Aisyah ke makam Rizky, semasa hidupnya dia menginginkan anak perempuan, dan sekarang impianya telah menjadi kenyataan meski ia belum sempat melihatnya. Dia pasti akan senang disana bila melihat peri kecilnya datang ke makamnya".
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Terhalang Dinding Penjara Suci
EspiritualANISA Gadis berasal dari keluarga berada dipaksa untuk masuk ke pesantren demi mengubah perilakunya yang manja. Ia harus rela meninggalkan semua fasilitas dirumahnya dan berpisah sementara dengan PACARAnya selama dipesantren atau biasa disebutnya dg...