Author's POV
Lelaki itu duduk sendirian sambil sesekali tersenyum melihat layar ponselnya.
Dia tidak memperhatikan begitu banyak pasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan.
Tidak peduli akan bisik-bisik dari banyak wanita yang melihatnya.Rio duduk sendiri di gazebo kampus sampil memandangi foto Sisilia dan berkali-kali mengagumi karya tuhan yang satu itu.
Sudah seminggu dia tidak mendapat kabar dari Sisilia.
Chatting terakhirnya pun hanya berakhir di kata "Oke"Dia juga tidak memiliki keberanian untuk menanyakan kabar Sisilia terlebih dahulu.
Setiap kali dia ingin mengetikkan kata Hi atau Halo dan mensend ke Sisilia.
Keberanian itu segera pudar.Alhasil dia hanya menunggu dan menunggu Sisilia menanyakan kabarnya terlebih dahulu.
Rio's POV
Chatting duluan...
Enggak....
Chatting duluan....
Enggak...Argh, sudah seminggu aku ragu untuk menekan tombol send ini.
Gimana kalau chattingku hanya di read?
Aku pasti tidak akan punya muka untuk bertemu dengannya lagi.Argh, salahkan orang tuaku yang melahirkanku dengan gengsi yang begini tinggi.
Aku terduduk frustasi sambil menatap layar ponselku dengan sebaris kata yang ku ketik.
Tiba-tiba sebuah tangan terulur dari samping kepalaku dan menekan tombol send.
Seketika itu juga aku kontan berteriak.
"Sh*t man"Aku segera berbalik dan menatap wajah temanku yang tersenyum layaknya orang idiot.
Ku pasang wajah segeram mungkin dan kembali menatap layar ponselku.
Kubaca berulang kali chatting yang telah terkirim itu.
"Hi Sisilia, sudah seminggu kita tidak bertemu. Apakah kamu baik-baik saja?"
Terlalu panjang, terlalu kepo dan tentu saja itu terlalu bukan aku.
Arghhh.
Harusnya cukup mengetikkan kata Hi atau Halo atau mungkin What's up.
ArghhhhTiba-tiba mataku membulat ketika chatting itu bertuliskan read.
Hatiku berdegup kencang.
Apakah dia akan membalas atau hanya membaca chattingku?
1 menit.
2 menit.
3 menit.Aku sudah mulai frustasi, balasan tidak kunjung datang.
Ting
Tiba-tiba balasannya datang."Baik. Kamu?"
Singkat, jelas, padat.
Dan 3 menit yang membuatku keringat dingin.Oh God, baru kali ini aku dibuat begini karena seorang wanita.
Temanku tertawa keras menyaksikan tingkahku.
"Wah yo, bisa jatuh cinta juga ya? Sumpah ya, baru kali ini aku liat kamu kayak orang bego gitu."
Fhelix menatapku dengan tampangnya yang menyebalkan itu."Ahh lu mah, liat ini. Gara-gara keisengan lu, gue jadi bingung buat bales chat dia. Mesti bales apa gue bro? Masa iya gue bilang gue juga baik. Terus udahan gitu? Garing banget tau. Argh. Kenapa sih lu iseng banget?"
Aku menatap malas wajah Fhelix sambil mendengus kesal."Hmmm, gue cuma membantu dan lu bilang gue iseng? Oke, fine. Gue gak bakalan gitu lagi.
Lagian gue cuma kasihan dari kemarin-kemarin lu hanya mandangin foto tuh cewek sambil senyum-senyum kayak orang bego.
Di ajak ngomong juga kadang gak nyambung.
Udah gitu, tiap hari ngetik-ngetik pesan panjang-panjang, terus di hapus lagi.
Tuh pesan juga gak di kirim-kirim.
Kan gue takut aja lu tiba-tiba jadi gila. Hehe"
Fhelix nyengir memperlihatkan sederet gigi putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Searching My Husband (18+)
RomanceAku wanita yang setiap harinya penasaran dengan suamiku dan mencari dirinya! YA! Aku mencari suamiku! Bukan, bukan mencari seorang suami, tapi aku mencari suamiku. Aku sudah menikah dengannya, tetapi aku belum pernah melihat wajahnya. Tidu...