Author POV
Seorang gadis duduk sendirian di gazebo kampus yang cukup sepi.
Dia duduk sambil menatap layar laptopnya dengan tampang serius, tetapi pikirannya bukan terfokus pada sederet kalimat yang tertulis di e-book yang sedang ditampilkan oleh laptop tersebut.
Pikirannya melayang memikirkan segala hal yang mengganjal pikirannya.Sisilia POV
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan besok adalah weekend.
Hari demi hari terlewati tanpa pernah sekalipun aku membalas chatting dari Rio.
Mungkin dia akan berpikir bahwa aku benar-benar jahat mengacuhkan chatting darinya.Tapi mau bagaimana lagi.
Aku terlalu bingung untuk memilih diantara dua pilihan yang berat.
Aku tidak mungkin mengatakan tidak kepada suamiku.
Bahkan itu sangat mustahil karena dia yang selalu jadi prioritasku.
Dan aku sungkan mengatakan tidak kepada Rio.Kalian boleh mengataiku seorang gadis bodoh yang tidak bisa menentukan pilihan, tapi seperti inilah kenyataannya.
Aku di ciptakan dengan hati yang selalu susah untuk menyakiti hati orang lain. #eaaa.Aku di pusingkan oleh sebuah pesan beberapa hari yang lalu dari mereka berdua.
Setiap malam aku mencoba untuk memberanikan diri berkata pada suamiku bahwa ada pria yang mengajakku nonton dan makan malam.Tapi kembali kupikir, suami mana yang akan dengan baik hati mengatakan "ya istriku, silahkan pergi"
Sepertinya yang akan menjawab seperti itu HANYA para suami yang tidak pernah mencintai istrinya.Aku kembali termangu memandangi layar laptopku.
Apa yang harus kulakukan?Aku memikirkan, kapan lagi aku bisa melihat wajah suamiku?
Aku juga memikirkan, betapa jahatnya aku menolak ajakan seseorang yang bahkan sudah puluhan kali mengajakku.
Apa lagi awalnya Siti membalas chattingnya dan mengatakan Ya.
Masa dengan jahatnya aku tiba-tiba mengatakan, maaf itu di bajak.Arghhh, aku mengacak pelan rambutku.
Pusing.
Aku bahkan lebih suka mengerjakan 100 soal dari Mr. Black (dosen killer di kampusku yang berpakaian serba hitam sampai di gelari dengan nama Mr.Balck) dari pada harus memikirkan persoalan ini.LINE!
Tiba-tiba terdengar suara ponselku.
Dengan takut aku meliriknya.
Pesan dari siapa itu?Hi sisil, kenapa kamu tidak membalas pesanku? Apa kamu sangat sibuk sampai kamu lupa membalas pesanku? Aku harap kamu akan membalas pesanku setelah ini.
RioOh tuhan, itu chatting dari Rio.
Aku mulai panik menatap layar ponselku.
Apa yang harus kulakukan?
Mengacuhkannya atau membalasnya?
Aku benar-benar bingung saat ini.Lama aku terpaku pada ponselku, dan aku memilih untuk kembali mengacuhkan pesan darinya.
Mungkin ini adalah pilihan terbaik yang ada.Tiba-tiba ponselku kembali bergetar.
Terlihat di layar ponsel
Rio's calling.
Oh my God!
Dia nelpon, skak mat aku.Aku tak bergeming memperhatikan getaran demi getaran ponsel itu hingga ponselku berhenti bergetar dan berkelap-kelip.
Baru saja aku menarik nafas lega, ponselku kembali bergetar.
Menandakan bahwa Rio kembali menelpon.Setelah beberapa kali dia menelpon, akhirnya kuputuskan akan menjawab panggilannya jika dia sekali lagi menelpon.
Oke, aku harus ngomong sejujurnya kalau yang kemarin membalas chattingnya bukan aku tapi Siti.Handphoneku kembali bergetar dan memperlihatkan nama Rio di sana.
Dengan sigap ku sambut telepon itu,
"Halo"Terdengar bunyi hembusan nafas lega dari seberang sana.
"Fyuhhhh, syukurlah kamu menjawabnya.
Ku pikir kamu berniat untuk menolakku atau kamu akan kembali mengatakan alasan untuk menolak ajakanku sehingga mengacuhkan pesanku selama beberapa hari ini.
Bahkan tadi aku berpikir kamu akan mengacuhkan teleponku. Hahaha
Hampir saja aku berpikir kamu akan kembali berkata tidak. Untulah ternyata tidak seperti itu."
Terdengar suara Rio yang begitu lega dan senang mendapat teleponku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Searching My Husband (18+)
RomanceAku wanita yang setiap harinya penasaran dengan suamiku dan mencari dirinya! YA! Aku mencari suamiku! Bukan, bukan mencari seorang suami, tapi aku mencari suamiku. Aku sudah menikah dengannya, tetapi aku belum pernah melihat wajahnya. Tidu...