Part 11 [No Comment]

4.3K 350 30
                                    

Author POV
Gadis itu nampak cemas dan sudah hampir 10 menit dia berjalan mondar mandir di depan pintu apartemennya dan sesekali melirik ponselnya.
Kemudian dia memberanikan diri berjalan mendekati interkom yang terpasang di apartemennya dan melihat lelaki yang menantinya di luar.
Lelaki itu nampak rapi dan berdiri dengan tegak di depan pintu apartemennya.
Sedangkan pria yang menantinya di luar nampak tersenyum bahagia dan sesekali bersenandung riang.

Rio POV
Memang ya, benar kata temanku. Cewek itu kalau dandan pasti lama.
No problem, dia tampil cantik juga untuk membahagiakan diriku.
Hmmm, tapi kenapa Sisil tak mempersilahkanku masuk ke dalam rumahnya ya?
Lagipula chattingku juga cuma di Read tanpa di balas.
Mungkin dia sedang terburu-buru menyelesaikan persiapannya untuk malam ini.
Ahhh, apalah arti sejam atau dua jam jika sesudah itu aku akan bertemu dengan Sisil.

Sisilia POV
Dasar cowok gila, padahal jelas-jelas kemarin aku sudah mengatakan bahwa aku tak bisa pergi dengannya.
Sekarang untuk apa dia datang ke apartemenku?
Lagipula darimana dia mendapatkan alamat ini?
Ahh, pasti ini kerjaan Siti lagi.
Kenapa sih anak itu suka sekali menjodoh-jodohkanku dengan temannya.

Apakah aku harus membukakan pintu kemudian mengatakan bahwa aku tak bisa pergi dengannya?
Atau aku sengaja pergi dengannya untuk membalas suamiku yang lebih memilih pekerjaan?

Aku nampak sibuk berpikir dan tak terasa sudah 30 menit aku berdiri di depan pintu dan Rio menantiku di luar.
Dia tak beranjak sedikit pun dari depan pintu apartemenku.
Bagaimana aku bisa tahu? Aku memperhatikannya dari interkom yang terpasang di depan pintu.

Tapi, lama-lama kasihan juga melihat dia yang nampak mulai lelah berdiri di depan sana.
Aku bergegas mengambil buku telepon di dekat meja telepon.
Aku akan menggunakan buku ini untuk alasan menghindari pergi berkencan dengannya.
Kuberanikan diri membuka pintu.

Cklek.

Seketika itu juga wajah bahagianya menyambutku.
Kuakui Rio bukan lelaki yang jelek.
Matanya biru dan kulitnya putih.
Hidungnya pun mancung.
Senyumnya menawan,
Wanginya khas namun tak membuat indra penciuman terganggu.
Dia memiliki wangi mint yang segar.
Badannya tinggi dan kata Siti dia mahasiswa berprestasi di kampusnya dan di jadikan most wanted di jurusannya.
Tapi tetap saja, aku tak memiliki setitik rasa pun terhadapnya.
Selama ini yang mengisi hatiku hanya si Pria misterius yang bahkan wajahnya pun tak kuketahui.

Aku tersenyum singkat menanggapi senyumannya.
Kemudian dia memujiku.
"Sisil, malam ini kamu cantik sekali."

Aku kembali tersenyum menanggapinya.
Ya,ya,ya, aku tampil cantik bukan untukmu, tapi untuk si tuan misterius dan dia tak bisa pulang cepat malam ini.
Memikirkan suamiku membuatku kembali kesal.

Rio POV
Mimik wajahnya berubah-ubah.
Sebentar tersenyum,
Sebentar merengut.
Bahkan sekarang dia mamasang flat face.
Aku tak bisa membaca isi hatinya.
Tapi melihat penampilannya sepertinya dia menghabiskan cukup banyak waktu untuk membuat dirinya terlihat begitu cantik.

Aku sedikit penasaran dengan buku yang dibawanya.
Apakah dia berniat membawa buku itu untuk kencan kami malam ini?
Tapi aku memilih diam.
Mungkin saja itu buku yang penting untuknya.
Buku yang nampak lusuh itu pun memperindah penampilannya.
Entahlah, sepertinya otakku sudah rusak.
Apapun yang dilakukan oleh Sisil terlihat cantik dimataku.
Mungkin saat dia mengupil atau kentut dimuka umum pun aku masih menganggapnya cantik.
Otakku benar-benar rusak karena pesonanya.
Bahkan mungkin aku bisa melakukan hal gila apapun untuk mendapatkannya.

"Jadi, kita pergi sekarang? Ini sudah jam setengah 7 malam. Mungkin sebentar lagi jalanan akan macet. Semakin malam kita pergi, maka jalanan akan semakin macet dan juga film kita di putar jam 8 malam"
Aku menampilkan senyum mautku untuknya.

Searching My Husband (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang