Part 5 [About Rio]

32.3K 645 10
                                    

Rio POV
Sisilia.
1 nama yang terus ada di pikiranku semenjak aku bertemu dengannya.
Padahal aku baru 1 kali berjumpa dengannya.
Baru mengobrol selama 1,5 jam.
Tapi aku sudah menyukainya.
Aku suka dengan senyumannya.
Suara lembut dan menenangkan.
Wajahnya manis dan cantik.
Jarang sekali menemukan cewek yang memiliki wajah manis sekaligus cantik.
Jujur, aku bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta.
Aku juga bukan tipe cowok yang suka mengejar cewek.
Dari dulu para wanitalah yang mendekatiku.
Tapi khusus untuk sisil, aku rela untuk mendekatinya.
Membuatnya bisa menyukaiku dan memilihku.

Kemarin ada suatu hal yang membuatku ragu untuk mendekatinya, karena itu aku tidak menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.
Dia mengenakan cincin di jari manisnya.
Apakah itu cincin dari pacarnya? Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku ketika aku melihatnya.

Tapi hari ini aku sudah yakin untuk mendekatinya.
Karena aku sudah menanyakan kepada teman-temannya.
Semua temannya mengatakan dia masih single dan belum pernah berpacaran.
Suatu peluang besar untuk mendapatkannya.
Apa lagi dari info yang kudapatkan, dia tidak sedang dekat dengan siapa pun.

Walaupun Agak sedikit susah untuk menggencarkan aksi pdktku, karena kami berbeda universitas dan berbeda jurusan.
Dia jurusan management dan aku jurusan arsitektur.
Tapi aku tidak akan menyerah secepat itu.

Hari ini aku ke kampusnya untuk mengajaknya makan siang.
Mungkin aksiku ini agak ekstrim mengingat kami yang baru kenal belum lama ini.

Aku sudah menunggu kurang lebih 1 jam di depan pintu kelasnya.
Bingung dari mana aku mengetahui kelasnya?
Karena aku sudah menanyakannya dengan temannya.

Ya, modusku sih menemui temannya untuk suatu urusan sambil ngajak dia makan siang.
Semoga aja caraku berhasil.

Pintu kelas mulai terbuka dan para mahasiswa mulai keluar dari kelas.
Kulihat dia yang sedang berbicara dengan siti sambil sesekali tertawa.

Aku langsung menyapa siti.
"Sit, aku di sini"

Siti tersenyum kearahku dan mendekatiku.
Hahaha, tenang saja. Aku sudah menyusun rencana dengan Siti, jadi Sisilia tidak akan curiga.

"Hi yo, what's up bro? Wes lama kah dikau menanti ananda?"

"Yah, lumayan sih. Hehe. Gimana? Mau bicarakan hal ini di sini atau sambil makan siang?"

"Tentu aja sambil makan, remember bro, otak gue gak bisa mikir kalau gak di kasih mamam."

"Mau makan dimana? Deket-deket sini atau dalam kampus? Sisil ikut juga ya?"

Tiba-tiba Sisilia nampak menggeleng.
"Enggak, kalian aja. Aku juga gak terlalu lapar, hehe. Aku gak mau ngengaggu kalian. Silahkan membicarakan urusan kalian. Hehe. Aku pamit dulu ya."

Siti langsung melancarkan serangannya.
"Ah you mah, gak mau ikut ini ceritanye? Mau makan ndek mana lu? Bukannya tadi ngajak-ngajak gue makan bakso pak UUN? Piye toh sekarang bilang gak lapar. Ahhh, ojo malu-malu lah. Kan uwes kenal toh?"

Aku langsung membantu Siti mengajak Sisil.
"Iya, gak perlu sungkan gitu lah. Kan cuma makan bareng-bareng aja. Kami juga bukan membicarakan masalah yang kamu gak boleh dengar. Santai aja kok Sil. Jadi mau ikut kan?"

Dia nampak berpikir
"Hmm. Kalau aku ikut benaran gak ganggu kalian kan? Aku cuma mau makan itu aja, kalian ngomong aja aku gak bakalan nguping kok."

"Santai Sil, kami ngomong sekarang juga bisa. Tapi gak enak aja ngomongnya di sini."

Siti langsung menarik tangan Sisil.
"Ahh banyak bacot lu Sil, ikut aja lah. Ayuk Rio, kita tancap gas menuju Pak UUN. Pak UUN 45 tunggu kami."
Siti berteriak dengan lantang.

Searching My Husband (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang