Sore itu seperti biasa, Jerry berkumpul bersama teman2nya di klub atheis. Tapi sore ini ada yang mengganggu pikiran Jerry, yaitu argumennya dengan Josh. Sampai saat ini, dia mengakui bahwa argumen Josh itu masuk akal. Tapi...
"Kok ngelamun aja, Jer?" tanya Robby, "come on, share to us."
"Aku agak terganggu," bisik Jerry, "aku akan menceritakan semua kepada kalian..."
Jerry pun menceritakan semua argumennya dengan Josh.
"Aduh Jer... Itu bodoh. Sangat bodoh! Bagaimana dia bisa berkata Tuhan ada sementara perang, pembunuhan, dan ketidakadilan terjadi di mana2?"
"Dia bilang itu karena free will manusia," jawab Jerry, "and it makes sense, huh?"
"No, not at all. Kejahatan ada karena Tuhan tidak ada. It's exactly the answer!" bantah Sari.
"Tetapi kalau tidak ada Tuhan yang mahabaik... Bagaimana manusia mengenal standar kebaikan itu sendiri... " gumam Jerry.
"Apa? Standar kebaikan? Standar moral? For us, it's bullshit. Tidak ada yang namanya mutlak benar atau mutlak salah, Jer. Semuanya tergantung dari siapa yang menilainya..." komentar Hilman
"Tapi... Pasti ada standar moral yang universal. Itu sebabnya kita bisa mengatakan bahwa sesuatu jahat dan baik kan?" argumen Jerry.
Teman2 Jerry saling menatap satu sama lain.
"Begini, kalau misalnya kalian mengatakan tidak ada standar moral yang absolut, sekarang aku akan balik bertanya. Apakah ada di antara kalian mau mengalami pembunuhan? Atau dibantai oleh beberapa perampok?"
"Tentu tidak," jawab Sari spontan.
"Berarti tidak ada yang relatif. Benar2 ada sebuah standar moral yang mutlak... Dan kalau itu ada berarti... " Jerry terdiam.
"Itu tidak membuktikan apapun, Jer! Come on! We are atheist! Kita tidak percaya dengan keberadaan Tuhan, apapun alasannya!!" seru Hilman marah.
"Man, aku bergabung dengan kalian bukan karena aku memiliki presuposisi tertentu bahwa Tuhan ada atau tidak ada. Bukankah kita sudah berjanji untuk membuktikan semuanya secara obyektif?" desak Jerry, "bahkan kita menyebut diri Pencari Kebenaran... Tetapi saat kita menemukannya kamu malah menolak..."
"Hahahaha. Apakah ada yang obyektif? Tidak ada!" balas Hilman, "kami ini atheis, Jer. Lebih dari itu, we are antitheist. Paling nggak, aku anti theist."
"Kenapa, Man?"
Hilman terdiam sejenak, ia menyeringai.
"Karena aku membenci-Nya. Aku membenci Tuhan."
Suasana hening. Sari dan Robby terdiam. Jerry menggigit bibirnya.
"Man... I am sorry to say this.." ujar Jerry, "but... Bagaimana kamu bisa membenci Tuhan kalau dia tidak ada?"
Hilman melotot. Mendadak ia sadar akan kekalahannya. Ia kalah telak.
"Maafkan aku, Man, Sar, dan Rob. But... I quit. Aku rasa aku sudah tau semua kebenarannya. Thanks buat persahabatan kita selama ini... Aku harap setelah aku keluar dari klub ini, kita masih bisa berteman."
"Teman?" ujar Hilman dingin, "you're like virus, Jer. Just go. Dan jangan berpikir untuk kembali kemari lagi."
"Tapi, Man... " bela Sari.
"Pergi! Kembalilah pada Tuhanmu dan jangan pernah kembali kesini lagi. Anggap lah kita tidak pernah saling mengenal."
Jerry terdiam. Ia mengepalkan tinjunya.
"Oke. Baiklah. Selamat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Atheis
SpiritualJerry, pacar Lia, mendadak memutuskan untuk menjadi seorang atheist. Lia berusaha mati2an membuat Jerry kembali "ke jalan yang benar."